Israeli soldiers gesture to a vehicle at Tapuah Junction, next to a campaign poster for former Israeli Prime Minister Benjamin Netanyahu near the West Bank town of Nablus, Sunday, Oct. 16, 2022. Israel is heading into its fifth election in three years thi | AP/Tsafrir Abayov

Kabar Utama

Netanyahu Menang, Palestina Kian Terancam

Saat proses penghitungan suara masih berlangsung, kekerasan antara Israel-Palestina masih terjadi.

TEL AVIV -- Kemenangan Benjamin Netanyahu dalam pemilihan umum Israel disebut bakal memperburuk situasi di Palestina. Koalisi Partai Likud yang dipimpin Benjamin dan partai sayap kanan Religious Zionism memenangkan suara mayoritas dan ditetapkan untuk membentuk pemerintahan Israel berikutnya.

Partai sayap kanan Israel akan semakin mendominasi parlemen Israel atau Knesset. Para pemimpin Religious Zionism, termasuk Itamar Ben Gvir, pernah divonis karena penghasutan atas motif rasialis dan mendukung terorisme.

Menurut Juru Bicara Front Demokratik untuk Pembebasan Palestina (DFLP) Saleh Nasser, hasil pemilu Israel ini menunjukkan kembalinya ekstrem kanan Israel. "Ini adalah kepemimpinan yang memusuhi hak-hak rakyat kami. Sudah waktunya untuk mengatur kembali rumah kami, serta mempersiapkan diri atas tindakan agresif yang akan datang oleh Pemerintah Israel yang baru terhadap warga Palestina," ujar dia dikutip di The New Arab, Jumat (4/11).

Juru bicara Fatah, Munther al-Hayek, menyebut Palestina seolah berada di depan gelombang agresi baru. Kondisi tersebut juga akan meningkatkan ketegangan di kawasan secara keseluruhan.

photo
Pemukim Israel berdiri di samping poster kampanye Benyamin Netanyahu di Nablus, Tepi Barat, Ahad (16/10/2022). - (AP/Tsafrir Abayov)

“Tindakan perlawanan harus meningkat sekaligus upaya untuk menyatukan posisi Palestina melalui pencapaian persatuan nasional yang nyata,” kata dia.

Tak hanya dari kelompok elite, warga Palestina di berbagai platform media sosial juga turut mengomentari hasil pemilihan Israel. Mereka mengkhawatirkan dampak hasil pemilu terhadap kehidupan sehari-hari di Palestina.

Perdana Menteri Israel Yair Lapid memberikan selamat atas kemenangan Benjamin Netanyahu. Ucapan ini disampaikan 48 jam setelah tempat pemungutan suara ditutup. Komisi Pemilihan Umum Pusat Israel mengumumkan alokasi kursi untuk parlemen Israel atau Knesset yang memberi Netanyahu dan sekutu politiknya 64 kursi. Jumlah itu cukup untuk membentuk pemerintahan mayoritas.

Presiden Isaac Herzog akan mulai menggelar konsultasi dengan politisi mengenai pembentukan pemerintahan yang baru setelah hasil pemilu diresmikan pada 9 November. Kembalinya Netanyahu sebagai kepala pemerintah dapat memicu perubahan mendasar bagi masyarakat Israel.

Saat ditanya mengenai kekhawatiran terkait pemerintahan ekstrem kanan, Netanyahu meresponsnya dengan menyinggung Partai Ra'am yang merupakan partai Arab pertama yang masuk dalam koalisi Pemerintah Israel tahun lalu. "Kami tidak ingin memerintah dengan Ikhwanul Muslimin, yang mendukung terorisme, menolak keberadaan Israel dan cukup bermusuhan pada Amerika Serikat, itu apa yang akan kami bawa," kata Netanyahu kepada CNN, Kamis (3/11) malam waktu setempat.

Kemenangan Netanyahu menjanjikan berakhirnya kebuntuan politik yang telah melumpuhkan Israel selama tiga setengah tahun terakhir. Namun, agendanya di pemerintahan yang baru, termasuk merombak sistem hukum dan penindakan keras pada Palestina, dapat memperparah perpecahan negara Israel dan berisiko memicu permusuhan dari sekutu-sekutu terdekat Israel.

Pada Kamis kemarin, Israel menggelar pemilu kelima sejak 2019 lalu. Seperti pemilu keempat, pemilihan ini juga yang dianggap sebagai referendum mengenai kelayakan Netanyahu memimpin, sementara ia didakwa atas kasus korupsi. Meski dalam pemilu sebelumnya berakhir dengan kebuntuan, kali ini Netanyahu berhasil unggul dengan memanfaatkan terpecahnya dan tidak terorganisasinya pihak oposisi.

Netanyahu dan sekutu ultranasionalis dan ultra-ortodoksnya mendapatkan 64 dari 120 kursi di Knesset. Oposisi yang dipimpin Lapid hanya memenangkan 51 kursi, termasuk faksi Arab yang kecil. Netanyahu masih menggelar negosiasi dengan mitra-mitranya, tapi diperkirakan akan membentuk koalisi dalam beberapa pekan ke depan.

photo
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memberikan penjelasan di pangkalan militer Hakirya di Tel Aviv, Israel, pada 2021 lalu. - (AP/Sebastian Scheiner)

Pemilihan kali ini fokus pada nilai-nilai yang bertujuan mendefinisikan negara Israel, yaitu negara Yahudi atau demokratis. Pada akhirnya, pemilih Israel memilih identitas Yahudi mereka.

Religious Zionism yang merupakan sekutu Netanyahu dan paling kejam terhadap Palestina, juga sangat anti-Arab, akan menjadi partai terbesar ketiga di parlemen. Ben-Gvir ingin mengakhiri otonomi Palestina di daerah pendudukan Tepi Barat dan mengabadikan pendudukan Israel di tanah Palestina.

Baru-baru ini, ia menggantung foto Baruch Goldstein di rumahnya. Goldstein merupakan orang Yahudi yang melakukan penembakan terhadap 29 jamaah Shalat Subuh di Masjid Ibrahim, Tepi Barat, Ben-Gvir juga menyebut anggota parlemen keturunan Arab sebagai "teroris" dan mendorong agar mereka dideportasi.

Anggota parlemen ekstrem-kanan ini juga mengacungkan pistol saat berkunjung ke permukiman Palestina di timur Yerusalem baru-baru ini. Ia ingin menguasai kepolisian Israel.

Pemimpin partai Bezalel Smotrich, pemukim ilegal Tepi Barat yang menyampaikan ujaran kebencian anti-Arab, mengincar posisi menteri pertahanan. Ia ingin menguasai militer dan militer di daerah pendudukan Tepi Barat. Partai itu juga berkali-kali menggunakan bahasa agresif mengenai pembangunan permukiman ilegal. Mereka juga berkali-kali memberikan komentar anti-LGBTQ.

Posisi ini mengancam Yahudi Amerika yang sebagian besar berhaluan liberal. Selain itu, akan mendorong Israel berseberangan dengan pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden. Gedung Putih sudah menyampaikan menantikan kerja sama dengan Israel.  

Dalam pernyataan terpisah, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri AS Ned Price mengatakan AS berharap Israel akan terus berbagi nilai-nilai masyarakat demokratis dan terbuka, termasuk toleran dan menghormati semua masyarakat sipil, terutama kelompok minoritas. Ia juga menegaskan dukungannya pada solusi dua negara antara Israel dan Palestina, gagasan yang tidak didukung koalisi Netanyahu.

Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni yang juga berhaluan ekstrem kanan mengucapkan selamat kepada Netanyahu. "Siap untuk memperkuat persahabatan dan hubungan bilateral kami, untuk menghadapi tantangan bersama lebih baik lagi," cicit Meloni di Twitter.

Perdana Menteri Hungaria Viktor Orban juga menyampaikan ucapan selamat. Ia menyebut Netanyahu sebagai "sahabat Hungaria".

Saat proses penghitungan suara masih berlangsung, kekerasan antara Israel-Palestina masih terjadi. Empat orang warga Palestina tewas dalam peristiwa yang terjadi secara terpisah. Seorang polisi Israel mengalami luka kecil akibat penusukan di Kota Tua Yerusalem.

Namun, Ben Gvir menggunakan insiden tersebut untuk menegaskan pendekatan lebih keras kepada orang Palestina. "Sudah waktunya untuk mengembalikan ketertiban di jalan, sudah waktunya teroris yang melakukan penyerangan dikeluarkan," cicitnya.

Religious Zionism mungkin dapat mempersulit kebijakan luar negeri Netanyahu, tapi akan membantunya mengatasi masalah domestik. Partai ekstrem kanan itu berjanji merombak hukum Israel yang dapat menunda sidang korupsi Netanyahu dan membuat dakwaannya hilang. 

Kasus Covid-19 Melonjak Lagi, Pintu Masuk Diperketat

Luhut menyebut puncak gelombang akan terjadi dalam satu hingga dua bulan ke depan.

SELENGKAPNYA

Negara Muslim Harus Bangun Ketahanan Pangan

Keamanan pangan merupakan masalah yang seharusnya menjadi agenda utama bagi semua negara di dunia.

SELENGKAPNYA

BPOM: Vaksin Inavac untuk Dosis Primer

Vaksin Inavac akan digunakan sebagai dosis primer dua suntikan.

SELENGKAPNYA

Ikuti Berita Republika Lainnya