Halaman 6
Menggaet Wisatawan pada 2023 dengan Customize Tourism
Keberhasilan pariwisata tidak bisa lagi dilihat dari jumlah wisatawan yang datang.
OLEH MEILIZA LAVEDA, GUMANTI AWALIYAH
Dunia pariwisata Tanah Air boleh dibilang baru mulai bangkit pada 2022. Menuju 2023, kabut gelap kembali membayangi industri pariwisata. Ancaman resesi global dan pemutusan hubungan kerja (PHK) tak luput menakuti sektor ini. Kebangkitan industri pariwisata Indonesia yang diharapkan terus berlanjut sangat mungkin terganggu lagi akibat ekonomi dunia yang tak menentu pada tahun depan.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, mengatakan, akan menghadapi 2023 dengan sejumlah strategi. Pascapandemi Covid-19, dia melihat adanya perubahan perilaku konsumen dan tren pariwisata, yaitu aktivitas berwisata yang lebih personal, customize, localize, dan lebih kecil dari segi ukuran. Minat wisatawan juga lebih banyak pada kegiatan wisatawan di alam terbuka, seperti pantai dan pegunungan.
“Dulu keberhasilan pariwisata dipandang dari pencapaian target jumlah kunjungan (kuantitas) wisman. Sekarang kami ganti bukan lagi kuantitas (mass tourism), tetapi pariwisata berkualitas dan berkelanjutan dengan fokus pada perolehan devisa yang lebih besar, kesejahteraan masyarakat serta lingkungan yang lestari,” ucap dia, Jumat (25/11).
Untuk mencapainya, Sandiaga akan berfokus pada produk pariwisata minat khusus (special interest) yang peduli pada pelestarian alam, sport tourism, dan wisata MICE (meetings, incentives, conventions and exhibitions).
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2020-2025), dia mempersiapkan Indonesia menjadi destinasi wisata pilihan di Asia Tenggara dengan konsep quality and sustainable tourism. Sementara dalam jangka panjang 2030, pariwisata Indonesia ditargetkan sudah menjadi destinasi wisata yang berkelanjutan dan terintegrasi secara global.
Meski begitu, Sandiaga tetap menargetkan pergerakan wisatawan pada 2023 menjadi dua kali lipat. “Tahun 2023 kami fokus pada wisatawan nusantara (wisnus) sebagai kekuatan pariwisata nasional. Kami juga fokus wisawatan mancanegara (wisman) di mana tahun 2022 ini mulai bangkit kembali,” ucap dia.
Sandiaga menargetkan pergerakan wisnus menjadi 1,4 miliar dibandingkan tahun 2022 sebanyak 550 juta. Sedangkan, target kedatangan wisman 3,5 juta hingga 7,4 juta dibandingkan 2022 sebanyak 1,8 juta hingga 3,6 juta orang.
Untuk jumlah kunjungan wisman ke Indonesia pada periode Januari hingga September 2022, dia menyebut sudah mencapai 2,27 juta atau naik hingga 2.530,58 persen dibandingkan dengan periode yang sama 2021. Sementara, pergerakan wisnus hingga September mencapai 700 juta atau sudah melampau target tahun 550 juta pergerakan.
Pada saat yang bersamaan, Sandiaga juga memperkuat pariwisata halal di Indonesia. “Kami akan berfokus menciptakan peluang-peluang usaha berbasis turisme halal untuk menarik kunjungan wisatawan. Upaya tersebut juga tak terlepas dari inovasi, adaptasi, dan kolaborasi dalam memberikan layanan tambahan yang terkait dengan fasilitas, turis, atraksi, dan aksesibilitas,” katanya menambahkan.
Pengamat pariwisata Azril Azahari menilai, pemerintah harus mengawasi pergeseran paradigma pariwisata dunia. Sebelum tahun 1980, paradigma pariwisata adalah mass tourism atau quantity tourism. Kemudian, pada 1980-2000 memasuki alternative tourism. Kondisi ini terus berubah pada 2000-2020 yang mulai memasuki quality tourism.
“Jangan lupa pandemi tahun 2020 sudah menggeser paradigma pariwisata kita. Tidak lagi pada quality tourism, tetapi pada customize tourism,” kata Azril.
Untuk customize tourism, Azril menuturkan, harus memperhatikan unsur localize dan small size. Artinya, jumlah wisatawan tidak besar dan pemerintah tidak lagi menggarap mass tourism.
“Kalau pemerintah masih menggarap mass tourism, saya rasa ini menjadi kesalahan fatal. Misal, mencoba untuk Bali dengan G-20. Itu juga sudah terlihat tidak akan mungkin mass tourism di Bali. Karena sudah over Bali,” ucap dia.
Azril menekankan, Indonesia perlu mempersiapkan diri. Bukan lagi berfokus pada jumlah wisatawan, melainkan pada periode yang wisatawan habiskan. “Walaupun sedikit, tetapi dengan tinggal lebih lama, ini akan membuat dia semakin banyak mengeluarkan uang. Itu yang diharapkan. Meskipun jumlahnya sedikit, tetap pendapatan untuk devisa kita cukup besar. Kebijakan pemerintah, termasuk Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, harus mengarah ke sana,” tuturnya.
Selain itu, Azril melihat kelemahan dari sektor pariwisata Indonesia adalah kurang menggarap wisata yang bersifat bahari. Padahal, destinasi wisata bahari menjadi target wisatawan yang kebanyakan berasal dari Australia yang menyukai surfing dan diving.
“Seharusnya, fasilitas yang akan dikembangkan bukan lagi fasilitas darat, tetapi lebih banyak ke dermaga segala macam. Kalau mau ambil turis Australia, harus ke sana,” katanya menambahkan.
Nada Optimis Pelaku Wisata pada 2023
Meski tahun depan perekonomian dinilai akan melambat, Sekjen Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran menilai, industri pariwisata tidak akan terlampau terpuruk. Pasalnya, ia melihat wisatawan dalam dan luar negeri tetap memiliki antusiasme untuk melancong.
“Kami melihat wisatawan mancanegara mulai banyak yang datang, begitu pun di Indonesia saya lihat daya beli masyarakat masih oke. Jadi, walaupun ada kekhawatiran, kami optimis industri pariwisata akan terjaga pada 2023. Sejauh ini begitu ya,” kata Maulana ketika dihubungi Republika, Selasa (29/11).
Perasaan optimistis juga muncul setelah Otoritas Jasa Keuangan akhirnya memperpanjang restrukturisasi kredit hingga Maret 2024. Menurut dia, kebijakan ini bisa membantu memberikan keringanan kepada para pengusaha yang masih kesulitan membayar tagihan. Mereka pun bisa tetap melanjutkan cicilan pinjaman tanpa takut kena denda atau masuk ke daftar hitam karena tersendat dalam membayar.
Maulana juga memprediksi pariwisata halal di Indonesia bisa bertahan mengingat antusiasme wisatawan domestik cukup menggairahkan. Hanya saja, menurut dia, kontribusi pariwisata halal belum cukup mampu menopang dampak buruk resesi global terhadap industri pariwisata secara umum di Indonesia.
Karena itu, sebagai antisipasi, ia meminta pemerintah untuk tidak mempersulit izin penyelenggaraan kegiatan skala internasional. Kegiatan seperti G-20, kata Maulana, terbukti efektif menarik wisatawan mancanegara untuk datang dan bervakansi ke Indonesia.
Merujuk catatan PHRI, tingkat keterisian atau okupansi kamar hotel di Bali menjelang perhelatan G-20 meningkat hingga 70 persen. Rata-rata tingkat keterisian kamar melonjak untuk area Nusa Dua, tempat digelarnya Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G-20.
“Jadi, kami harap akses penerbangan internasional jangan sampai ditutup karena beberapa destinasi khusus, seperti Bali, Sumatra Utara, itu keuntungannya dari wisatawan mancanegara kan. Saya kira event-event itu bisa mengantisipasi kekhawatiran pada 2023,” ujar Maulana menjelaskan.
Seperti halnya PHRI, platform perjalanan dan pariwisata Traveloka optimistis industri pariwisata Indonesia bisa melalui ancaman resesi global pada 2023. “Mempertimbangkan pemulihan ekonomi pascapandemi yang semakin membaik kami merasa optimis, namun tetap berhati-hati,” kata Head of Communications Traveloka, Adrian Prasanto.
Mengutip data dari Indonesia Investment Authority (INA), transformasi digital atau proses digitalisasi pada industri perjalanan dan pariwisata menunjukkan bahwa perilaku konsumen cenderung menginginkan aspek digitalisasi dalam aktivitas perjalanan dan pariwisata.
Hal ini semakin mendorong kenaikan permintaan pelaku perjalanan dan pariwisata. Tercatat bahwa data Gross Tourism Booking meningkat dari 24 persen pada periode sebelum pandemi, menjadi 33 persen pada 2021, dan diperkirakan akan menyentuh angka 36 persen pada 2024.
Adrian menyebutkan, prospek perjalanan dan pariwisata internasional memang menunjukkan tren kenaikan yang cukup signifikan. Akan tetapi, tren perjalanan dan pariwisata domestik tetap menjadi kunci kenaikan tren pada masa mendatang.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, kunjungan wisman kembali meningkat pada Oktober 2022. BPS menilai, kenaikan wisman didorong oleh banyaknya agenda internasional sepanjang Oktober disertai pemulihan aktivitas wisatawan.
Deputi Statistik Distribusi dan Jasa, Badan Pusat Statistik (BPS), Setianto, menyampaikan, hingga Oktober 2022, total kunjungan wisman sebanyak 678,5 ribu, meningkat 4,57 persen dari bulan sebelumnya juga meningkat 364,3 persen dari Oktober 2021.
"Secara kumulatif, kunjungan wisman Januari-Oktober 2022 sudah mencapai 3,91 juta kunjungan atau meningkat 215,16 persen dibandingkan periode sama tahun lalu," ujar dia, Kamis (1/11).
Berdasarkan data BPS, total kunjungan wisman tahun lalu merupakan yang terendah akibat pandemi Covid-19. Tercatat, total kunjungan wisman sepanjang 2021 hanya mencapai 1,55 juta kunjungan. Adapun periode Januari-Oktober 2021 hanya 1,24 juta kunjungan.
Tahun ini, pemerintah melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pun menargetkan kunjungan wisman tahun 2022 bisa mencapai 3,6 juta hingga akhir tahun. Dengan tren perbaikan aktivitas wisata, pemerintah optimistis target itu bisa tercapai.
Setianto melanjutkan, berdasarkan kebangsaan, kunjungan wisman terbanyak sepanjang Oktober 2022 berasal dari Malaysia sebesar 15,6 persen. Lalu, diikuti Australia 13,7 persen dan Singapura 12,5 persen.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Presiden Soroti Data Beras
Presiden mengatakan, cadangan beras harus disiapkan dengan baik.
SELENGKAPNYASosialisasi KUHP Digencarkan
Tidak sedikit pegiat-pegiat HAM yang mengkritisi penyusunan RUU KUHP yang baru saja disahkan pemerintah dan DPR.
SELENGKAPNYA