Jurnal Haji
Wristband Pantau Kesehatan Jamaah Risti
Sebanyak 3.000 jamaah haji Indonesia mendapatkan wristband atau jam kesehatan pintar.
ALI YUSUF dari Madinah, Arab Saudi
MADINAH — Sebanyak 3.000 jamaah haji Indonesia mendapatkan wristband atau jam kesehatan pintar. Pemberian wristband dilakukan sejak di embarkasi masing-masing.
Wristband merupakan pengembangan teknologi baru yang digunakan jamaah pada tahun ini untuk mengecek kondisi vital jamaah haji berisiko tinggi (risti). “Aplikasi ini terintegrasi dengan TeleJemaah dan TelePetugas untuk memonitor kondisi kesehatan jamaah haji,” kata Koordinator Sistem Komputerisasi Haji Terpadu Bidang Kesehatan (Siskohatkes) Arif Budiarto saat ditemui Republika, Selasa (14/6).
Arif mengatakan, wristband merupakan inovasi buatan anak bangsa tanpa campur tangan luar negeri. “Ini aplikasi kita yang ciptakan sendiri,” ujarnya.
Siskohatkes sudah mengajarkan cara penggunaan wristband yang terkoneksi dengan aplikasi TeleJemaah dan TelePetugas kepada para tenaga kesehatan haji (TKH) kelompok terbang (kloter). Ada sekitar 200 lebih tenaga kesehatan yang sudah diajarkan penggunaannya.
“Setelah kami ajarkan, TKH memberikan edukasi manfaat penggunaan alat dan aplikasi tersebut,” ujarnya.
Cara pengoperasian wristband cukup mudah. Pertama, koneksikan wristband dengan aplikasi TeleJemaah menggunakan bluetooth. Jamaah kemudian diminta memasukan nomor porsi ke dalam aplikasi TeleJemaah. Setelah berhasil login, jamaah dapat menggunakan berbagai fitur di dalamnya seperti pengukur tekanan darah dan saturasi oksigen.
Arif berharap kehadiran wristband bagi jamaah risti dapat membantu memantau status kesehatan mereka. Kesehatan jamaah perlu dipantau selama 24 jam oleh tenaga kesehatan haji di kloter.
“Mudah-mudahan dengan inovasi ini dapat mengendalikan angka kesakitan dan kematian pada jamaah haji,” kata dia.
Hingga Selasa (14/6), telah ada tiga jamaah haji Indonesia yang meninggal dunia yakni Suhati asal embarkasi JKG01, Bangun Wahid Lubis asal embarkasi PDG 04, dan Bawuk asal dari embarkasi SUB 04.
Dokter jaga KKHI Madinah dr Muhaimin Munizu Hawi mengatakan, berdasarkan pengamatannya, kelelahan menjadi faktor utama pemicu kekambuhan penyakit jantung yang dialami ketiga jamaah haji. Serangan jantung tersebut berujung pada kematian.
“Belajar dari ketiga kasus tersebut jamaah tidak boleh memaksakan diri untuk melakukan aktivitas berlebihan. Apalagi bagi jamaah haji yang memiliki riwayat penyakit jantung,” ujarnya.
Tersesat
Meski sudah tinggal beberapa hari di Madinah, tak jarang terjadi kasus jamaah haji Indonesia tersesat menuju hotel. "Sampai saat ini, masih banyak jamaah yang bingung arah pulang ke hotel atau pemondokannya,” ujar Sekretaris Daker Madinah Abdillah MT dalam keterangan kepada Republika, Selasa (14/6).
Dia mengatakan, kejadian tersebut biasanya setelah jamaah shalat di Masjid Nabawi atau setelah keluar hotel. Sebagian besar jamaah yang lupa arah pulang tidak membawa kartu nama hotel yang sudah dibagikan. Padahal, kartu tersebut bisa menjadi sarana bertanya kepada petugas yang ada di sekitaran Masjid Nabawi.
Abdullah mengatakan, hal ini mayoritas terjadi kepada jamaah yang belum pernah umrah atau berhaji. Mereka biasanya tidak memperhatikan orientasi arah khususnya terkait pintu di Masjid Nabawi.
Meski begitu, dia meminta jamaah tersesat jangan panik. “Cari petugas sektor khusus Nabawi, pakai rompi hitam bertuliskan Petugas Haji Indonesia," kata dia.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Meliput di Masa tak Mudah
Di pasar-pasar, harga cabai, bawang, teluar ayam, daging, dan sejumlah komoditas lainnya melonjak tajam.
SELENGKAPNYABahu-Membahu Menyelamatkan Jamaah
Seluruh tim dokter dan perawat bekerja bahu membahu kompak ikhtiar menyelamatkan nyawa pasien.
SELENGKAPNYAKelelahan Jamaah ke Makkah Diantisipasi
Arab Saudi telah menutup pendaftaran haji bagi jamaah domestik.
SELENGKAPNYA