
Internasional
Perang Dagang Memanas, China Janji Lawan AS Habis-Habisan
Trump mengancam pengenaan tarif tambahan untuk China sebesar 50 persen.
WASHINGTON – Perang dagang antara Amerika Serikat dan China kian memanas. Beijing menekankan tak akan menyerah meski Presiden AS Donald Trump mengancam akan mengenakan tarif tambahan sebesar 50 persen pada impor dari China.
China telah berjanji untuk tidak mundur setelah Trump mengancam akan menaikkan tarif hingga lebih dari 100 persen. “Ancaman AS untuk menaikkan tarif terhadap China adalah sebuah kesalahan di atas kesalahan, yang sekali lagi mengungkap sifat perundung AS,” kata juru bicara Kementerian Perdagangan.
“China tidak akan pernah menerima hal ini,” kata juru bicara tersebut, sambil menambahkan, “Jika AS bersikeras mengambil jalannya sendiri, China akan melawannya sampai akhir.” Juru bicara tersebut mengatakan jika AS meningkatkan tarifnya, China akan “dengan tegas mengambil tindakan balasan untuk melindungi hak dan kepentingannya sendiri”.
Kedutaan Besar China di AS mengatakan pada Senin bahwa mereka tidak akan menyerah pada tekanan atau ancaman mengenai tarif tambahan sebesar 50 persen. "Kami telah menekankan lebih dari sekali bahwa menekan atau mengancam China bukanlah cara yang tepat untuk berhubungan dengan kami. China akan dengan tegas menjaga hak dan kepentingan sahnya," Liu Pengyu, juru bicara kedutaan, mengatakan kepada Agence France-Presse.

Ancaman Trump muncul setelah China membalas penerapan tarif impor resiprokal yang diumumkan pekan lalu. Trump mengancam bahwa penerapan tarif tambahan itu akan dimulai Rabu ini. Ancaman Trump ini muncul pada hari ketiga jatuhnya pasar di seluruh dunia sejak Trump mengumumkan perang dagangnya pada Rabu lalu dengan tarif terhadap mitra dagang AS.
Sebagai bagian dari langkah tersebut, Gedung Putih mengumumkan akan mengenakan tarif sebesar 34 persen pada impor China. Sebagai tanggapan, Beijing mengumumkan tarif 34 persen terhadap impor AS.
Dalam pernyataan di Truth Social pada Senin pagi waktu AS, Trump mengatakan bahwa China memberlakukan tarif pembalasan meskipun ia “memperingatkan bahwa negara mana pun yang melakukan pembalasan terhadap AS dengan mengeluarkan Tarif tambahan” akan “segera dikenakan tarif baru dan jauh lebih tinggi, melebihi tarif yang ditetapkan pada awalnya”.
“Jika China tidak menarik kenaikan sebesar 34 persen di atas pelanggaran perdagangan jangka panjang yang sudah mereka lakukan pada besok, 8 April 2025, Amerika Serikat akan mengenakan Tarif TAMBAHAN terhadap China sebesar 50 persen, yang berlaku efektif tanggal 9 April,” tulis Trump.
“Selain itu, semua pembicaraan dengan China mengenai permintaan pertemuan dengan kami akan dihentikan!” dia menambahkan. “Negosiasi dengan negara lain, yang juga meminta pertemuan, akan segera dimulai.”
Seorang pejabat senior Gedung Putih mengatakan kepada ABC News bahwa kenaikan tarif terhadap China akan melampaui tarif timbal balik sebesar 34 persen yang diumumkan Trump minggu lalu dan 20 persen yang sudah diberlakukan.
Artinya, total tarif impor untuk produk China yang ke Amerika Serikat bisa mencapai 104 persen. Ini langkah yang sangat drastis mengingat AS sebelum Trump adalah negara pengusung utama perdagangan bebas. Kebijakan ini juga akan memukul konsumen di AS yang bergantung pada produk-produk buatan China.
Ultimatum baru Trump kepada China menandai peningkatan terbaru dari Gedung Putih dan terjadi ketika saham-saham AS berayun masuk dan keluar dari zona merah pada Senin pagi ketika sebuah laporan beredar bahwa Trump akan menghentikan sementara penerapan tarif besar-besaran selama 90 hari, namun kemudian dengan cepat ditolak oleh Gedung Putih dan menyebutnya sebagai “berita palsu”.
Sedangkan Perdana Menteri Singapura Lawrence Wong mengatakan dia ‘kecewa’ dengan tarif AS. Menurutnya tarif Trump terhadap Singapura “bukanlah tindakan yang dilakukan seseorang terhadap temannya”.
Perdana Menteri Singapura memperingatkan bahwa “kemungkinan perang dagang global semakin besar” dan mendesak masyarakat di negaranya yang bergantung pada perdagangan untuk bersiap menghadapi masa-masa sulit.
“Kami sangat kecewa dengan tindakan AS, terutama mengingat persahabatan yang mendalam dan sudah lama terjalin antara kedua negara kami,” ujarnya dalam pidato di parlemen.
“Ini bukanlah tindakan yang dilakukan seseorang terhadap temannya.” Pekan lalu, Trump mengumumkan bahwa Singapura akan dikenakan tarif sebesar 10 persen meskipun memiliki perjanjian perdagangan bebas dengan AS.

Sedangkan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mulai menjalin komunikasi dengan China terkait perang dagang yang dilancarkan Trump. Von der Leyen menyatakan telah mengadakan percakapan telepon dengan Perdana Menteri Tiongkok Li Qiang ketika kekhawatiran akan perang dagang global meningkat.
“Saya menekankan tanggung jawab Eropa dan China , sebagai dua pasar terbesar di dunia, untuk mendukung sistem perdagangan yang direformasi dengan kuat, bebas, adil, dan setara”, menurut pernyataan dari kantornya. Ia menambahkan bahwa diskusi tersebut mencakup pembentukan mekanisme untuk melacak kemungkinan pengalihan perdagangan yang disebabkan oleh tarif AS.
Von der Leyen mengatakan pada Senin bahwa UE siap untuk menegosiasikan perjanjian tarif “zero-for-zero” pada barang-barang industri dengan AS tetapi juga memperingatkan bahwa UE juga siap untuk melakukan pembalasan jika perlu.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Industri RI Minta Perlindungan dari Kebijakan Tarif Trump
Indonesia akan mengirim tim negosiator tarif ke AS.
SELENGKAPNYAMenakar Dampak Perang Dagang
Pemerintah mengkaji dampak dari kebijakan tarif resiprokal AS.
SELENGKAPNYABagaimana Indonesia Terdampak Perang Dagang Trump?
Trump mengenakan tarif impor 32 persen terhadap produk Indonesia.
SELENGKAPNYA