Seorang warga menggunakan gawai melihat katalog para pedagang Pasar Wadai Ramadhan yang di pasarkan melalui media sosial di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Kamis (15/4/2021). Pemerintah Kota Banjarmasin membuka layanan pasar wadai Ramadhan secara online | ANTARA FOTO/Bayu Pratama S

Inovasi

Makin Digital Savvy Selama Pandemi

Banyak dinamika gaya hidup digital baru yang hadir selama pandemi terjadi.

Sejak tahun lalu, masyarakat telah beradaptasi dengan berbagai cara baru dalam menjalani kehidupan. Termasuk dalam bagaimana sebagian besar masyarakat, kini telah mulai memiliki gaya hidup yang makin digital.

Pekan lalu, Jenius berbagi dua hasil studi yang mereka lakukan selama pandemi, yakni cara adaptasi gaya hidup digital savvy selama pandemi dan cara adaptasi perilaku finansial 2021.

Digital Banking Business Product Head Bank BTPN Waasi B Sumintardja menjelaskan, 54 persen dari responden menyadari bahwa terjadi perubahan selama masa pandemi. Meliputi, waktu tidur, berkurangnya komunikasi, koneksi waktu kerja yang lebih fleksibel dan menurunnya produktivitas.

Menurut Waasi, selama satu tahun dalam pandemi, cara para responden bekerja, 42 persennya di kantor dan di rumah (WFO & WFH), sedangkan 28 persennya bekerja di rumah (WFH) dan 26 persennya bekerja di kantor (WFO). “Ada pula perubahan bagaimana responden menggunakan gadget. Media sosial menempati urutan pertama sebagai aplikasi yang paling sering diakses atau sekitar 82 persen,” ujarnya.

Ssementara itu, urutan kedua dan ketiga ditempati oleh mobile/ digital banking (33 persen) dan gim (26 persen). “Mungkin di social media mereka mencari informasi kesehatan, usaha, bisnis dan segala macam. Topik keduanya mengenai keuangan, baru ke hobi,” katanya melanjutkan.

Ternyata, hasil studi  menunjukkan, sebagian besar responden menunjukkan adanya perbedaan gaya hidup di era pandemi. Mereka merasa hidup mereka melambat, namun setelah satu tahun mereka berhasil beradaptasi dengan cara baru kehidupan ini.

Selain itu, para responden juga cenderung lebih aktif dalam aktivitas digital dan daring. Banyak di antara mereka yang memanfaatkan digital untuk menemukan minat atau hobi baru.

Perubahan Gaya Transaksi

photo
Ilustrasi transaksi belanja daring - (Pexels/Karolina Grabowska)

Hasil studi yang dilakukan Jenius juga menemukan adanya perubahan cara bertransaksi. Waasi mengatakan, pada awal pandemi, 71 persen menggunakan responden biasa menggunakan mobile banking, 45 persen menggunakan ATM, 32 persen menggunakan internet banking 32 persen, 17 persen menggunakan cash deposite machine (CDM) dan tujuh persen bertransaksi melalui cabang (teller).

Tetapi karena pandemi, telah terjadi perubahan, yakni 83 persen menggunakan mobile banking, 34 persen menggunakan internet banking, 25 persen menggunakan ATM, 12 persen menggunakan CDM dan tiga persen bertransaksi melalui kantor cabang.

Menurut Waasi, saat ini para digital savvy kini memang  cenderung lebih memperhatikan keuangannya dan cara melakukan transaksi keuangan. Oleh karena itu, transaksi digital, kian berperan penting untuk membantu pengguna dalam memenuhi kebutuhan aktivitas keuangannya.

Selain itu, masyarakat juga mulai mkin terbiasa dengan transaksi daring dan mengurangi transaksi luring atau fisik. Tk sedikit pula responden yang melihat pandemi ini, sebagai peluang untuk belajar dan mengembangkan portofolio investasi dari bisnis mereka.

 
Digital channel pun kini semakin banyak digunakan untuk  membantu masyarakat mengembangkan bisnis selama pandemi.
Waasi B Sumintardja, Digital Banking Business Product Head Bank BTPN

 

     

 

 

Lebih Mapan Finansial 

photo
Pengenalan literasi keaungan melalui gamifikasi di aplikasi mobile - (Dok HSBC)

Hasil Sensus Penduduk 2020 memperlihatkan, komposisi penduduk Indonesia yang didominasi Gen Z dengan rentang usia delapan hingga 23 tahun, mencapai 74,93 juta jiwa. Jumlah ini, mencapai 27,94 persen dari total populasi.  

Sayangnya, indeks literasi keuangan sebagian dari kalangan tersebut, khususnya usia 15-17 tahun, baru berkisar di angka 16 persen.  Angka ini bahkan lebih rendah dari indeks literasi keuangan nasional yang mencapai 38,03 persen.  Padahal, tingkat literasi keuangan ternyata berpengaruh pada kesejahteraan masyakarat. 

Memahami situasi yang terjadi, Bank HSBC Indonesia dan Prestasi Junior Indonesia (PJI) menghadirkan Building a Financially Capable Generation (BaFCG/Generasi Mapan Finansial), terobosan baru untuk membantu generasi muda mengembangkan keterampilan dan kepercayaan diri untuk membuat keputusan finansial yang bijak. 

Dimulai sejak Juni 2020, edukasi literasi keuangan berbasis aplikasi mobile app ini telah menjangkau 1.027 siswa SMP hingga SMA di lima kota di Indonesia, meliputi Jakarta, Bandung, Semarang, Bojonegoro, dan Denpasar. Penyajian BaFCG, dilakukan dengan metode gamifikasi yang interaktif. 

Sehingga, diharapkan dapat memicu antusiasme di kalangan muda untuk melek pengelolaan uang. “Sejak lebih dari sepuluh tahun yang lalu, HSBC secara berkelanjutan memberikan dukungan pendidikan bagi generasi muda di seluruh dunia, khususnya untuk literasi keuangan yang dijalankan tidak hanya di dalam inisiatif kemasyarakatan tapi juga secara bisnis,” ungkap Head of Corporate Sustainability Bank HSBC Indonesia, Nuni Sutyoko.

Menurutnya, inisiatif ini tidak dapat berhenti pada titik literasi. Tapi, generasi muda juga harus cakap dalam mempraktikkan wawasan yang sudah didapatkan, serta berdaya untuk menggunakan produk maupun jasa keuangan, selaras dengan tujuan finansialnya. Inisiatif global ini juga sejalan dengan upaya pemerintah dalam mendorong pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan edukasi kemapanan finansial. 

Sebagai puncak implementasi program BaFCG yang telah memasuki tahun kedua ini, sebanyak 100 siswa terpilih dari SMAN 35 Jakarta dan SMKN 27 Jakarta akan berkompetisi dalam National Innovation Challenge. Mereka diberikan tantangan untuk membuat sebuah rencana komprehensif yang dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman generasi muda mengenai uang. 

Ide ini harus dapat membantu siapapun mencapai kemapanan finansial. Satu tim dengan ide terbaik akan menjadi pemenang yang mewakili Indonesia di ajang Virtual Global Innovation Challenge, berhadapan dengan perwakilan dari 12 negara pada akhir Mei mendatang.

Co-Founder and Academic Advisor Prestasi Junior Indonesia, Robert Gardiner menjelaskan, mendesaknya penguasaan generasi muda Indonesia terhadap kemapanan finansial memacu Prestasi Junior Indonesia bersama Bank HSBC Indonesia untuk kreatif menggagas untuk mengaspirasi keterlibatan mereka.

“Kami optimistis, inisiatif ini mampu berandil melahirkan ide-ide cemerlang yang bisa dikembangkan lebih lanjut untuk mengatasi kesenjangan literasi dan kemapanan finansial masyarakat,” ujarnya. 

Building a Financially Capability Generation (BaFCG/Generasi Mapan Finansial) merupakan bagian dari komitmen berkelanjutan Bank HSBC Indonesia dan Prestasi Junior Indonesia dalam menggalakkan edukasi literasi keuangan. Seluruh inisiatif ini selaras dengan Gerakan Literasi Nasional dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi yang menyertakan literasi keuangan sebagai salah satu dari enam literasi dasar yang perlu dikuasai masyarakat Indonesia.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat