Sastra
Berita Dari Kolong Tol
Puisi-puisi Heru Patria
Oleh HERU PATRIA
Berita Dari Kolong Tol (1)
Ah
Lihatlah
Matahari belum menyapa
Jerit tangis kehilangan telah bergema
Dari ribuan mulut tanpa daya
Warga kolong tol Jakarta
Sepertinya teriakan mereka terlalu lirih
Untuk menembus nurani penguasa
Bahu dan mulut mereka terlalu ringkih
Buat pertahankan apa yang mereka punya
Raung buldozer menggilas setiap atap
Alat berat menggusur tanpa keringat
Hanya air mata yang kini tersisa
Jadi berita hangat
Sesaat
Blitar, 2024
***
Berita Dari Kolong Tol (2)
Raung bulldozer angkuh robohkan tiap bangunan
Roboh pula segenap sisa pengharapan
Orang pinggiran hanya bisa meratap pasrah
Tanpa tahu di mana dapat pengganti rumah
Kolong tol yang telah menjadi kampungnya
Adalah istana untuk lindungi keluarga
Tak peduli jadi pengemis atau pemungut sampah
Demi hentikan tangis anaknya yang resah
Kolong tol yang selama ini mereka huni
Adalah tempat untuk gantungkan masa depan
Meski kumuh dan akrap dengan polusi
Dengan napas berat mereka coba bertahan
Dan ketika rakusnya kota menggusur paksa
Robohkan tembok yang dibangun dari tetesan keringat
Mereka hanya bisa meronta dengan sisa tenaga
Coba menghalau tangan besi para pejabat
Kuli tinta dan para pemburu berita
Catat dan tayangkan sekelumit nestapa
Penghuni kolong tol yang menjerit resah
Resah hati, resah jiwa, hidupnya goyah
Di balik matanya yang tertutup tangisan
Tersimpan doa bergelut dengan ratapan
Mengapa ada rakyat harus terusir dari negerinya
Mengapa ada penggusuran tanpa ada solusinya
Hanya lewat berita dari kolong tol
Orang pinggiran coba memendam dongkol
Blitar, 2024
***
Berita dari Kolong Tol (3)
Berita koran hari ini
Tentang orang pinggiran yang tersisih
Secuil harap yang mereka miliki
Dirampas paksa tinggalkan pedih
Koar pejabat yang sok peduli
Umbar janji manis tanpa bukti
Dengan dalih menata ketertiban kota
Penghuni kolong tol harus digusur paksa
Dimana sebenarnya pelaksanaan undang undang
Anak terlantar dan fakir miskin dipelihara negara
Sebab nyatanya kemerdekaan bukan milik tiap orang
Terlebih bagi penghuni kolong tol yang menderita
Berita koran hari ini
Masih tentang penghuni kolong tol yang tersakiti
Kebijakan demi kebijakan datang silih berganti
Namun tak ada yang berpihak kaum kecil ini
Berita dari kolong tol hari ini
Masih menyisakan tangis tak terperi
Kapankah damai memeluk mereka
Kapankah berakhirnya derita
Kaum papa
Berita dari kolong tol hari ini
Masih menyisakan tangis
Pedih dan perih
Blitar, 2024
***
Hingga Kering Air Mata
Ratap dan tangis terdengar
Dari deretan rumah kumuh pinggir kali
Tubuh kering kerontang yang menggelepar
Berteriak lirih pertahankan diri
Meski suara mereka terlalu lirih
Untuk menembus angkuhnya tembok istana
Tangan-tangan mereka terlalu ringkih
Untuk tolak keputusan penguasa
Hingga kering air mata
Penghuni kolong tol membiarkan dada terbuka
Pasrah ditikam rakusnya kemajuan kota
Rela dikungkung kemiskinan yang mendera
Hingga remuk tulang kurusnya
Penghuni kolong tol tak kuat lagi menghiba
Penyangga tol yang jadi tempat berlindung
Tak mampu usir tebalnya mendung
Tak cukup keraskah tangis mereka
Hingga penguasa taka da yang mendengar
Tak cukup kokohkah tulang belulangnya
Kok penguasa masih tega berkoar
Tuan tolonglah biarkan
Kami hidup tenang
Sebentar saja
Blitar, 2024
***
Catatan Penghuni Kolong Tol
Dengar rintihan beribu kepala
Waktu tempat tinggalnya dirata dengan tanah
Deru alat berat, robekkan hati
Hancur rumah, hancur pula dinding nurani
Debu-debu yang beterbangan liar
Simbol dari ketenangan mereka yang terkapar
Solusi yang tak pernah didapat
Benamkan hati sampai pepat
Mimpi yang dibangun dari tetes keringat
Udara yang dihirup jauh dari kata sehat
Terpaksa mereka bertahan karena terdesak
Diburu kebutuhan dan tak bisa mengelak
Nyali kecil dari bahu ringkih itu
Seperti pijar lilin tertiup deru angin
Hidup enggan mati pun tak mau
Demi secuil harap yang diingin
Hanya pada bising mesin kendaraan
Mereka lepas penat dalam keterpaksaan
Sebab tinggal di sini bukanlah kehendak hati
Mereka tak tahu harus kemana lagi
Sebersit harap dalam kepulan asap
Bebaskan warga kolong tol dari ratap
Meski hidup bagai ikan terlempar ke darat
Megap-megap dan nyaris sekarat
Blitar, 2024
***
Perempuan Kolong Tol
Di sudut kolong tol berlampu temaram
Wanita bermake up tebal obral senyuman
Jajakan cinta dan kehangatan lewat rayuan
Pada tiap lelaki pengguna jalan
Dengan tubuh sintal berbalut baju tipis
Hisap sebatang rokok hembuskan asap berlapis
Tebal gincunya tak setebal harapannya
Jika malam ini tak ada lelaki beli tubuhnya
Rok mini warna cerah berukuran ketat
Seolah tak mampu bungkus besarnya pantat
Menghitung waktu hingga malam makin tua
Meratap pilu tak bisa beli susu anaknya
Pada setiap pengendara yang lewat
Perempuan malam coba menggantung harap
Tak peduli gigitan nyamuk yang menyengat
Gincu tebalnya terus memanggil dan berucap
Datanglah Tuan, beli hangat tubuhku
Agar anakku dapat makan seperti anakmu
Usah pedulikan jerit tol yang lelah
Nikmati saja tubuhku dengan harga murah
Tapi hingga kolong tol beranjak sepi
Tak seorang pun yang datang menghampiri
Perempuan kolong tol tertidur dan bermimpi
Jadi kupu malam hotel berbintang kelas tinggi
Hingga pagi pun datang menjelang
Perempuan kolong tol melangkah pulang
Menghapus sisa gincu yang semalam tak laku
Melepas gaun tipis yang semalam membuatnya beku
Blitar, 2024
***
HERU PATRIA adalah nama pena dari Heru Waluyo seorang guru di SDN Beru 03 Kecamatan Wlingi Kabupaten Blitar. Ia juga seorang novelis yang gemar menulis cerpen dan puisi. Selain termuat dalam 50 lebih antologi bersama, karya puisi dan cerpennya pernah dimuat di berbagai media cetak dan online. Ia bisa dihubungi via email di herupatria9@gmail.com.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.