Pengukuhan majelis masyayikh pesantren | Youtube

Khazanah

Majelis Masyayikh Jadi Pilar Penjaga Kelestarian Pesantren

Majelis Masyayikh akan mengembangkan kurikulum pesantren, tanpa menghilangkan kekhasan pesantren.

JAKARTA – Majelis Masyayikh yang belum lama berselang dilantik Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas diharapkan dapat melestarikan kultur pendidikan di pesantren, tetapi tetap bisa menjawab tantangan zaman. Lembaga ini pun diharapkan mengayomi semua jenis pesantren.

“Majelis Masyayikh itu penting, karena ini amanah Undang-Undang (UU) Pesantren. Keberadaannya harus betul-betul menjadi pilar untuk menjaga kelestarian pesantren,” ujar Sekretaris Jenderal (Sekjen) Badan Kerja Sama Pondok Pesantren Indonesia (BKsPPI), KH Akhmad Alim, kepada Republika, Rabu (2/2).

Menurut dia, fokus keberadaan majelis ini adalah untuk mengawal orisinalitas dan ideologi pesantren, juga melestarikan kultur-kultur pesantren. Dari sisi kurikulum, keberadaannya penting untuk menjaga apa yang sudah digunakan oleh para salafus saleh yang terdahulu, sekaligus harus bisa menjawab tantangan zaman.

Kiai Akhmad juga berharap Majelis Masyayikh hendaklah mengayomi dan menjadi representasi semua jenis pesantren, sesuai amanat UU Pesantren. Dalam UU Pesantren, ada tiga jenis pesantren yang diakui, yaitu pesantren kitab kuning tradisional mualimin, pesantren modern, dan pesantren terpadu atau muadalah.

“Itu semua hendaklah diayomi dan dilindungi, asas berkeadilan itu penting, sehingga tidak terjadi kecemburuan atau konflik di kalangan internal pesantren itu sendiri,” kata dia.

photo
Pameran produk unggulan pesantren Jawa Barat saat acara Temu Bisnis dan Pameran Produk One Pesantren One Product (OPOP), di komplek Pesantren Daarut Tauhid (DT) Jalan Gegerkalong, Kota Bandung, Kamis (16/12). Progam yang diluncurkan Provinsi Jawa Barat ini sudah menyentuh 2.574 pesantren. OPOP bertujuan untuk mendorong pemberdayaan pesantren agar memiliki produk unggulan dan mandiri secara ekonomi. - (Edi Yusuf/Republika)

Kiai Akhmad lantas menyebut tugas lain dari Majelis Masyayikh yakni mengembangkan kurikulum pesantren, tanpa menghilangkan kekhasan pesantren. Kurikulum yang ada di pesantren itu harus terus diperbarui agar tidak ketinggalan zaman, tapi di sisi lain tidak menghilangkan ciri khasnya.

Mutu pesantren juga harus ikut diangkat dan dijaga dengan kerja-kerja dari majelis tersebut. Jika pesantren tidak bermutu, hal itu bisa menjadi bumerang bagi bangsa dan beban zaman. Ia berharap pesantren bisa menjadi model pendidikan ideal nasional.

“Berikutnya, hendaklah senantiasa mengembangkan kompetensi pengasuh pesantren, guru, tenaga pendidikan, serta setiap pihak yang terlibat dalam proses pendidikan di pesantren,” katanya.

Kiai Akhmad juga mendorong adanya peran aktif dan sinergi pesantren dengan pemerintah. Dengan demikian, pesantren bisa menjadi pioner dalam menjaga kesatuan NKRI dan memajukan kehidupan bangsa.

Pekan lalu, tepatnya pada 24-25 Januari 2022, Majelis Masyayikh yang terdiri atas sembilan kiai dengan disiplin keilmuan yang berbeda-beda, berdiskusi untuk membahas tugas dan merumuskan program. Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Muhammad Ali Ramdani, menyampaikan, rapat tersebut membahas kebijakan umum ketua Majelis Masyayikh, dilanjutkan pemaparan program khusus dan teknis dari masing-masing anggota.

“Kegiatan ini penting dilaksanakan untuk melihat secara menyeluruh program yang akan dilakukan bersama, khususnya di tahun 2022. Setelah kegiatan ini, kita semua mempunyai persepsi yang sama tentang arah dan tujuan program Majelis Masyayikh sehingga dalam melangkah ke depan bisa lebih cepat,” ujar Ramdhani, dilansir laman resmi Kementerian Agama (Kemenag).

Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kemenag, Waryono Abdul Ghafur menambahkan, antara pemerintah dan Majelis Masyayikh harus berjalan beiringan dalam melakukan tugas, khsususnya dalam menjalankan amanat UU. Untuk itu, perlu ada kesepahaman bersama antara anggota Majelis Masyayikh terkait regulasi pesantren.

“Tugas utama Majelis Masyayikh adalah fokus mengawal dan memastikan mutu pendidikan pesantren.”

Pesantren al-Khairaat

Pengurus Besar Al-Khairaat Pusat Palu meresmikan pondok pesantren Al-Khairaat Salafiyah terbesar di Maluku Utara sekaligus pembangunan Masjid Al-Khairaat yang berlokasi di Kawasan Sasa, Kota Ternate.

Pengurus Besar Al-Khairaat, Habib Ali bin Muhammad Aljufri di Ternate, Selasa, mengatakan, kehadiran pesantren Al-Khairaat Salafiyah Sasa kelak jangan hanya melahirkan orang-orang yang berilmu, tetapi yang terpenting berahlak mulia. Lokasinya berada di atas tanah seluas 1,1 hektare dan ini merupakan wakaf dari Habib Salim bin Muhammad Assegaf.

Proses belajar mengajar di pondok pesantren sudah berlangsung sejak 21 Juni 2021 dengan total santri 22 orang. Sedangkan, kurikulum yang diterapkan di pondok merujuk kurikulum Habib Idrus bin Salim Aljufri dengan program unggulan antaranya, hafalan Alquran, hadis, Bahasa Arab, Bahasa Inggris, dan pembacaan kitab kuning. Sehingga, dengan target tiga tahun masa pendidikan para Santri minimal hafal 7 Juz Alquran dan 500 Hadis Rasulullah SAW dan mampu berbahasa Arab dan Bahasa Inggris.

Sementara itu, Gubernur Malut, KH Abdul Ghani Kasuba mengatakan, bahwa Habib Idrus bin Salim Aljufri membangun pondok pesantren Al-Khairaat yang di pusatkan di Palu dan berjuang di setiap daerah yang dikunjungi, hanya dengan modal menjual kain sarung untuk dapat membangun pondok pesantren Al-Khairaat yang sangat megah dan saat ini sebagai pusat pendidikan Islam terbesar Indonesia.

Sudah banyak murid didikan Habib Idrusbin Salim Aljufri memegang jabatan di pemerintah baik menjadi menteri, gubernur, bupati dan lurah, namun belum banyak yang berbuat untuk pendidikan Islam Al-Khairaat. "Saya berharap kepada kita semua yang telah mendukung dalam pembangunan pondok pesantren Al-Khairaat Salafiyah Sasa sebagai penerus Habib Idrus bin Salim Aljufri," ujarnya.

Secara terpisah, Wali Kota Ternate Tauhid Soleman menyampaikan, bahwa Pemerintah daerah menyambut baik kehadiran pondok pesantren di wilayah Ternate Selatan. Sesuai Tata ruang kota Ternate, untuk wilayah Selatan di utamakan sebagai pusat pendidikan karena jumlah penduduk sebahagian besar berada di Kecamatan Ternate Selatan.

Lanjut wali kota, dengan adanya pendidikan keagamaan, maka telah membantu pemerintah kota Ternate dalam mendorong generasi muda untuk lebih belajar keagamaan. "Pemerintah kota Ternate Siap membantu pondok pesantren Alkhairaat Salafiyah dan pembangunan masjid , karena kita mempunyai kepentingan besar untuk membangun generasi Islam di masa depan," ujarnya.Hadir dalam peresmian, Gubernur Maluku Utara KH Abdul Ghani Kasuba, Wali Kota Ternate DR. M Tauhid Soleman, Forkopimda Maluku Utara dan Kota Ternate, Kantor Departemen Agama Maluku Utara dan Kota Ternate, para Habaib , Wanita Islam Al-Khairaat (WIA ) Kota Ternate dan orang tua santri.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat