Medika
Nyata, Bahaya Polusi pada Kualitas Kesehatan Manusia
Populasi rentan terhadap polusi udara adalah anak-anak, usia lanjut, perempuan, dan pekerja luar ruangan.
World Health Organization (WHO) mencatat saat ini 92 persen penduduk dunia menghirup udara dengan kualitas udara yang buruk. WHO mencatat, setiap tahun ada tujuh juta kematian, dengan dua juta kematian hanya di Asia Tenggara, berhubungan dengan polusi udara luar ruangan dan dalam ruangan.
Menurut Dr dr Feni Fitriani Taufik, SpP(K), polusi udara berhubungan dengan penyakit paru dan pernapasan, seperti infeksi saluran pernapasan akut/ISPA, asma, bronkitis, penyakit paru obstruktif kronik atau PPOK dan kanker paru, penyakit jantung, dan strok.
"Menurut data WHO, polusi udara di seluruh dunia berkontribusi 25 persen pada seluruh penyakit dan kematian akibat kanker paru, 17 persen seluruh penyakit dan kematian akibat ISPA, 16 persen seluruh kematian akibat strok, 15 persen seluruh kematian akibat penyakit jantung iskemik dan 8 persen seluruh penyakit dan kematian akibat PPOK," katanya dalam konferensi pers Polusi Udara dan Kesehatan Paru, Jumat (18/8/2023).
Populasi rentan terhadap polusi udara adalah anak-anak, usia lanjut, perempuan, pekerja luar ruangan, dan populasi yang sudah mempunyai penyakit paru atau jantung. WHO menyatakan, polusi udara berdampak pada anak-anak seperti 14 persen anak usia lima sampai 18 tahun yang memiliki asma.
Selain itu, terdapat pula 543 ribu kematian anak usia dibawah lima tahun setiap tahun karena penyakit pernapasan yang berhubungan dengan polusi udara. Polusi udara juga berhubungan dengan risiko ISPA, penurunan fungsi paru, risiko kanker pada anak, gangguan perkembangan mental dan motorik, serta gangguan kognitif pada anak ataupun remaja.
Beberapa data penelitian di Asia Pasifik menunjukkan, pajanan polusi udara jangka pendek berhubungan dengan peningkatan gejala pernapasan. mulai dari batuk, sesak napas, hingga peningkatan kunjungan rumah sakit karena infeksi saluran pernapasan, serangan asma, dan PPOK.
Pajanan polusi udara jangka panjang atau kronik berhubungan dengan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), penurunan fungsi paru, peningkatan risiko timbul asma dan PPOK serta kanker paru. WHO memperkirakan bahwa penyakit tidak menular (PTM), yaitu stroke, jantung iskemik, PPOK, dan kanker paru terkait polusi udara menyebabkan 62 ribu kematian di Indonesia tahun 2012.
Beberapa penelitian lokal di Indonesia menunjukkan, polusi udara berhubungan dengan masalah kesehatan paru, seperti penurunan fungsi paru (21 persen sampai 24 persen), asma (1,3 persen), PPOK dengan prevalensi 6,3 persen pada bukan perokok, dan kanker paru (empat persen dari kasus kanker paru).
Di sisi lain, polusi udara harus menjadi perhatian serius semua pihak karena berdampak juga pada penurunan produktivitas kerja, angka bolos sekolah, dan mangkir kerja karena menderita sakit akibat dampak polusi udara yang buruk.
Penelitian Hasuman dkk menunjukkan peningkatan partikulat di udara berhubungan dengan 10 persen peningkatan mangkir kerja. Penelitian oleh Neidel M di Amerika Serikat menunjukkan bahwa polusi udara berhubungan dengan penurunan produktivitas kerja.
Sumbernya dari Transportasi
Akhir-akhir ini berita terkait polusi udara di kota Jakarta begitu ramai di masyarakat. Berdasarkan Air Quality Index (AQI) beberapa tahun terakhir dilaporkan, kondisi kualitas udara di kota Jakarta dikategorikan tidak sehat atau unhealthy (AQI >150).
Demikian juga terjadi di kota-kota lainnya di Indonesia, seperti Tangerang Selatan, Terentang dan Mempawah di Kalimantan Barat, Serang Banten, Bandjarbaru Kalimantan Selatan, Palembang, dan lain-lain. Dr dr Feni Fitriani Taufik, SpP(K) mengungkapkan pada beberapa hari terakhir dilaporkan Jakarta merupakan kota nomor 1 terpolusi di dunia (Versi IQAir).
"Tentunya kondisi ini sangat mengkhawatirkan dan dapat menimbulkan dampak pada kesehatan pada masyarakat," ujarnya dalam konferensi pers Polusi Udara dan Kesehatan Paru, Jumat (18/8/2023).
Ia menjelaskan polusi udara adalah campuran partikel kompleks dan gas yang berasal dari antropogenik dan alam, yang mengalami modifikasi secara kimia di atmosfer. Polusi udara terbagi atas polusi udara luar ruangan dan polusi udara dalam ruangan.
Polutan udara luar ruangan yang paling banyak ditemukan di daerah perkotaan, yaitu particullate matter (PM), nitrogen dioksida (NO2), ozon (O3), dan sulfur dioksida (SO2). Menurut dia, sumber polusi udara dapat berasal dari proses alam, seperti kebakaran hutan, erupsi gunung berapi, badai, dan lainnya, sektor transportasi, yaitu gas buang kendaraan, debu di jalan raya, sektor industri, seperti pembakaran bahan bakar, proses industri dan lainnya, dan sektor rumah tangga atau pembakaran biomas, asap rokok, dan lainnya.
"Berdasarkan data yang ada, sebagian besar sumber polusi udara di Indonesia berasal dari sektor transportasi (sekitar 80 persen) diikuti dengan dari industri, pembakaran hutan, dan aktivitas domestik," katanya.
Selain kontribusi kendaraan bermotor, industri, konstruksi, dan kondisi musim kemarau juga ditengarai memperburuk kualitas udara. World Health Organization (WHO) mencatat saat ini 92 persen penduduk dunia menghirup udara dengan kualitas udara yang buruk.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Polusi Kini Ganas, Jangan Dulu Tinggalkan Masker
Polusi udara merupakan salah satu faktor risiko yang menyebabkan penyakit paru obstruktif kronis.
SELENGKAPNYABahaya Berjalan Kaki di Tengah Udara Berpolusi
Dalam jangka pendek, jika kita adalah orang dewasa yang sehat, mungkin akan mengalami sakit tenggorokan dan mata gatal akibat iritasi.
SELENGKAPNYAPemandangan Lansekap Jakarta Tampak Samar Akibat Polusi Udara
Berdasarkan data dari situs IQAir, pada Selasa, 6 Juni 2023 pukul 16.52 WIB, kualitas udara di Jakarta mencapai angka 151.
SELENGKAPNYA