
Sastra
Membaca Ulang Relief, Menafsir Zaman
Puisi Fileski Walidha Tanjung
Oleh FILESKI WALIDHA TANJUNG
Membaca Ulang Relief, Menafsir Zaman
Dinding batu kisah-kisah
terpahat di masa lalu yang berbincang dengan masa depan.
Kuda-kuda melaju, kapal-kapal berlayar,
huruf-huruf purba menciptakan gelombang,
terukir di tubuh candi, terbaca di mata hati
Kubaca ulang Borobudur,
bukan sekadar susunan stupa,
Borobudur adalah buku-buku batu
setiap halamannya menunggu tafsir.
Setiap relief adalah aksara tak bersuara,
siapa yang mengerti, adalah yang mendengarnya.
Membaca adalah membebaskan waktu
agar kembali jadi manusia
agar kembali bisa berbicara
jadilah obor dalam kegelapan zaman.
2025
***
Museum yang Bernapas
Di balik tembok-tembok tua.
masa lalu masih bernafas,
menyaksikan kita yang gagap membaca jejak.
Patung-patung tersenyum samar,
seakan berbisik,
"Jadilah tamu yang bertanya, bukan yang berlalu begitu saja."
Di museum
literasi bukan hanya aksara kertas,
debam waktu yang membatu,
saksi bagi mereka yang memahami akar.
Siapa yang membaca museum,
ia tak hanya menemukan peninggalan,
tetapi menemukan dirinya sendiri
yang tersembunyi dalam riwayat jejak bangsanya.
2025
***
Taman Cahaya
Buku-buku tersusun di rak-rak kayu
Setiap lembar adalah jendela,
setiap kata adalah kunci,
setiap halaman adalah tangga
yang bisa kau panjat menuju cakrawala.
Di taman baca, anak-anak adalah tunas,
menanam akarnya di dalam cerita,
menghirup aroma kata-kata,
dan tumbuh dengan cahaya pengetahuan.
Orang-orang yang mengenal taman baca
adalah mereka yang tak takut pada kegelapan,
sebab di dalam kepala mereka ada lampu
yang mampu mengusir gulita.
2025
***
20 Tahun Membaca Masa Depan
Dua puluh tahun,
taman baca tumbuh menjadi pohon rindang
menaungi mereka yang haus,
menunggu mereka yang mencari.
Dua puluh tahun,
kertas-kertas telah menanamkan mimpi,
tulisan-tulisan telah menumbuhkan sayap,
kini mereka terbang membawa terang.
Taman baca adalah sungai,
mengalirkan pengetahuan ke desa-desa,
ke gang-gang sempit, ke setiap sudut kota,
ke hati mereka yang ingin mengubah dunia.
20 tahun bukan sekadar angka,
20 tahun adalah bukti bahwa membaca adalah jalan,
dan literasi adalah pelita yang tak pernah mati.
2025
***
Menjelajahi Jati Diri
Melangkah di tanah leluhur,
di mana kayu-kayu menari dalam ukiran,
di mana kain-kain bercerita lewat tenunan.
Setiap desa adalah halaman buku
yang menunggu dibaca dengan hati terbuka.
Aku melihat anak-anak menulis di atas tanah,
mengeja sejarah yang belum selesai,
menyambung mitos dengan mimpi,
menjadikan kearifan sebagai mata batinnya.
Jelajah desa bukan sekadar perjalanan,
tetapi pelayaran ke dalam diri.
Mengenali lokalitas adalah menemukan jati diri,
dan mengenali jati diri adalah tangga menuju bahagia yang sejati.
Dari lokal menuju global,
berjaya tanpa meninggalkan akar.
2025
***
Lahir di Madiun pada 21 Februari 1988, Fileski Walidha Tanjung adalah seorang penulis, musikus, penyair dan pendidik di bidang Seni Budaya. Dikenal melalui karya puisi, prosa, dan esai yang terbit di berbagai media massa.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.