Pengungsi beraktivitas di dalam tenda darurat di Kampung Gasol, Desa Gasol, Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Ahad (27/11/2022). | Republika/Thoudy Badai

Nasional

Penyintas Gempa Minta Segera Direlokasi 

Selama enam hari, suasana pada malam hari masih gelap gulita, dengan penerangan seadanya yang hanya ada di tenda pengungsian.

Korban bencana gempa bumi Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, meminta pemerintah mempercepat proses relokasi tempat tinggal mereka menuju lokasi yang aman. Warga mengaku akan menerima di mana pun tempat relokasi yang ditetapkan pemerintah. 

"Saya inginnya lebih cepat, lebih baik. Karena tempat pengungsian saya sekarang ini kabarnya sudah harus dibongkar beberapa hari lagi," kata pengungsi di Posko Kemensos Jalan Raya Cipanas, Memed Karmedi (50), Senin (28/11). 

Sementara itu, tempat tinggalnya di RT1 RW1 Desa Sukamanah, sebagian bangunannya ambruk terdampak gempa berkekuatan magnitudo 5,6 pada 21 November 2022. Memed tidak mempermasalahkan letak lahan yang nantinya akan diputuskan pemerintah sebagai lokasi baru tempat tinggalnya kelak.

Warga Desa Wangunjaya, Cugenang, juga meminta pemerintah agar merelokasi tempat tinggal mereka setelah bencana gempa. "Harapannya pemerintah itu segera merelokasi kami. Apakah kami harus pindah dari sini atau enggak," kata Ketua RT 4/3 Kampung Kadu Gede, Yani. 

Yani mengharapkan relokasi tersebut dapat berjalan secepatnya. Sebab, warga desa yang sebanyak 57 kepala keluarga (KK) tidak ingin terus-menerus tinggal di dalam tenda yang dibangun secara swadaya tersebut. Selain itu, Yani mengatakan, rata-rata rumah keluarga mengalami rusak berat dan ambruk akibat gempa. Namun, ada beberapa rumah warga yang berbentuk rumah panggung, sehingga kerusakan tidak terlalu parah.

Kondisi jalanan kampung tersebut sangat licin begitu hujan deras. Selain itu, jalur masuk kampung terputus sehingga mobil tidak bisa lewat karena gempa.

photo
Pengungsi beraktivitas di dalam tenda darurat di Kampung Gitung, Desa Mangunkerta, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Ahad (27/11/2022). Beberapa pengungsi korban gempa Cianjur mengisi waktu malam hari di tenda pengungsian dengan menggelar tahlil atau menyaksikan pertandingan piala dunia. Republika/Thoudy Badai - (Republika/Thoudy Badai)

Hal itu mengakibatkan terbatasnya stok makanan. Dua hari setelah gempa, Yani mengatakan, seluruh warga bergotong royong memenuhi kebutuhan makanan. Mereka terpaksa menjatah beras 1 liter per KK, hingga bantuan pangan dapat masuk ke wilayahnya.

Selama enam hari, suasana pada malam hari masih gelap gulita, dengan penerangan seadanya yang hanya ada di tenda pengungsian. Selain itu, frekuensi hujan cukup sering dan lebat. Gempa susulan juga mempersulit warga untuk mendapatkan bantuan serta bertahan di tenda-tenda yang dibangun dengan terpal seadanya.

"Air sulit juga, soalnya kebanyakan sudah enggak bisa terpakai lagi, jadi akhirnya terkendala air bersih." 

photo
Pengungsi berdoa di dalam tenda darurat di Kampung Gasol, Desa Gasol, Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Ahad (27/11/2022). - (Republika/Thoudy Badai)

Ketua Karang Taruna Kecamatan Cugenang, Nur Wanta, ingin segera pindah dari tempat tinggalnya sekarang di RT 3 RW 1 Desa Cijedil. Ia mengaku baru menyadari bahwa kawasan tersebut berada di zona rawan bencana alam.

"Seumur hidup saya, baru kali ini mengalami gempa bumi sedahsyat ini. Saya baru sadar tempat ini ternyata bahaya," katanya.

Rumah yang ia tempati bersama seorang istri dan tiga anaknya, kini telah hancur terdampak gempa. Hampir sepekan terakhir mereka menumpang tempat tinggal di rumah kolega yang aman dari gempa.

Koordinator Posko Gempa Cianjur Kampung Cipetir, Desa Ciwalen, Kecamatan Warung Kondang, Dede Kurniawati (56), berharap lahan relokasi tidak terlampau jauh dari tempat tinggalnya di RT1 RW6. "Kebetulan di samping posko saya ini ada lahan luas yang bisa dipakai untuk relokasi. Saat gempa kemarin, lahan ini aman," katanya.

photo
Warga melihat kondisi rumah yang rusak akibat gempa di Desa Sarampad, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Selasa (22/11/2022). - (Republika/Putra M. Akbar)

Harapan itu disampaikan ibu empat anak karena merasa sudah berkerabat dengan para tetangga di wilayah itu. "Korban gempa di sini ada sekitar 100 jiwa dalam 20 kepala keluarga. Kami sudah seperti keluarga selama ini," katanya.

Bupati Cianjur Herman Suherman mengatakan, Pemerintah Kabupaten Cianjur telah menyiapkan tiga lokasi relokasi bagi warga terdampak gempa bumi.

"Kami sudah ada di daerah Sirnagalih, sekarang sedang mencari dua lokasi lagi (untuk relokasi). Itu di daerah Mande dan Pacet, dan Cipanas," kata Herman di Pendopo Kantor Bupati Cianjur. 

Untuk tempat relokasi di daerah Sirnagalih, luas lahannya mencapai 2,5 hektare, sedangkan yang di daerah Mande luasnya mencapai 4 hektare dan untuk di daerah Pacet luasnya mencapai 10 hektare.

Herman mengatakan, keputusan pasti untuk persetujuan penggunaan ketiga daerah relokasi tersebut harus menunggu persetujuan dari BMKG, Badan Pertanahan Nasional, serta Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMB). 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Lahan Kritis Jateng Capai 250 Ribu Hektare

Sebanyak 1,17 juta pohon ditanam untuk menyelamatkan lahan kritis tersebut.

SELENGKAPNYA

Ki Bagoes Hadikoesoemo, Penggagas Tegaknya Syariat Islam

Ia telah merumuskan pokok-pokok pikiran KH Ahmad Dahlan hingga menjadi Mukaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah.

SELENGKAPNYA

Kisah Kesombongan Kafir Makkah

Orang-orang kafir Makkah sombong karena mengira bahwa kelak di akhirat mereka akan diutamakan daripada kaum Mukminin.

SELENGKAPNYA