Medika
Urgensi Mitigasi Dampak Polusi Terhadap Anak
Stunting tidak hanya menurunkan imunitas anak, tetapi akan menurunkan kognitifnya juga.
Kini polusi udara menjadi ancaman yang serius bagi kesehatan masyarakat. Terutama anak-anak yang rentan sekali terkena penyakit jika terus terpapar.
Jika anak-anak terpapar oleh polusi udara secara terus-menerus dan tak segera ditangani secara serius, bisa menyebabkan anak berisiko alami stunting. Dikutip dari siniar yang diunggah di Youtube Official Generos, dr Hans Natanael, SpA menjelaskan apa yang disebut dengan stunting.
“Jadi stunting ini memang adalah suatu kondisi stunted atau pendek, jadi memang kalau kita ukur panjang badan anak atau tinggi badan anak berdasarkan usianya dia masuk kategori pendek,” ujar Hans dalam siaran pers yang diterima Republika, Sabtu (26/8/2023).
Ia mengatakan, ditambah ada suatu kondisi malanutrisi kronis, yang menyebabkan anak tidak berkembang sesuai dengan usianya. Hans juga mengungkapkan stunting tidak hanya menurunkan imunitas anak, tetapi akan menurunkan kognitifnya juga.
Jadi stunting dan penurunan fungsi kognitif atau kecerdasan ini saling berkaitan satu sama lain. Stunting dapat menurunkan tingkat kecerdasan anak sekaligus menurunkan imun tubuh sehingga membuat anak rentan sakit. “Stunting tidak hanya menyerang imunitas anak bahkan sampai menurunkan kognitif anak, jadi kecerdasan anak juga berpengaruh.”
Senada, dikutip dari siniar Youtube Official Generos di tayangan lainnya, dr Aisya Fikritama, SpA mengungkapkan orang tua banyak yang salah menilai tentang stunting. “Kebanyakan orang tua menilai stunting hanya dilihat dari tinggi badan saja, stunting itu juga menyebabkan gagal tumbuh pada otak, jadi tidak secara fisik saja,” kata Aisya menjelaskan.
Ia mengatakan, jika anak terkena stunting, nantinya jika sudah tumbuh ke usia sekolah, akan memengaruhi konsentrasinya untuk belajar. Lebih lanjut, polutan yang banyak dihirup oleh anak bisa juga dapat mengakibatkan gangguan pada sistem pernapasan, sirkulasi oksigen yang terganggu membuat jumlah oksigen dalam tubuh menjadi lebih rendah.
Ketika sirkulasi terganggu, oksigen yang dibawa akan menjadi lebih rendah dan anak akan kekurangan oksigen secara deficit minor. Jika hal itu terjadi secara terus-menerus, jangka panjang akibatnya pertumbuhan menjadi lebih lambat.
Jika anak-anak yang mengalami stunting di usia dini, IQ atau kecerdasannya akan menjadi rendah saat usia 40 tahun nanti. Hal ini membuat intervensi tepat pada anak stunting tidak bisa sembarangan dan harus sesuai arahan dan pantauan dari dokter.
Jika tidak dilakukan intervensi yang tepat, akan menghasilkan berat bayi rendah yang akan mencetuskan stunting baru. Ketika intervensi yang berlebih tanpa adanya panduan dari ahlinya, akan menghasilkan gemuk sampai pendek yang menjadi pemicu penyakit tidak menular seperti diabetes.
Maka dari itu, orang tua harus berperan penting untuk menjaga kesehatan anak, lantaran polusi udara yang kian hari kian memburuk keadaannya. Seperti yang diungkapkan Hans, orang tua bisa mempersiapkan dengan mengambil dua sisi, yakni sisi luar ataupun sisi dalam.
Mempersiapkan sisi luar, orang tua tentunya harus menjaga anak agar tidak terkena polusi udara. “Tentunya kita harus menghindari polusinya, lebih baik untuk tidak mengajak anak sering keluar rumah, jika ingin keluar rumah harus selalu menggunakan masker,” katanya.
Untuk mempersiapkan dari dalam, tentunya dengan mengoptimalkan imunitas anak. “Optimalkan imunitas anak, dengan sering minum air putih, istirahat yang cukup, berikan nutrisi yang baik, dan ditambahkan dengan meminum multivitamin,” katanya.
Karena, lanjut Hans, jika anak tidak mendapatkan nutrisi dengan baik, orang tua harus memilih multivitamin yang baik agar menjaga kesehatan anak.
Jika ingin keluar rumah harus selalu menggunakan masker.DR HANS NATANAEL SP A
Rutin Screening Kesehatan Anak
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) meminta Pemprov DKI Jakarta menggelar screening kesehatan anak secara kontinu. Hal ini dinilai penting dilakukan akibat polusi udara yang semakin membahayakan bagi anak di Jakarta.
Wakil Ketua KPAI, Jasra Putra, menyebut penurunan kualitas udara terus terjadi selama beberapa pekan ini menyebabkan terganggunya siswa yang akan memulai aktivitas belajar di sekolah. Mereka rentan terkena paparan dampak polusi udara seperti penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).
Berdasarkan data indeks kualitas udara (AQI) di Jakarta berada di angka 170 atau masuk dalam kategori tidak sehat. "Kondisi ini harus segera diupayakan pencegahannya, terutama bagi anak-anak," kata Jasra dalam keterangannya yang dikutip pada Ahad (27/8/2023).
Jasra mengatakan perlu ada penguatan regulasi di DKI Jakarta terkait penanganan polusi udara yang menjadi kekhawatiran bersama. Salah satunya dengan screening atau pengecekan rutin terhadap kesehatan anak di Jakarta.
Apalagi, sepertiga jumlah penduduk Jakarta adalah usia anak sehingga perlu diupayakan dari aspek pencegahan. "Memperkuat screening kesehatan terhadap anak di seluruh wilayah DKI Jakarta, dengan melibatkan Satuan Pendidikan dan Orang tua serta lingkungan tempat anak," ujar Jasra.
Screening kesehatan anak sempat dilakukan di Madrasah Al Baidho Lubang Buaya Jakarta Timur pada 25 Agustus menyasar 147 siswa. Hasil screening kesehatan menunjukkan, anak yang mengalami batuk atau flu sebanyak 49 siswa, gigi sebanyak 49 siswa, dan kelainan visus sebanyak 40 siswa.
Kemudian di SDN 06 Pagi Lubang Buaya Jakarta Timur sebanyak 291 Siswa, dengan hasil screening kesehatan, gangguan gigi sebanyak 71 siswa, batuk/flu sebanyak 57 siswa, dan THT (Serumen Telinga) sebanyak 37 siswa. "Khusus bagi anak yang teridentifikasi sakit atau sedang sakit layanan kesehatan segera menindaklanjuti untuk dilakukan pengobatan lebih lanjut di fasilitas layanan kesehatan," ujar Jasra.
Ia menekankan KPAI terus mengupayakan perlindungan anak semaksimal mungkin di Satuan Pendidikan. Ia mendorong Satuan Pendidikan dengan koordinasi Dinas Pendidikan dan Kanwil Kemenag Provinsi DKI Jakarta memberikan fasilitas Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), yang berkualitas kepada peserta didik yang terindentifikasi terkena dampak polusi udara.
"KPAI juga merekomendasikan peningkatan penerapan PHBS dan protokol kesehatan di lingkungan satuan pendidikan dan keluarga untuk melakukan pencegahan," ujar Jasra.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Studi: Masyarakat tidak Berencana Melindungi Diri dari Polusi
Mengonsumsi antioksidan yang merupakan senjata untuk melawan radikal bebas
SELENGKAPNYAPolusi Masih Tinggi, Dokter Kritik Pemerintah Lamban
Pemerintah pun diminta segera mengambil keputusan dalam waktu singkat.
SELENGKAPNYABegini Rekomendasi untuk Masyarakat Menghadapi Bahaya Polusi Udara
Gunakan masker atau respirator untuk mengurangi masuknya partikel ke dalam saluran napas dan paru,
SELENGKAPNYANyata, Bahaya Polusi pada Kualitas Kesehatan Manusia
Populasi rentan terhadap polusi udara adalah anak-anak, usia lanjut, perempuan, dan pekerja luar ruangan.
SELENGKAPNYA