
Internasional
Gaza Kembali di Tubir Kelaparan Akut
Puluhan serangan Israel hanya targetkan anak-anak dan perempuan.
GAZA – Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) mengumumkan bahwa Gaza kian dekat dengan tingkat kelaparan akut. Semua persediaan bahan pokok hampir habis di wilayah itu akibat blokade Israel.
"Semua persediaan bahan pokok habis. Harga komoditas telah meningkat secara eksponensial selama satu bulan terakhir sejak pemerintah Israel melakukan pengepungan di Jalur Gaza," Juliette Touma, Direktur Komunikasi UNRWA dilansir kantor berita WAFA, kemarin. "Ini berarti bayi-bayi dan anak-anak akan tidur dalam keadaan lapar. Setiap hari tanpa pasokan dasar ini, Gaza semakin dekat menuju kelaparan yang sangat, sangat parah," tambahnya.
Program Pangan Dunia dulunya menyediakan roti dari 25 toko roti di seluruh Gaza, namun semuanya kini tutup. Persediaan yang semakin menipis dijual dengan harga selangit, dengan sekarung tepung seberat 25 kilogram dijual seharga 60 dolar AS dibandingkan 6 dolar AS pada waktu normal. Satu liter minyak goreng dijual seharga 10 dolar AS alih-alih 1,5 dolar AS.
Badan amal medis Doctors Without Borders mengatakan mereka menghadapi anak-anak dan wanita hamil yang mengalami kekurangan gizi parah. Ibu menyusui terlalu lapar untuk bisa menyusui.

Israel telah menutup penyeberangan perbatasan dengan Gaza sejak 2 Maret, menghalangi masuknya bantuan kemanusiaan dan pasokan medis ke Jalur Gaza dan menyebabkan memburuknya situasi kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Israel secara sepihak mengakhiri perjanjian gencatan senjata di Jalur Gaza dan melanjutkan agresinya di Jalur Gaza pada hari Selasa, 18 Maret, melakukan gelombang serangan udara berdarah di Jalur Gaza dan menewaskan ratusan warga Palestina, termasuk lebih dari 100 anak-anak.
Jumlah korban jiwa mencapai sedikitnya 1.542 orang dan 3.940 lainnya luka-luka, menurut sumber medis. Tim darurat berupaya menyelamatkan korban yang masih terjebak di bawah reruntuhan.
Sumber-sumber medis menambahkan bahwa dalam 24 jam terakhir, setidaknya 26 jenazah warga Palestina yang terbunuh dan 106 korban dirawat di rumah sakit di seluruh Jalur Gaza. Agresi dilanjutkan di tengah kekhawatiran atas memburuknya situasi kemanusiaan di Jalur Gaza mengingat pengepungan yang sedang berlangsung dan larangan masuknya bantuan medis dan kemanusiaan.
Lihat postingan ini di Instagram
Israel telah melancarkan serangan militer di Jalur Gaza sejak Oktober 2023, menewaskan 50.912 warga Palestina, sebagian besar wanita dan anak-anak, dan melukai 115.981 lainnya.
Selain itu, setidaknya 10.000 orang masih belum ditemukan, diperkirakan tewas di bawah reruntuhan rumah mereka di seluruh Jalur Gaza.
Agresi Israel juga mengakibatkan hampir dua juta orang dari seluruh Jalur Gaza harus mengungsi secara paksa, dengan sebagian besar pengungsi terpaksa mengungsi ke kota Rafah di bagian selatan yang padat penduduk, dekat perbatasan dengan Mesir. Ini menjadi eksodus massal terbesar di Palestina sejak Nakba tahun 1948.
Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan perempuan dan anak-anak Palestina adalah satu-satunya korban jiwa dalam setidaknya tiga lusin serangan udara Israel di Gaza sejak pertengahan Maret, seiring dengan peringatan bahwa serangan militer Israel mengancam “keberlanjutan keberadaan orang-orang Palestina sebagai sebuah kelompok”.
Ravina Shamdasani, juru bicara Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia PBB, mengatakan pada Jumat bahwa kantornya telah mendokumentasikan 224 serangan Israel terhadap bangunan tempat tinggal dan tenda-tenda bagi para pengungsi di Jalur Gaza antara 18 Maret dan 9 April.

“Dalam 36 serangan yang informasinya dikuatkan oleh Kantor Hak Asasi Manusia PBB, korban jiwa yang tercatat sejauh ini hanya perempuan dan anak-anak,” katanya.
Temuan ini muncul ketika serangan Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 1.500 warga Palestina sejak militer Israel melanggar gencatan senjata pada bulan Maret, menurut angka dari Kementerian Kesehatan Palestina.
Israel juga telah memberlakukan blokade total terhadap daerah kantong pesisir Palestina, sehingga PBB dan kelompok hak asasi manusia memperingatkan bahwa makanan, air, obat-obatan, dan pasokan penting lainnya akan segera habis.
"Lebih dari sebulan telah berlalu tanpa setetes pun bantuan ke Gaza. Tidak ada makanan. Tidak ada bahan bakar. Tidak ada obat-obatan. Tidak ada pasokan komersial," kata Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres kepada wartawan di New York awal pekan ini.
"Ketika bantuan berkurang, pintu kengerian telah terbuka kembali. Gaza adalah ladang pembunuhan – dan warga sipil berada dalam lingkaran kematian yang tak ada habisnya."

Setidaknya 15 warga Palestina telah terbunuh di Gaza sejak fajar pada hari Jumat. Jumlah tersebut termasuk 10 anggota satu keluarga, termasuk tujuh anak-anak, yang syahiddalam pemboman sebuah rumah di Khan Younis di Gaza selatan.
Sementara itu, banyak orang terjebak di bawah reruntuhan di seluruh wilayah akibat serangan Israel, Aljazirah melaporkan dari Deir el-Balah di Gaza tengah.
“Kami telah mendengar kesaksian yang sangat mengerikan dari kru pertahanan sipil yang mengatakan bahwa mereka sedang menyelamatkan warga Palestina yang terjebak di bawah rumah mereka yang hancur,” katanya. “Mereka mendengar suara bayi dan suara anak-anak menangis minta tolong dan berteriak meminta pertolongan.”
Berbicara kepada Aljazirah pada Jumat, Shamdasani, juru bicara kantor hak asasi manusia PBB, mengatakan situasi di Gaza “lebih buruk dari sebelumnya”. Warga Palestina dipindahkan secara paksa ke daerah-daerah yang semakin kecil, katanya, sementara serangan militer Israel terus berlanjut, bantuan kemanusiaan diblokir, dan para pejabat Israel mengkondisikan bantuan untuk pembebasan tawanan yang ditahan di daerah kantong tersebut.
“Seperti yang telah kami katakan hari ini, mengingat dampak kumulatif dari tindakan pasukan Israel di Gaza, kami khawatir bahwa Israel tampaknya memberikan kondisi kehidupan yang semakin tidak sesuai dengan kelangsungan keberadaan mereka sebagai kelompok di Gaza,” katanya.
Israel telah berjanji untuk melanjutkan serangan militernya, dan para pejabat dalam beberapa hari terakhir menguraikan rencana untuk merebut wilayah baru di Gaza selatan. Militer Israel juga telah mengeluarkan serangkaian perintah evakuasi.
Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) mengatakan sekitar 400.000 warga Palestina terpaksa mengungsi di Gaza sejak gencatan senjata berakhir pada 18 Maret. “Mereka kini juga mengalami hambatan terlama dalam bantuan dan pasokan komersial sejak dimulainya perang,” kata UNRWA dalam sebuah postingan di X yang mendesak akses kemanusiaan tanpa hambatan.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Polemik Evakuasi, Prabowo Diminta Bangun Kembali RS Indonesia di Gaza
Rencana evakuasi pengungsi Gaza masih menunggu persetujuan Otoritas Palestina.
SELENGKAPNYASekjen PBB: Gaza Jadi "Ladang Pembantaian"
Bombardir dan blokade Israel membuat kondisi Gaza kian mengenaskan.
SELENGKAPNYA