Resonansi
Muslim yang Menjadi Bukti
Semua ajaran Islam di masa Rasulullah dibuktikan baik dalam kenyataan di bidang apa pun.
Oleh ASMA NADIA
OLEH ASMA NADIA
Ketika bulan puasa tiba, Karim Benzema, striker Real Madrid tetap memutuskan untuk berpuasa sekalipun harus menghadapi laga penting yang ikut menentukan nasib Real Madrid di Liga Champion.
"(Ramadhan) tidak ada pengaruhnya (buat performa saya). Ramadhan adalah bagian dari hidup saya dan agama saya menjadikan Ramadhan sebagai kewajiban," tegas Benzema. Padahal lawannya bukan tim sembarangan.
Chelsea yang dikawal kiper terbaik versi FIFA, Edouard Mandy yang di musim lalu hanya kebobolan dua gol dari tujuh laga babak gugur Liga Champion 2020-2021. Tiga belas menit menjelang kick off, Maghrib tiba dan sang striker berbuka ala kadarnya, benar-benar sekadar membatalkan puasa.
Waktu pun bergulir, dengan perut relatif kosong Benzema bermain dengan kelincahan layaknya pemain yang tidak berpuasa. Bola dikejar, semua peluang coba diraih.
Hingga akhinya, di menit ke-21, bomber berusia 34 tahun ini memanfaatkan umpan silang Vinicius Jr dari sayap kiri dan mencetak gol. Tiga menit berselang, ia memaksimalkan umpan Luka Modric, kembali mencetak gol ke gawang Chelsea.
Bagi pesepak bola Muslim yang bertarung di ajang internasional, puasa tidak hanya menjadi tantangan fisik, tapi juga menjadi ajang pembuktian betapa ajaran Islam adalah benar bahkan di saat orang meragukan.
The Blues berhasil membalas dengan menyarangkan bola di menit ke-40. Namun enam menit kemudian, Benzema, eks striker Olympique Lyon ini kembali menjebol gawang lawan dari luar kotak penalti saat tak terjaga kiper.
Hattrick ini dianggap spektakuler karena dalam pertandingan belum lama ini- ia sendiri baru mencetak hattrick di gawang PSG yang juga dikawal kiper terbaik dunia Donnarumma- dinobatkan sebagai pemain terbaik Piala Eropa 2020.
Media besar di Spanyol dan Inggris spontan memuji-muji pencapaian sang striker dan menyebut Benzema sebagai Big Ben di halaman muka surat kabar mereka.
Lelaki keturunan Aljazair ini berhasil membuktikan, aktivitas puasa yang dilakukannya tidak membuat prestasi menurun, bahkan seolah menegaskan ibadah khas di bulan Ramadhan ini justru meningkatkan performanya.
"Saya merasa baik ketika saya berpuasa dan saya bersyukur dengan kesehatan saya," jelas Benzema.
Bagi pesepak bola Muslim yang bertarung di ajang internasional, puasa tidak hanya menjadi tantangan fisik, tapi juga menjadi ajang pembuktian betapa ajaran Islam adalah benar bahkan di saat orang meragukan.
Tidak hanya Benzema, banyak pemain bola Muslim yang tetap berprestasi di saat berpuasa.
Tidak hanya Benzema, banyak pemain bola Muslim yang tetap berprestasi di saat berpuasa. Pencapaian mereka dari tahun ke tahun menjadi pemberitaan yang membawa pesan positif bagi Islam.
Sebagai seorang Muslim, N'Golo Kante, pemain andalan Chelsea, pun menjalankan puasa selama pertandingan. Meskipun demikian, Kante tetap memperlihatkan energi luar biasa. Berlatih tanpa lelah meski dengan kecepatan tinggi.
''Jangan lupa, N'Golo Kante masih puasa Ramadhan. Dan masih menampilkan performa yang luar biasa malam ini. Pemain yang luar biasa,'' tutur jurnalis Prancis yang berbasis di London, Julien Laurens, melalui akun Twitter.
Hal serupa ditunjukkan Paul Pogba saat berlangsungnya pertandingan Manchester United vs AS Roma.
Dua bintang Liverpool Mohamed Salah dan Sadio Mane juga menjalani kewajibannya di bulan Ramadhan selama sebulan penuh. Kedua pemain Muslim itu berlatih dan bertanding tanpa membatalkan puasanya di saat timnya, The Reds menghadapi pertandingan penting yang akan menentukan nasib mereka.
Setidaknya, pesepak bola Muslim sudah berperan memberi satu lagi sisi positif terhadap citra Islam.
Manajer Liverpool, Juergen Klopp memang tak pernah menghalangi pemainnya melakukan ibadah. Dia menyerahkan keputusan apakah pemain akan puasa atau tidak kepada sang pemain sendiri.
"Tak ada yang salah dengan puasa pemain saya. Saya hormati agama mereka, mereka selalu tampil bagus dan mereka ambil keputusan terbaik apakah bakal puasa atau tidak," ujar Klopp.
Setidaknya, pesepak bola Muslim sudah berperan memberi satu lagi sisi positif terhadap citra Islam. Membuktikan ajaran Islam, dalam hal ini puasa, tidak menurunkan produktivitas dan tidak mengganggu kesehatan.
Jika diibaratkan komoditas, sebuah produk akan lebih laris penjualannya ketika sudah terbukti manfaat dan keunggulannya. Lontaran sebuah teori pun akan diyakini kebenarannya hanya setelah melalui pembuktian nyata.
Konsep dan ajaran yang terbukti di lapangan akan terpahat lebih kuat di benak masyarakat.
Intinya, masyarakat butuh bukti konkret untuk mempercayai sesuatu, dan ini salah satu kunci sukses dakwah Islam di masa lalu. Nyaris semua ajaran Islam di masa Rasulullah dibuktikan baik dalam kenyataan di bidang apa pun, ideologi, sosial, politik, dan lain-lain.
Benzema, Salah, Mane, Pogba, dan banyak lagi atlet Muslim sudah ikut menunjukkan bukti kebenaran ajaran Islam. Semoga pembuktian mereka mengusik saya juga pembaca, kira-kira di bidang apa kita yang Muslim membuktikan kebaikan Islam sebagai rahmatan lil alamin.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Manggapai Rahmat, Meraih Maghfirah
Kasih sayang Allah ada yang diberikan di dunia dan ada yang diberikan nanti di akhirat.
SELENGKAPNYAPerangkap Bisnis di Bulan Suci
Di tengah gempuran badai bisnis Ramadhan yang bertubi-tubi, perlu kesadaran kualitas puasa kita.
SELENGKAPNYAUjian Mudik Lebaran
Diperkirakan, mobilitas penduduk pada musim Lebaran ini akan sangat tinggi.
SELENGKAPNYA