Asap mengepul menyusul ledakan yang dipicu militer Israel di kamp pengungsi Jenin di Tepi Barat Ahad 2 Februari 2025. | AP Photo/Majdi Mohammed

Internasional

Israel Bakal Bangun Seribu Rumah di Tepi Barat

Pasukan Israel terus melakukan operasi besar-besaran di Tepi Barat.

TEL AVIV – Israel mengeluarkan tender untuk pembangunan hampir seribu rumah pemukim tambahan di Tepi Barat yang diduduki. Ini menegaskan penjajahan Israel atas wilayah yang belakangan terus mengalami penyerbuan tersebut.

Lembaga pengawas pemukiman ilegal, Peace Now mengatakan pembangunan 974 unit perumahan baru akan memungkinkan populasi pemukiman Efrat meningkat sebesar 40 persen dan selanjutnya menghambat pembangunan kota Betlehem di Palestina yang berdekatan. Hagit Ofran, yang memimpin pemantauan pemukiman kelompok tersebut, mengatakan konstruksi dapat dimulai setelah proses kontrak dan penerbitan izin, yang mungkin memakan waktu setidaknya satu tahun lagi.

Israel merebut Tepi Barat, bersama dengan Jalur Gaza dan Yerusalem timur, dalam perang Timur Tengah tahun 1967. Palestina menginginkan ketiga wilayah tersebut sebagai negara mereka di masa depan dan memandang pembangunan pemukiman oleh Israel sebagai hambatan utama bagi perdamaian, sebuah posisi yang mendapat dukungan luas dari dunia internasional.

Presiden Donald Trump memberikan dukungan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap pemukiman tersebut pada masa jabatan sebelumnya. Israel juga terus memperluas pemukiman pada masa pemerintahan Partai Demokrat, yang bersikap lebih kritis namun jarang mengambil tindakan apa pun untuk mengekang permukiman tersebut.

Kronologis pencaplokan Palestina - (Republika)  ​

Israel telah membangun lebih dari 100 permukiman di Tepi Barat, mulai dari pos terdepan di puncak bukit hingga komunitas yang sudah berkembang sepenuhnya yang menyerupai kota kecil dan pinggiran kota, dengan blok apartemen, mal, dan taman.

Lebih dari 500.000 pemukim tinggal di Tepi Barat yang diduduki, yang merupakan rumah bagi sekitar 3 juta warga Palestina. Para pemukim memiliki kewarganegaraan Israel, sementara warga Palestina hidup di bawah pemerintahan militer dengan Otoritas Palestina yang didukung Barat mengelola pusat-pusat populasi.

Kelompok hak asasi manusia utama menggambarkan situasi ini sebagai apartheid, tuduhan yang dibantah oleh pemerintah Israel, yang memandang Tepi Barat sebagai pusat sejarah dan alkitabiah bagi orang-orang Yahudi dan menentang negara Palestina.

Peace Now, yang mendukung solusi dua negara yang dinegosiasikan untuk konflik tersebut, menuduh pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu terus melanjutkan pembangunan pemukiman sementara puluhan sandera yang ditangkap dalam serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, mendekam di penangkaran di Jalur Gaza.

photo
Sebuah lokasi pembangunan perumahan di tepi pemukiman Yahudi Eli di Tepi Barat, Senin, 11 November 2024. - (AP Photo/Ohad Zwigenberg)

“Sementara rakyat Israel (menetapkan) tujuan mereka pada pembebasan sandera dan diakhirinya perang, pemerintahan Netanyahu menggunakan steroid untuk menetapkan fakta di lapangan yang akan menghancurkan peluang perdamaian dan kompromi,” katanya dalam sebuah pernyataan.

Sementara, pasukan Israel, yang telah melakukan operasi besar-besaran di Tepi Barat yang diduduki, terus menghancurkan rumah dan infrastruktur di seluruh kamp Nur Shams. Salah satu warga, Nihaya al-Joundi, mengatakan banyak rumah yang hancur menjadi puing-puing.

“Kami terbangun karena suara ekskavator yang menggali halaman kamp di jalan utama dan menghancurkan beberapa rumah,” katanya. “Awalnya, sebagian hancur, tapi hari ini mereka menjadi puing-puing.” Warga lainnya yang terpaksa mengungsi mengaku tidak tahu harus kemana.

“Kami terpaksa mengungsi. Anggota keluarga saya pergi ke sanak saudara dan tetangganya,” kata Akram abu Talal. “Kemana kita bisa pergi? Entah ke masjid atau balai umum. Yang punya uang menyewa rumah, dan yang tidak punya uang tidak bisa berbuat apa-apa.”

photo
Warga Kamp Al-Fara, Tepi Barat, mengungsi dari rumah mereka saat militer Israel melanjutkan operasinya di daerah tersebut, Sabtu, 8 Februari 2025. - (AP Photo/Majdi Mohammed)

Operasi Israel, yang dimulai di kota terdekat Jenin pada 21 Januari, hanya beberapa hari setelah gencatan senjata di Gaza, telah menewaskan puluhan orang dan membuat lebih dari 40.000 orang mengungsi.

Pejuang Palestina terus melakukan perlawanan atas serangan-serangan Israel tersebut, Pada Senin, sayap bersenjata Jihad Islam Palestina mengatakan Batalyon Tulkaremnya meledakkan alat peledak yang menargetkan pasukan Israel di kota Qaffin. Dikatakan bahwa para pejuang kelompok itu juga “menghujani banyak peluru” ke arah pasukan tersebut.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Israel Bunuh Nyaris Seribu Warga Tepi Barat

Bentrokan antara Israel dan pejuang Palestina terus berlanjut.

SELENGKAPNYA

Penjajahan Israel di Tepi Barat Kian Mematikan

Sebanyak 25 warga Jenin syahid dalam 25 hari serbuan Israel.

SELENGKAPNYA

Pejuang Palestina Terus Melawan di Tepi Barat

Sebanyak 45.000 warga Palestina mengungsi di Tepi Barat.

SELENGKAPNYA