
Tuntunan
Ritual Rajab yang Diperselisihkan
Rajab merupakan bulan persiapan mental spiritual hamba menuju Ramadhan.
Aktivitas ibadah yang bisa dikerjakan pada Rajab amatlah banyak, ada beberapa yang sudah ada sejak masa Jahiliyah. Para ulama berselisih pendapat apakah hukum ini masih tetap berlaku ketika datang Islam ataukah tidak.
Di antaranya adalah haramnya peperangan ketika bulan haram (termasuk Rajab). Para Ulama berselisih pendapat apakah hukum ini masih tetap diharamkan ataukah sudah di-mansukh (dihapus hukumnya). Mayoritas ulama menganggap bahwa hukum tersebut sudah dihapus.
Ibnu Rajab mengatakan, "Tidak diketahui dari satu orang sahabat pun bahwa mereka berhenti berperang pada bulan-bulan haram, padahal ada faktor pendorong ketika itu. Hal ini menunjukkan bahwa mereka sepakat tentang dihapusnya hukum tersebut. Begitu juga dengan menyembelih (berkurban). Pada zaman Jahiliyah dulu, orang-orang biasa melakukan penyembelihan pada 10 Rajab, dan dinamakan 'atirah atau rajabiyyah (karena dilakukan pada Rajab).
Para ulama berselisih pendapat apakah hukum 'atirah sudah dibatalkan oleh Islam ataukah tidak. Kebanyakan ulama berpendapat bahwa 'atirah sudah dibatalkan hukumnya dalam Islam.
Para ulama berselisih pendapat apakah hukum 'atirah sudah dibatalkan oleh Islam ataukah tidak.
Hal ini berdasarkan hadis Bukhari-Muslim dari Abu Hurairah. Al-Hasan al-Bashri mengatakan, tidak ada lagi 'atirah dalam Islam. 'Atirah hanya ada pada masa Jahiliyah. Orang-orang Jahiliyah biasanya berpuasa pada Rajab dan melakukan penyembelihan 'atirah pada bulan tersebut.
Mereka menjadikan penyembelihan pada bulan tersebut sebagai 'ied (hari besar yang akan kembali berulang) dan juga mereka senang untuk memakan yang manis-manis atau semacamnya ketika itu.

Ibnu Abas sendiri tidak senang menjadikan Rajab sebagai 'ied. 'Atirah sering dilakukan berulang setiap tahunnya sehingga menjadi ied (sebagaimana Idul Fitri dan Idul Adha), padahal ied (perayaan) kaum Muslimin hanyalah Idul Fitri, Idul Adha, dan hari tasyrik. Kita dilarang membuat ied selain yang telah ditetapkan oleh ajaran Islam.
Dalam Tafsir Fi Zhilal Alquran juga disebutkan datanglah nash-nash ini menjelaskan bahwa hal itu bertentangan dengan agama Allah, yang menghalalkan dan mengharamkan (hak membuat syariat secara total) sebagai hak yang murni bagi Allah.
Hal itu menetapkan bahwa tindakan manusia menghalalkan dan mengharamkan sesuatu tanpa izin dari Allah itu adalah kekufuran bahkan menambah kekufuran. Oleh karena itu, dihapuskanlah dari jiwa manusia rasa ingin menghalalkan Rajab (untuk berperang).
Pada waktu yang sama, ayat ini menetapkan salah satu pokok akidah Islam. Yaitu, membatasi hak menghalalkan dan mengharamkan hanya bagi Allah. Dan, dihubungkannya hakikat ini dengan kebenaran yang menjadi dasar penciptaan Alam semesta, pada hari Allah menciptakan langit dan bumi. Maka, pengaturan syariat Allah bagi manusia merupakan cabang dari pengaturan-Nya terhadap alam semesta dengan segala sesuatunya bagi manusia.
Bulan istimewa
Islam memandang Rajab sebagai salah satu bulan yang istimewa. Muhammad Sholikhin dalam Misteri Bulan Suro: Perspektif Islam Jawa menerangkan, Rajab merupakan bulan persiapan mental spiritual hamba untuk mengabdi sepenuhnya secara spiritual kepada Allah menuju Ramadhan nantinya.
Karena itu, disebutkan Rajab adalah bulan untuk memperbanyak tobat. Rajab adalah bulan menanam benih amal bagus yang baru, Sya'ban merawatnya dan Ramadhan memanen amal kebaikan. Rajab disebut "bulannya" Allah, Sya'ban miliknya Nabi Muhammad dan Ramadhan milik umat Islam. Disebut bulan Allah karena Allah memberikan ampunan, dilarang bermusuhan, Allah menerima tobat para nabinya serta menyelamatkan para kekasihnya dari musuh.
Di dalam Rajab, Allah mengharapkan agar manusia membersihkan badannya dari kotoran dunia dengan memperbanyak tobat.
Untuk itu, pada bulan ini disunahkan berpuasa walau hanya sehari untuk mendapatkan pengampuan dari Allah atas seluruh dosa yang telah lewat, dipelihara umurnya dari perbuatan maksiat, diselamatkan dari dahaga di hari kiamat.
Abdul Manan dalam Keagungan Rajab dan Sya'ban menyebutkan, orang yang berbuat kebaikan pada Rajab, pahalanya ditingkatkan menjadi 70 kali lipat. Ini karena kemuliaan bulan-bulan haram (termasuk bulan Rajab) yang dimuliakan. Jika ketaatan diperbuat selain bulan haram, pahalanya hanya 10 kali lipat. Balasan pahala ini dikhususkan untuk umat Nabi Muhammad SAW.
Di dalam mencapai ketaatan itu, Allah memberikan bimbingan secara sistematis. Selama Rajab, manusia diharapkan membersihkan badannya dari kotoran dunia dengan memperbanyak tobat. Pada Rajab, perbanyaklah shalat malam, istighfar dan tobat, membaca shalawat, berpuasa sunat Rajab dan ibadah lainnya. Kelak, siapa saja yang mengerjakan karena mengharapkan keridhaan Allah, ia akan melintasi jembatan Shirathal Mustaqiem seperti kilat yang menyambar.
Di dalam Rajab, Allah mengharapkan agar manusia membersihkan badannya dari kotoran dunia dengan memperbanyak tobat, memohon ampun kepada Allah atas segala kesalahan yang pernah dilakukan.
Pada Rajab, Allah memerdekakan para hamba-Nya dari neraka. Oleh sebab itu, tepat sekali jika tiap orang memperbanyak tobat dan istighfar pada Rajab ini. Maka, selama bulan Rajab baik sekali kalau memperbanyak membaca istighfar setiap pagi dan petang, masing-masing 70 kali.
Nilai Tambah dan Jejak Kebaikan
Melakukan kebaikan merupakan akhlak mulia bagi seorang Muslim.
SELENGKAPNYADalam Sepekan, Covid-19 Renggut Nyawa 12.658 Warga Cina
Kemenlu Cina meminta warganya mematuhi aturan prokes di negara tujuan.
SELENGKAPNYAProtes Konjen RI ke Saudi Soal Dugaan Pelecehan Said
Said dijatuhi vonis penjara dua tahun pada 20 Desember 2022 akibat tuduhan pelecehan seksual.
SELENGKAPNYA