Pusaka dari Prambanan | Daan Yahya/Republika

Sastra

Pusaka dari Prambanan

Cerpen Moehammad Abdoe

Oleh MOEHAMMAD ABDOE

Di sebuah pagi yang cerah di Yogyakarta, Rama dan Sita berjalan berdampingan di tengah reruntuhan candi Prambanan. Mereka adalah arkeolog terkenal yang ditugaskan untuk menyelidiki misteri yang tersembunyi di dalam kompleks candi kuno itu.

Rama mengamati relief yang menghiasi dinding candi. “Sita, kau perhatikan ini. Relief-relief ini menggambarkan kisah Ramayana dengan begitu indahnya.”

Sita tersenyum, “Ya, ini benar-benar luar biasa. Candi ini memang memiliki nilai sejarah yang sangat tinggi.”

Mereka berdua terus menyusuri lorong-lorong candi, mengamati setiap detail dengan seksama. Di salah satu sudut, mereka menemukan sebuah ruangan kecil yang tertutup rapat. Dengan hati-hati, mereka membuka pintunya. Di dalamnya terdapat sebuah peti kayu kuno yang terlihat sangat tua.

Rama mengangkat alisnya, “Peti ini pasti memiliki nilai sejarah yang besar. Kita harus membukanya dengan hati-hati.”

Mereka membuka peti itu dengan perlahan. Di dalamnya terdapat sebuah ukiran yang sangat halus dan sebuah gulungan kertas kuno yang terbungkus rapat.

Sita mengambil gulungan kertas itu dengan penuh perhatian. “Ini sepertinya adalah naskah kuno. Aku akan membacanya.”

Gulungan kertas itu berisi petunjuk tentang sebuah pusaka legendaris yang diyakini tersembunyi di dalam kompleks candi Prambanan. Pusaka itu konon memiliki kekuatan magis yang besar dan mampu mengubah nasib pemiliknya.

Rama mengernyitkan dahi, “Ini sungguh mengejutkan. Kita harus segera mencari tahu lebih lanjut tentang pusaka ini.”

Sita mengangguk setuju, “Aku rasa kita harus melaporkan temuan ini kepada pihak berwenang dan meminta izin untuk melakukan penggalian lebih lanjut di sini.”

Mereka segera kembali ke markas besar mereka dan menyampaikan temuan mereka kepada Profesor Agung, seorang pakar arkeologi yang sangat dihormati di Yogyakarta.

Profesor Agung menatap mereka dengan serius, “Temuan kalian ini sungguh menarik. Aku akan segera mengurus izin untuk penggalian lebih lanjut di area tersebut. Kalian berdua akan menjadi bagian dari tim ini.”

Rama dan Sita merasa senang dan tidak sabar untuk kembali ke Prambanan. Mereka tahu bahwa misi ini akan menjadi salah satu pencapaian terbesar dalam karier mereka sebagai arkeolog.

Setelah mendapatkan izin yang diperlukan, mereka segera kembali ke kompleks candi Prambanan dengan membawa perlengkapan yang diperlukan untuk penggalian. Mereka bekerja keras selama beberapa minggu, menggali tanah dengan hati-hati untuk mengungkap misteri yang tersembunyi di dalamnya.

Di salah satu hari, ketika matahari mulai terbenam di ufuk barat, mereka menemukan sebuah ruangan bawah tanah yang tersembunyi di dalam kompleks candi. Ruangan itu gelap dan terasa begitu kuno, tetapi di pojokan ruangan terdapat sebuah benda berkilauan yang terbungkus kain kuno.

Rama mengambil benda itu dengan gemetar. “Ini... ini pusaka yang kami cari!”

Sita mendekatinya dengan penuh rasa takjub. “Benarkah ini pusaka legendaris yang telah kami baca dalam naskah kuno tadi?”

Mereka membuka kain penutup dengan hati-hati, dan di dalamnya terdapat sebuah kalung emas berhias permata yang bersinar-sinar di bawah cahaya obor mereka.

Rama mengambil napas dalam-dalam. “Kami telah menemukan pusaka yang begitu berharga ini. Ini sungguh luar biasa.”

Sita mengangguk setuju. “Kita harus segera melaporkan temuan ini kepada Profesor Agung. Ini akan menjadi bukti yang sangat penting dalam penelitian kita.”

Mereka segera kembali ke markas besar mereka dengan membawa pusaka tersebut. Profesor Agung tersenyum lebar saat melihat apa yang mereka temukan.

“Ini adalah penemuan yang luar biasa! Kalian berdua telah melakukan pekerjaan yang luar biasa di Prambanan. Pusaka ini akan menjadi penelitian yang sangat berharga bagi dunia arkeologi.”

Rama dan Sita merasa sangat bangga dengan pencapaian mereka. Mereka tidak hanya berhasil menemukan pusaka legendaris, tetapi juga telah membuktikan nilai sejarah yang sangat besar dari kompleks candi Prambanan.

Dengan penuh semangat, mereka melanjutkan penelitian mereka untuk mengungkap lebih banyak misteri yang tersembunyi di situs kuno itu. Prambanan menjadi saksi bisu dari perjalanan mereka dalam menemukan sejarah yang terlupakan dan membangkitkannya kembali untuk dunia mengagumi.

 

Malang, 4 Desember 2024


Moehammad Abdoe, lahir di Malang, pelopor komunitas Pemuda Desa Merdeka, penikmat film, sejarah, dan sastra. Karyanya berupa puisi dan cerpen banyak beredar di sejumlah surat kabar dan majalah nasional. Buku terbarunya yang segera terbit berjudul “Epiphany di Kerudung Twilight”.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Roti Lapis Isi Srikaya

Cerpen Rinal Sahputra

SELENGKAPNYA

Berita Dari Kolong Tol

Puisi-puisi Heru Patria

SELENGKAPNYA

Petualangan Singkat Bersama Penggembala Unta

Cerpen Shofia Kayyisa Maftuha

SELENGKAPNYA