Arsitektur Masjid Nabawi disebut berasal dari insirasi kenabian. | DOK REP MUSIRON

Dunia Islam

Dari Mana Inpirasi Membangun Masjid Nabawi?

Inspirasi arsitektur Masjid Nabawi disebut berasal dari ilham Nabi Muhammad SAW.

Saat melaksanakan ibadah haji, kaum Muslimin biasanya tidak hanya mengunjungi Masjidil Haram di Makkah al-Mukarramah. Tidak afdal rasanya bila mereka tidak datang ke Masjid Nabawi, Madinah al-Munawwarah. Kesempatan itu pun dimanfaatkan pula untuk berziarah ke makam Rasulullah SAW.

Dinukil dari buku Jejak-Jejak Islam: Kamus Sejarah dan Peradaban Islam dari Masa ke Masa, Nabi Muhammad SAW mulai membangun Masjid Nabawi beberapa lama setelah beliau hijrah dari Makkah. Pembangunan masjid tersebut tidak berlangsung lama. Hanya memerlukan waktu sekitar dua bulan. Pada tahun pertama Hijriyah atau 622 Masehi, tempat ibadha itu pun selesai didirikan.

Dalam bukunya Al-Masajid, Prof Husain Mu’nis menjelaskan, ketika Nabi Muhammad SAW membangun Masjid Nabawi sebenarnya beliau sudah memiliki banyak persepsi tentang bentuk-bentuk bangunan ibadah. Dalam arti, Rasul SAW seperti kebanyakan orang Arab yang pernah melawat ke luar negeri pernah menjumpai bangunan-bangunan gereja atau sinagoge.

Sebagai contoh, sebut Husain Mu'nis, ketika melawat ke Negeri Syam dengan membawa komoditas milik Khadijah binti Khuwailid, beliau melihat beragam gereja di sana.

Meskipun begitu, lanjut Husain, ide rancangan bangunan Masjid Nabawi sama sekali tidak terpengaruh dari persepsi Nabi SAW tentang gereja, sinagoge, atau bangunan pra-Islam lainnya. Yang terjadi adalah, justru gagasan arsitektur Masjid Nabawi beliau dapatkan melalui ilham kenabian.

Bentuk asli Masjid Nabawi ketika dibangun Rasulullah SAW cukup luas walaupun tentu tidak seluas kini. Saat itu, cakupannya adalah 70 x 63 hasta persegi. Setiap bagian beratap pada masjid itu, yang menjadi tempat utama pelaksanaan shalat, hanya disangga dua baris batang-batang pohon kurma.

Setiap baris terdiri atas enam batang pohon kurma. Tiga di sebelah kanan dan tiga di sebelah kiri. Kemudian, perluasan juga pernah terjadi pada masa Nabi SAW. Masjid tersebut menjadi lebih lapang hingga berukuran lebar 10 hasta dan panjang 20 hasta.

Jumlah tiang, yang merupakan pokok-pokoh dari pohon kurma, pun ditambah dua sisi pada lebarnya. Sementara itu, pada atap di sebelah utara dan selatan di tambah satu baris pokok pohon kurma. Dengan demikian, hingga momen wafatnya Nabi SAW, Masjid Nabawi memiliki luas 5.670 hasta persegi atau sekitar 2.475 meter persegi.

Ukuran itu tidaklah sempit. Bahkan, Masjid Nabawi dapat dipandang sebagai masjid raya pada masanya. Pada masa itu pula, di berbagai titik Kota Madinah telah dibangun sejumlah masjid pula.

Sejarah mencatat, setidaknya di kota tersebut pada waktu itu telah ada 20 unit masjid. Sebagian dibangun di pinggiran kota. Adapun sebagian lainnya di permukiman suku-suku setempat.

Masjid Nabawi adalah satu-satunya masjid utama bagi umat Islam saat itu di Madinah. Di masjid inilah, shalat berjamaah dipimpin oleh Nabi SAW. Di sana pula, beliau sering bertemu dengan para sahabat atau utusan dari luar, serta menggelar majelis keilmuan.

Di mimbar Masjid Nabawi, Rasulullah SAW menyampaikan khutbah atau pesan-pesan untuk umat Islam. Artinya, inilah pusat kegiatan keagamaan, pemikiran, sekaligus simbol persatuan kaum Muslimin seluruhnya. Bukan sekadar tempat ibadah ritual (mahdhah).

Bersisian dengan tembok sebelah tenggara Masjid Nabawi, terdapat ruang yang disebut shahn milik Nabi Muhammad SAW. Beliau memfungsikannya sebagai lokasi kamar-kamar yang dijadikan tempat tinggal beliau bersama para istrinya. Kamar-kamar itu dibangun di luar bangunan masjid, tetapi tetap menempel pada dindingnya.

Setelah Nabi Muhammad SAW wafat, Masjid Nabawi tentunya tetap mendapatkan perhatian yang sangat baik. Memasuki masa modern, perluasan dan pembangunan amat gencar dilakukan.

Perkembangan kini

Masjid Nabawi yang pada awalnya hanya berukuran 30x35 meter persegi telah mengalami beberapa kali renovasi. Pada masa pemerintahan Raja Abdulaziz, misalnya, beberapa perbaikan dilakukan. Sampai saat ini, Masjid Nabawi telah menjadi masjid kedua termegah dan terbesar di seluruh dunia.

Perhatian dan kepedulian terhadap Masjid Suci ini terus berlanjut hingga kepemimpinan Raja Salman. Sebagai Pelayan Dua Masjid Suci (Khadim al-Haramain), ia berkali-kali menegaskan dan keinginannya untuk melanjutkan perluasan Masjidil Haram maupun Masjid Nabawi. Tujuannya adalah meningkatkan kepuasan jamaah haji maupun umrah yang berasal dari seluruh penjuru dunia.

Saat ini, luas masjid Nabawi sendiri disebut mencapai lebih dari 100 ribu meter persegi. Hingga tahun 2022, kompleks nan indah ini juga telah memiliki fasilitas infrastruktur yang amat canggih. Fasilitas pelayanan dirancang dengan cara rekayasa yang khas dan dengan konstruksi yang cocok untuk Masjid Nabawi dengan dua lantai bawah tanah.

Total luas diperkirakan mencapai 199 ribu meter di bawah halaman masjid. Sebanyak 19 fasilitas terhubung ke toilet dan parkir mobil, serta lima fasilitas khusus untuk wanita. Dilengkapi juga dengan lebih dari 112 tangga listrik dan 12 lift di fasilitas timur dan selatan. Fasilitas tersebut juga mencakup 2.782 toilet dan 7.500 keran wudhu.

Fasilitas tersebut juga mencakup 24 pintu keluar untuk parkir mobil, delapan di antaranya dialokasikan untuk pelanggan dan 16 untuk pembayaran tunai. Masing-masing unit mampu menampung lebih dari 184 mobil dan sudah dilengkapi dengan 48 perangkat pembayaran mandiri, dan termasuk unit khusus yang dialokasikan untuk disabilitas.

Ritual Rajab yang Diperselisihkan

Rajab merupakan bulan persiapan mental spiritual hamba menuju Ramadhan.

SELENGKAPNYA

Pesan Penting dari Bulan Rajab

Bulan Rajab adalah salah satu bulan haram menurut Islam dan memiliki pelbagai hikmah.

SELENGKAPNYA

Mengapa Mereka Membenci Alquran?

Umat Islam tak tergoyahkan keyakinannya terhadap Alquran.

SELENGKAPNYA

Ikuti Berita Republika Lainnya