Pedagang buku bekas menunjukkan laman penjualan toko daring (online) mliknya di kiosnya di Terminal Bus Senen, Jakarta, Senin (25/2). | ANTARA FOTO

Nasional

Penjualan Buku Digital Diklaim Naik

Keberadaan buku cetak tetap diperlukan, bahkan menjadi stempel validasi.

JAKARTA – Pembelian buku selama pandemi Covid-19 disebut mengalami penurunan. Direktur Republika Penerbit, Arys Hilman menuturkan, pandemi Covid-19 yang terjadi cukup panjang membuat masyarakat mengatur pengeluaran mereka secara ketat.

Sebagian besar masyarakat saat ini fokus untuk memenuhi kebutuhan primer mereka, seperti pangan dan sandang. Hal ini berdampak bagi penjualan buku cetak.

Di sisi lain, Arys mengakui, ada peningkatan penjualan buku secara daring di tengah pandemi. "Masyarakat tidak bisa bepergian ke toko buku, tetapi mereka dapat memesan secara online," kata Arys, Rabu (11/11).

Dilihat dari penjualan buku secara daring yang meningkat, artinya permintaan buku secara digital juga meningkat. Namun, Arys berpendapat meningkatnya permintaan buku digital tetap tidak bisa menggantikan penurunan penjualan buku cetak. Ia mengatakan, sebanyak 96,71 jura masyarakat Indonesia masyarakat Indonesia belum tersentuh akses internet.

Oleh karena itu, keberadaan buku cetak tetap diperlukan, bahkan menjadi stempel validasi. "Buku cetak tetap diperlukan, digitalisasi jangan terlalu bersemangat, jadi harus disesuaikan dengan kebutuhan. Dan pahami perubahan, lalu jadikan disrupsi saat ini sebagai peluang. Kita perlu berkolaborasi dan bertransformasi untuk memenangkan pertarungan saat ini," ujar dia lagi.

photo
Direktur Pelaksana Republika Arys Hilman memberikan sambutan saat acara pengumunan pemenang lomba Poster dan Video Kreatif Hari Pahlawan Republika.co.id - (Republika/Mahmud Muhyidin)

Ketua Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) DKI Jakarta, Hikmat Kurnia menyambut baik gagasan Arys terkait kolaborasi dan transformasi. Menurutnya, saat ini memang diperlukan kerja sama antarpenerbit untuk bersama-sama berkolaborasi dalam mendorong pertumbuhan pasar. "Ini (kolaborasi dan transformasi) gagasan baik dalam meningkatkan sinergi antarpenerbit agar tetap survive," kata Hikmat.

Sementara itu, Direktur Intan Pariwara, Tommy Utomo Putra menilai, kondisi saat ini memang cukup berat. Bahkan, krisis moneter tahun 1998 pun dirasakan tidak seberat menghadapi dampak pandemi. Banyak pekerja atau karyawan penerbit yang akhirnya beralih profesi. Namun, ia yakin, semangat kerja sama dengan pihak terkait, dapat membuat penerbit terus optimal menghadapi krisis saat ini. 

Ketua Ikapi Bandung yang juga Pimpinan Penerbit Jabal, Hendra Setiawan mengatakan, cara pihaknya untuk menghadapi pandemi adalah menaikkan gaji karyawan. "Alhamdulillah, kami bisa menaikkan gaji karyawan agar tetap semangat dan akhirnya hal itu membawa dampak positif bagi penerbitan kami," ujar Hendra.

Ia mengatakan, langkah tersebut dilakukan dalam upaya meningkatkan penjualan buku yang diterbitkan. Upaya tersebut, sejauh ini membuat perusahaan penerbitan Jabal mampu bertahan di saat penerbitan lain banyak yang stagnan bahkan lumpuh.

Hal serupa juga dilakukan Penerbit Media Ilmu, Surabaya. Direktur Penerbit Media Ilmu, Fatkul Anam yang juga ketua Ikapi Jawa Timur, mengatakan, langkah atau upaya menaikkan gaji karyawan ini, mampu mendorong dan semangat karyawan untuk bekerja lebih giat tanpa khawatir pendapatan turun. Namun, Anam mengakui langkah ini memang tidak semuanya bisa diterapkan oleh tiap penerbit. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat