Auman Kegetiran Manusia | Daan Yahya/Republika

Sastra

Auman Kegetiran Manusia

Puisi-Puisi Selendang Sulaiman

Oleh SELENDANG SULAIMAN

Batas Awal dan Akhir

 

Atas nama wahyu dan mu’jizat para nabi

kugali hakikat perjalanan puisi ke masa depan

yang menyimulasikan awal penciptaan bumi

dan langit yang disebut berpasang-pasangan

 

pada mulanya gelap, dingin, dan hampa

kemudian satu superledakan maha dahsyat

bersama dentuman suara penerbit cahaya

dan energi melahirkan ruang dan waktu

 

alam semesta mekar penuh warna

yang hijau, biru, dan coklat bernama bumi

hunian mahluk-mahluk penasaran

 

kehidupan bermula-bergerak ke ujung

bersama hukum-hukum yang terus diperbarui

hingga kembali gelap, dingin, dan hampa!

 

2013/2025

***

 

Auman Kegetiran Manusia

 

Tunai kurekam auman kegetiran srigalaku

suara terganas perjalanan kehidupan

menempuh dunia yang hanya bunyi sunyi

di bising percekcokan manusia teknologi

 

aku pergi ke kota-kota urban melalui televisi

berkunjung ke tempat-tempat muasal ide dan teori

lewat semenanjung layar biru pembusuk otak

yang tak kusadari candu-waktunya

 

tiba di halaman pertama jurnal kesibukan

kutemui bayangan diri berontaki kodrad

dengan bunga bangkai di luar ekspektasi

 

kini teriakanku pulang ke tanah kelahiran

berkunjung ke kubur para nenek moyang

sebelum duduk kalah di haribaan ibu-bapak

 

2013/2025

***

 

Video Amatir Usai Hujan

 

pernahkah mata batinmu menangkap gejala

dan kamu tak bisa berpaling darinya

dan mengira ia wujud cinta jatuh dari langit

bentuknya runcing-runcing mengecup bumi

 

mungkin kamu berseru, inilah rahmat

bagi seluruh mahluk ciptaan yang tersisa

tetapi kamu tak menyadari volume dan durasi

yang diam-diam mengirim bah ke perkampungan

 

lalu kamu berseru: bencana datang lagi!

tepat saat jiwamu tersekap layar teknologi

di dalam dirimu sendiri yang gelap dan hampa

 

kamu kini tergugu dalam video amatir warga

melihat limpahan air menenggelamkan rumah

dan tanah yang bergerak menyeret segalanya

 

2014/2025

***

 

Hujan Abu Teknologi

 

duniaku dan duniamu diterpa serbuan dalil baru

dan firman tuhan kita taruh di rak buku paling mulia

tanpa lagi disentuh, tanpa dibaca, kecuali saat sempat

sembahyang di saat tak sibuk dan lupa segala alasan

 

duniaku dan duniamu siap-siap migrasi ke metaverse

di sana kita akan hidup dan bekerja tanpa rasa cemas

kita bebas menciptakan bentuk jagat raya yang dimau

tanpa repot-repot menduplikasi jiwa setiap ciptaan

 

setiap hinaan menjelama pujian termanis

bersamanya bom waktu meledakkan batu jiwa

sampai hilang iman terpendam dalil ciptaan sendiri

 

kita sudah tidak memiliki perlindungan hidup

sumber keperkasaan tertimbun hujan abu teknologi

di dalamnya, duniaku dan duniamu terhenti

 

2014/2025

***

 

Dusun Pajhagungan 

 

di kebun sempit itu, dulunya subur makmur

pohon jagung tumbuh setinggi pohon pisang

orang-orang sekampung memetiknya di masa panen

untuk makan sanak saudara dan tabungan di lumbung

 

pohon jagung itu tiada pernah layu apalagi mati

bahkan tiap malam ada bunga membiji dan ranum

di tiap angin sepanjang musim menyilangkawinkan

kehidupan teduh antar keluarga di tanean lanjhang

 

hutan diruwat, dihormati, dijaga hukum adat

rerumputan hijau dibagi-bagi buat pakan sapi

walau di malan bulan ganjil maling-maling bekerja

 

perseteruan nyaris tak terjadi di hidup berdampingan

maling-maling berhati kapas masih selalu dimaklumi

atas nama keamanan dan jaminan ketenteraman

 

2014/2025

***

 

Mekar Kehidupan Para Petani

 

matahari kemarau mengecup yang gelap dan beku

tetes embun mengkristalkan iman para petani

sabit, cangkul, dan bajak diasah sempurna

merekahlah fitrah kemanusiaanku di pekarangan

 

berpasang-pasang sapi perkasa melenggang

bersama petani-petani tabah mengolah sawah

demi tugas dan kewajiban nyata sebagai mahluk

tanpa keluh hari-hari dan menolak takluk pada dunia

 

semak ilalang dan bunga pecut kuda melambai

pada semut, kupu-kupu, capung, serta belalang

dan kicau burung merayakan mekar kehidupan

 

bisakah tanpa petani swasembada pangan tercipta?

di ladang para petani bertanya dan menanam harapan

lalu ke langit mengentalkan doa: semoga!

 

2013/2025

***

 

Selendang Sulaiman, lahir di Sumenep, 18 Oktober 1989 dan kini mukim di Jakarta. Founder arsippuisipenyair.com. Puisi-puisinya tersiar diberbagai media massa cetak dan elektronik serta di sejumlah antologi puisi bersama. Antologi Puisi Tunggalnya: Omerta (Halaman Indonesia, 2018). Buku puisi keduanya segera terbit pertengahan tahun 2025. Bisa dijumpai di IG @selendangsulaiman dan YouTube Channel @selendangsulaimanofficial

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Hirap Ditelan Arus

Puisi-puisi Hazuma Najihah

SELENGKAPNYA

Labirin di Kursi Kemudi

Cerpen Yepi Anita Asrulludin

SELENGKAPNYA

Aku Manusia Enam Setengah Tahun 

Cerpen Rusmin Sopian 

SELENGKAPNYA