Bukit Merese | Daan Yahya/Republika

Sastra

Bukit Merese

Puisi M Allan Hanafi

Oleh M ALLAN HANAFI

Piano

 

     : Beethoven

 

kau buka pintu sebuah gedung tua

yang ditinggalkan pemiliknya

 

kita pun masuk

tatapanmu melesat ke arah piano

penuh jaring laba-laba

 

kau melihat seseorang

yang tidak kulihat,

merasakan tuts yang ia tekan,

seakan bunyi yang dihasilkannya

keluar dari balik dagingmu:

 

MI RE# MI RE# MI si RE DO la

do mi la si

mi sol# si DO

MI RE# MI RE# MI si RE DO la

do mi la si

mi DO si la

 

dan kita pun sepi

seperti laba-laba tanpa jaring

 

(15-21)

***

 

Halusinasi

 

mungkin kau lihat bunga ditabur

dan kerumunan orang berdoa

 

kau menatapnya kosong

 

seperti ujung tebing

di balik sisa umurmu yang bising

 

kau menoleh ke dalam

dan matahari terbit pun terlihat

 

kau hanya berdiri kosong

 

mungkin yang kau lihat bukan bunga ditabur

juga tak ada kerumunan orang berdoa

 

kecuali tepi tebing

menarik umurmu yang asing

 

(16-21)

***

 

Khitbah

 

pantai yang terpampang, berpendar

menunggu kapal, bersandar

terlihat senja dan ombak yang itu-itu lagi

sedang hati hitam, masih menanti

 

bagai burung yang terbingkai

desir sihir di atas air asin

 

purnama datang, iramanya desing pedang

disaksikan karang-karang

 

lalu sinarnya, selajang sebuah bintang

yang hilang saat hendak meminang

 

sebab kapal yang ia tumpang, karam

oleh seorang yang merapal mantra

di malam yang ia anggap haram

 

(15-21)

***

 

Bukit Merese

 

kita piknik 

di bukit hijau

dengan lautan dan karang-karangnya

menunggu warna langit berganti ungu

 

maka ganja yang kita jaga

akan terbakar dan bernada

menjadikan kita gajah

berdansa di dalam tenda sirkus

 

wow, ada batu yang menggelinding ke tebing!

itulah kesedihan kita

 

tiba-tiba ada sayap yang terpasang di punggung

ada lingkaran cahaya yang muncul di atas kepala

dan ada yang didatangi oleh arwah ibunya

bermata merah menyala

seperti api di dalam surga

 

wow, bersamaan jatuhnya bintang-bintang!

itulah kebahagiaan kita

 

(15-23)

***

 

Supersonik

 

sepeda yang berkarat

di tengah jalan lepas rantai

dan keadaan jadi supergawat

 

karena rantainya membentuk segitiga

menyedot cahaya di balik tulang iga

 

jika terperangkap di dalamnya

segalanya berderap mendahului suara

 

supersonik

 

menjadikanmu abdi

abadi menggeret sepeda

dari semesta ke semesta

 

(15-21)

*** 

 

Kehancuran Dimensi

 

teramat gaduh huruf-huruf di puisiku

saat melihatmu.

 

sama halnya dalam tubuhku;

kaca-kaca pecah berulang di dalam pantulan

kaca-kaca pecah berulang, tembok-tembok runtuh

setiap kali kembali utuh dari runtuh, dan bom-bom jatuh

pada suara bom-bom jatuh tanpa henti.

 

maka seluruh huruf di puisiku melompat,

berjalan di tubuhmu.

 

saat dagingku

menyentuh pucat dagingmu.

 

di sebuah ruang rumah sakit

 

dalam kehancuran dimensi

 

pukul dua dini hari.

 

(16-21)

M.Allan Hanafi lahir 29 Februari 1996 di Ampenan, Lombok. Puisi-puisinya terbit di sejumlah surat kabar dan situs dalam jaringan. Saat ini ia bekerja sebagai pustakawan. Ia juga aktif berkegiatan di Komunitas Akarpohon Mataram, NTB.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Tanah Aleniasi

Puisi-puisi Sarvian Esa

SELENGKAPNYA

Kotak Pandora

Oleh Darju Prasetja

SELENGKAPNYA

Dukun Muda di Kampung Penyalai

Cerpen Joni Hendri

SELENGKAPNYA