Sejumlah santri melaksanakan apel sebelum pembentangan bendera Merah Putih di Pondok Pesantren Asshiddiqiyah, Kebon Jeruk, Jakarta, Jumat (22/10). Bendera Merah Putih sepanjang 200 meter tersebut dibentangkan mengelilingi lapangan Pondok Pesantren Asshidd | Republika/Putra M. Akbar

Laporan Utama

Heroisme Santri dan Keberlangsungan Bangsa

Begitu banyak cerita kaum santri yang berjuang mewujudkan kemerdekaan Indonesia

OLEH UMAR MUKHTAR

Kaum santri selalu mewarnai dinamika pendirian dan pembangunan bangsa Indonesia. Mulai dari mengangkat senjata, menjadi cendekiawan, mendidik santri, menekuni dunia profesi, hingga menjadi entrepreneur. Keberadaan santri memiliki akar yang kuat dalam perjalanan bangsa ini.

Penulis Api Sejarah, Ahmad Mansur Suryanegara, mengisahkan peran santri menjelang dan setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Begitu banyak cerita sejarah mengenai kaum santri yang berjuang mewujudkan kemerdekaan Indonesia. Salah satunya seperti yang terjadi pada Februari 1944 di Tasikmalaya.

Saat itu, para petani Muslim melakukan gerakan protes sosial yang dimulai oleh Pimpinan Pesantren Cimerah, Sukamanah, Tasikmalaya, KH Zainal Moestofa. Kiai Zainal menginisiasi gerakan protes sosial petani bukan untuk meminta kembali padi yang sudah dirampas oleh tentara Jepang, melainkan untuk melakukan gerakan perlawanan politik sekaligus menyadarkan para santri dan petani bahwa tidak mungkin terjadi perampasan padi bila tidak ada penjajahan.

Kiai Zainal sudah meniatkan gerakannya untuk menuntut kemerdekaan Indonesia kala itu. Pada akhirnya, kaum santri yang dipimpin Kiai Zainal ditangkap. Jepang menjatuhkan hukuman mati kepada Kiai Zainal dan 21 pimpinan pesantren lainnya. Namun, tekad Kiai Zainal untuk menuntut Indonesia merdeka menyebar ke daerah-daerah lain.

Masih banyak lagi kisah heroik kaum santri. Mereka mengorbankan nyawa demi untuk memerdekakan bangsa, yang kini hasilnya dirasakan ratusan juta orang.

photo
Sejumlah santri saat membentangkan bendera Merah Putih di Pondok Pesantren Asshiddiqiyah, Kebon Jeruk, Jakarta, Jumat (22/10). Bendera Merah Putih sepanjang 200 meter tersebut dibentangkan mengelilingi lapangan Pondok Pesantren Asshiddiqiyah dalam rangka memeriahkan Hari Santri Nasional 2021 yang bertemakan Santri Siaga Jiwa dan Raga. Republika/Putra M. Akbar - (Republika/Putra M. Akbar)

Nilai yang melekat pada santri

KH Hasyim Asy'ari dalam kitabnya, Adabul 'Alim wal Muta'allim, menjelaskan nilai-nilai apa saja yang harus dipegang oleh kaum santri. Pendiri Nahdlatul Ulama ini berpesan, santri harus membersihkan hatinya dari setiap sesuatu yang mengandung unsur menipu, kotor, dendam, hasud, keyakinan, dan budi pekerti yang tidak baik.

Hal tersebut penting sebagai pemantasan diri untuk menerima ilmu, menghafalkan, mengkaji kedalaman makna, dan memahami makna tersirat. Niatnya juga harus lurus bahwa menimba ilmu hanyalah untuk mencari ridha Allah SWT, mengamalkannya, menghidupkan syariat, menerangi hati, menghiasi batin, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Santri perlu memiliki sifat menjaga diri dari perbuatan yang merusak harga diri dan bersikap hati-hati terhadap setiap hal. Salah satu contohnya ialah memperhatikan betul-betul kehalalan setiap makanan yang disantapnya. Seorang santri juga harus bersikap qanaah atau menerima apa adanya.

Wakil Ketua Rabithah Ma'ahid Islamiyah (RMI) NU, KH Hodri Arief, juga menekankan, ada beberapa nilai penting yang harus terus dijaga oleh para santri di mana pun mereka berkiprah. Antara lain, ialah amanah, jujur, rendah hati, dan hidup sederhana serta keseimbangan hidup antara dunia dan akhirat.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by PM Darussalam Gontor (@pondok.modern.gontor)


Kiai Hodri melanjutkan, rendah hati adalah ciri khas dari kaum santri. Bukan berarti selain santri tidak rendah hati. Namun, kaum santri pada umumnya memang begitu.

Dari sisi keilmuan, yang membuat santri punya kekhasan, yaitu khidmat, melayani dan mengabdi. Inilah yang selalu ditekankan dan dibiasakan kepada kaum santri.

Karena itu, ketika mereka kembali berkiprah di tengah masyarakat, dengan apa pun profesinya, maka idealnya mereka tetap dalam semangat khidmat. Sebab, ada relasi integral antara karier profesional dan pesan luhur agama.

 

 

Kami ingin santri bisa berpartisipasi secara lebih luas dalam ikhtiar memajukan bangsa Indonesia

 

KH HODRI ARIEF Wakil Ketua Rabithah Ma'hid Islamiyah
 



"Kami berharap dan terus mendorong agar pesantren melahirkan santri-santri multidisiplin dengan kemampuan dalam berbagai bidang profesional, medis, bisnis, birokrat, teknokrat, dan lain-lain. Kami ingin santri bisa berpartisipasi secara lebih luas dalam ikhtiar memajukan bangsa Indonesia," tutur Kiai Hodri.

Jalan Menemukan Mursyid

Yang mengaku mursyid banyak, tapi yang layak menjadi mursyid ideal tidak banyak

SELENGKAPNYA

Saat Qisas Berganti Pemaafan

Mereka pun meminta eksekusi dibatalkan lantaran memilih pemaafan.

SELENGKAPNYA

Tiga Pesan Malaikat Jibril

Nabi Muhammad SAW pernah menerima nasihat dari Malaikat Jibril.

SELENGKAPNYA

Ikuti Berita Republika Lainnya