Kabar Utama
Umat Diajak Menguatkan Persatuan dan Kebersamaan
Masyarakat diajak untuk mensyukuri Indonesia yang dijaga oleh nilai-nilai persatuan, kebangsaan, keislaman, dan Pancasila.
BOGOR – Kedamaian dan segala kemudahan yang sekarang dinikmati masyarakat saat ini tak lepas dari perjuangan panjang para pendahulu bangsa. Sebagai ungkapan dari rasa syukur terhadap kenikmatan itu, umat Islam diajak terus memperkuat persatuan dan kompak membangun kebersamaan dengan semua elemen untuk merawat bangsa.
Sebagai ikhtiar mewujudkannya, Republika bersama Majelis Az-Zikra menggelar Tabligh Akbar bertema ‘Semangat Umat Merawat Bangsa’ di Masjid Az-Zikra, Sentul, Bogor, Jawa Barat, Selasa (31/5) malam. Acara ini juga sebagai wujud syukur, termasuk meredanya pandemi Covid-19 di Tanah Air dan berbagai capaian lainnya.
Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI), Amirsyah Tambunan mengatakan, ungkapan rasa syukur bisa diaplikasikan dalam beberapa hal. Umat Islam sebagai mayoritas di Indonesia harus bersatu untuk membuktikan bahwa negara yang kaya raya dan penuh dengan nikmat Allah ini harus disatukan menjadi satu kekuatan.
“Sikap umat Islam harus bersatu, umat Islam sebagai pengikut Nabi Muhammad SAW yang saya sebut Muhammadiyah, yaitu mengikuti jejak langkah perjuangan Nabi Muhammad, mempersatukan kaum muhajirin dan anshar, tentu harus memiliki dasar yang kuat, yaitu dengan kekuatan iman,” kata Buya Amirsyah saat acara, Selasa (31/5).
Menurut Buya Amirsyah, menguatkan iman merupakan pesan Pancasila, yakni Ketuhanan Yang Maha Esa. Kekuatan iman sangat penting untuk terus ditingkatkan sebagai bukti tanda syukur. Sebagai umat yang bersyukur, maka harus kompak merawat keragaman suku, agama, dan etnis.
Dia mengatakan, rasa syukur terhadap Indonesia juga bisa diungkapkan dengan rasa terima kasih kepada para ulama yang sudah bersusah payah merebut kemerdekaan. Para ulama harus dijadikan teladan oleh bangsa Indonesia supaya anak cucu bisa mewarisi negara yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur.
“Semua tokoh ulama rela mengorbankan jiwa raga sebagai bukti kesyukurannya, maka bangsa Indonesia sekarang harus merawat negeri ini sebagai bukti kesyukuran kita,” kata Buya Amirsyah.
Dalam kesempatan yang sama, pimpinan Majelis Rasulullah, Habib Nabiel Al Musawa, mengatakan, NKRI, Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, dan cinta Tanah Air terdapat dalam ajaran Islam. Menurutnya, dalil tersebut terdapat dalam Alquran, yakni Surah al-Balad yang artinya negeri ini.
Di ayat pertama disebutkan, ‘Aku bersumpah demi negeri ini (Makkah)’. Kemudian di ayat kedua dikatakan, ‘Sedangkan engkau (Nabi Muhammad) bertempat tinggal di negeri (Makkah) ini’. Makkah diketahui sebagai tanah air Nabi Muhammad SAW. Makkah, kata Habib Nabiel, dimuliakan Allah karena tempat tinggal Nabi Muhammad.
Habib Nabiel melanjutkan, ada kota lain yang juga dimuliakan Allah, yakni Madinah. Buktinya, kata dia, Allah menjanjikan barang siapa shalat di Masjidil Haram sama dengan shalat 100 ribu rakaat. Sementara shalat di Masjid Nabawi, di Madinah, sama dengan shalat 10 ribu rakaat. Menurutnya, kedua tempat itu dimuliakan karena menjadi tempat tinggal Nabi Muhammad.
Dia menjelaskan, dalam hadis, cinta Tanah Air terdapat dalam Shahih Bukhari bahwa Nabi Muhammad kalau sudah satu perjalanan jauh melihat dinding kota Madinah, maka beliau mempercepat jalan unta karena cintanya kepada Madinah al-Munawwarah. Dalam kitab Fathul Bari juga disebutkan, jika seseorang rindu dengan tanah airnya maka akan mendapat pahala.
“Ada yang berpendapat cinta Tanah Air itu bid’ah dan hadis itu dhaif. Padahal dia hanya kurang membaca kitab,” ujar Habib Nabiel.
Menurut Habib Nabiel, dari ayat Alquran dan hadis di atas telah menunjukkan cinta Tanah Air adalah syariat termasuk memperingati hari kelahiran Pancasila dan hari kemerdekaan RI. Tak hanya dalil, cinta Tanah Air juga dibuktikan langsung oleh ulama Indonesia, yakni berjuang untuk kemerdekaan hingga merumuskan Pancasila.
“Presiden Sukarno dulu berkata ‘jas merah’ (jangan sekali-sekali melupakan sejarah). Sekarang kita tambahkan ‘jas hijau’ (jangan sekali kali hilangkan jasa para ulama),” kata Habib Nabiel.
Habib Nabiel menegaskan, tak hanya saat kemerdekaan, setelah kemerdekaan pun banyak ulama yang terus berjuang. Di antaranya KH Hasyim Asy’ari, KH Ahmad Dahlan, KH Agus Salim, Muhammad Natsir, dan para ulama lainnya.
Tak hanya ulama, habaib atau keturunan Rasulullah pun ikut berjuang. Di antaranya Habib Ali al Habsyi Kwitang yang menyarankan Presiden Sukarno untuk menentukan hari kemerdekaan. Demikian juga dengan isi Pancasila. Menurut Habib Nabiel, kelima silanya terdapat dalam ajaran Islam, sehingga seharusnya tidak ada lagi yang menyebutkan bahwa Pancasila bukan Islam.
Pimpinan Az-Zikra Ustaz Abdul Syukur mengingatkan semua pihak untuk tidak lupa banyak berdoa bagi kedamaian negeri ini. Dia mengajak umat Islam bangun tengah malam memanjatkan doa untuk mendapatkan keberkahan negeri ini karena mereka adalah orang yang ikhlas bermunajat kepada Allah SWT. Menurutnya, negeri ini menjadi bahagia karena banyaknya orang yang berzikir.
Pemimpin Redaksi Republika, Irfan Junaidi, mengajak masyarakat untuk mensyukuri Indonesia yang dijaga oleh nilai-nilai persatuan, kebangsaan, keislaman, dan Pancasila. Acara tabligh akbar ini, kata dia, digelar sebagai wujud rasa syukur. “Syukur terhadap apa? Syukur terhadap Indonesia yang tercinta ini,” kata Irfan.
Irfan menjelaskan, dibanding dengan beberapa negara lain, hari ini pandemi Covid-19 di Indonesia sudah mereda sehingga umat bisa berkumpul dalam acara tabligh akbar seperti yang diselenggarakan Republika bersama Majelis Az-Zikra. Hal tersebut merupakan salah satu hal yang patut disyukuri.
Tahun ini masyarakat juga bisa merayakan Idul Fitri dengan lebih longgar dan melakukan mudik. Dalam prosesnya tidak ada musibah besar yang menghalangi masyarakat untuk halal bi halal. “Kemudian kita juga bersyukur umat sampai hari ini dengan ikatan nilai-nilai keislaman, nilai-nilai kebangsaan, nilai-nilai Pancasila masih bersatu,” ujar Irfan.
Ia mengatakan, jamaah tabligh akbar bisa merasakan nilai persatuan umat hari ini. Dengan segala kekurangan dan kelebihannya, masyarakat di Indonesia tidak sampai melukai satu sama lain.
“Ada konflik, gesekan, persilangan, tapi alhamdulillah secara umum kita masih diberi nikmat untuk bisa beribadah bersama-sama, sehingga wujud syukur ini kita sampaikan melalui majelis yang insya Allah dimuliakan oleh Allah,” kata Irfan.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Umat Diajak Menguatkan Persatuan dan Kebersamaan
Masyarakat diajak untuk mensyukuri Indonesia yang dijaga oleh nilai-nilai persatuan, kebangsaan, keislaman, dan Pancasila.
SELENGKAPNYARusia Kembali Tutup Pasokan Gas ke Eropa
Uni Eropa sepakat melakukan embargo parsial terhadap komoditas minyak Rusia.
SELENGKAPNYAMerawat Bangsa
Hal penting dalam merawat bangsa adalah menjaga persatuan agama, suku, dan etnis yang beragam.
SELENGKAPNYA