![](https://static.republika.co.id/uploads/images/xlarge/_250207101519-230.png)
Sastra
Auman Kegetiran Manusia
Puisi-Puisi Selendang Sulaiman
Oleh SELENDANG SULAIMAN
Batas Awal dan Akhir
Atas nama wahyu dan mu’jizat para nabi
kugali hakikat perjalanan puisi ke masa depan
yang menyimulasikan awal penciptaan bumi
dan langit yang disebut berpasang-pasangan
pada mulanya gelap, dingin, dan hampa
kemudian satu superledakan maha dahsyat
bersama dentuman suara penerbit cahaya
dan energi melahirkan ruang dan waktu
alam semesta mekar penuh warna
yang hijau, biru, dan coklat bernama bumi
hunian mahluk-mahluk penasaran
kehidupan bermula-bergerak ke ujung
bersama hukum-hukum yang terus diperbarui
hingga kembali gelap, dingin, dan hampa!
2013/2025
***
Auman Kegetiran Manusia
Tunai kurekam auman kegetiran srigalaku
suara terganas perjalanan kehidupan
menempuh dunia yang hanya bunyi sunyi
di bising percekcokan manusia teknologi
aku pergi ke kota-kota urban melalui televisi
berkunjung ke tempat-tempat muasal ide dan teori
lewat semenanjung layar biru pembusuk otak
yang tak kusadari candu-waktunya
tiba di halaman pertama jurnal kesibukan
kutemui bayangan diri berontaki kodrad
dengan bunga bangkai di luar ekspektasi
kini teriakanku pulang ke tanah kelahiran
berkunjung ke kubur para nenek moyang
sebelum duduk kalah di haribaan ibu-bapak
2013/2025
***
Video Amatir Usai Hujan
pernahkah mata batinmu menangkap gejala
dan kamu tak bisa berpaling darinya
dan mengira ia wujud cinta jatuh dari langit
bentuknya runcing-runcing mengecup bumi
mungkin kamu berseru, inilah rahmat
bagi seluruh mahluk ciptaan yang tersisa
tetapi kamu tak menyadari volume dan durasi
yang diam-diam mengirim bah ke perkampungan
lalu kamu berseru: bencana datang lagi!
tepat saat jiwamu tersekap layar teknologi
di dalam dirimu sendiri yang gelap dan hampa
kamu kini tergugu dalam video amatir warga
melihat limpahan air menenggelamkan rumah
dan tanah yang bergerak menyeret segalanya
2014/2025
***
Hujan Abu Teknologi
duniaku dan duniamu diterpa serbuan dalil baru
dan firman tuhan kita taruh di rak buku paling mulia
tanpa lagi disentuh, tanpa dibaca, kecuali saat sempat
sembahyang di saat tak sibuk dan lupa segala alasan
duniaku dan duniamu siap-siap migrasi ke metaverse
di sana kita akan hidup dan bekerja tanpa rasa cemas
kita bebas menciptakan bentuk jagat raya yang dimau
tanpa repot-repot menduplikasi jiwa setiap ciptaan
setiap hinaan menjelama pujian termanis
bersamanya bom waktu meledakkan batu jiwa
sampai hilang iman terpendam dalil ciptaan sendiri
kita sudah tidak memiliki perlindungan hidup
sumber keperkasaan tertimbun hujan abu teknologi
di dalamnya, duniaku dan duniamu terhenti
2014/2025
***
Dusun Pajhagungan
di kebun sempit itu, dulunya subur makmur
pohon jagung tumbuh setinggi pohon pisang
orang-orang sekampung memetiknya di masa panen
untuk makan sanak saudara dan tabungan di lumbung
pohon jagung itu tiada pernah layu apalagi mati
bahkan tiap malam ada bunga membiji dan ranum
di tiap angin sepanjang musim menyilangkawinkan
kehidupan teduh antar keluarga di tanean lanjhang
hutan diruwat, dihormati, dijaga hukum adat
rerumputan hijau dibagi-bagi buat pakan sapi
walau di malan bulan ganjil maling-maling bekerja
perseteruan nyaris tak terjadi di hidup berdampingan
maling-maling berhati kapas masih selalu dimaklumi
atas nama keamanan dan jaminan ketenteraman
2014/2025
***
Mekar Kehidupan Para Petani
matahari kemarau mengecup yang gelap dan beku
tetes embun mengkristalkan iman para petani
sabit, cangkul, dan bajak diasah sempurna
merekahlah fitrah kemanusiaanku di pekarangan
berpasang-pasang sapi perkasa melenggang
bersama petani-petani tabah mengolah sawah
demi tugas dan kewajiban nyata sebagai mahluk
tanpa keluh hari-hari dan menolak takluk pada dunia
semak ilalang dan bunga pecut kuda melambai
pada semut, kupu-kupu, capung, serta belalang
dan kicau burung merayakan mekar kehidupan
bisakah tanpa petani swasembada pangan tercipta?
di ladang para petani bertanya dan menanam harapan
lalu ke langit mengentalkan doa: semoga!
2013/2025
***
Selendang Sulaiman, lahir di Sumenep, 18 Oktober 1989 dan kini mukim di Jakarta. Founder arsippuisipenyair.com. Puisi-puisinya tersiar diberbagai media massa cetak dan elektronik serta di sejumlah antologi puisi bersama. Antologi Puisi Tunggalnya: Omerta (Halaman Indonesia, 2018). Buku puisi keduanya segera terbit pertengahan tahun 2025. Bisa dijumpai di IG @selendangsulaiman dan YouTube Channel @selendangsulaimanofficial
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.