Internasional
Kamala Harris Dorong Pengetatan Aturan Senjata
Pemerintah AS akan mencari solusi untuk menangani masalah kekerasan dengan senjata api.
NEW YORK -- Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) Kamala Harris dan suaminya Doug Emhoff pada Sabtu (29/5) menghadiri upacara pemakaman Ruth Whitfield, yang merupakan salah satu korban penembakan massal di Buffalo, New York, AS. Keluarga korban lainnya juga hadir untuk menyampaikan belasungkawa mereka.
Whitfield (86 tahun) adalah korban tertua dari 10 korban Afrika-Amerika lainnya yang tewas dalam penembakan di Tops Friendly Market, Buffalo dua pekan lalu. Whitfield merupakan ibu dari mantan Komisaris Pemadam Kebakaran Buffalo, Garnell Whitfield. Harris dan Emhoff menghadiri kebaktian di Gereja Baptis Mount Olive di Buffalo.
Dalam pidatonya Harris mengatakan kepada para pelayat bahwa, sudah saatnya bagi semua orang untuk melawan ketidakadilan. Harris mengacu pada peristiwa penembakan di Tops Friendly Market pada 14 Mei, serta penembakan di Robb Elementary School di Uvalde, Texas.
Harris pun dengan lantang mengutuk rasisme dan kebencian. “Ini adalah momen yang mengharuskan semua orang untuk berdiri dan mengatakan kami tidak akan mendukung ini (rasisme-Red). Cukup sudah. Kami tidak akan membiarkan orang-orang yang dimotivasi oleh kebencian memisahkan kami atau membuat kami takut," ujar Harris.
Setelah pemakaman, Harris dan Emhoff mengunjungi peringatan di luar Tops Friendly Market. Keduanya kemudian menaruh sebuket besar bunga putih, dan berdoa sejenak untuk para korban.
Harris mengatakan, pemerintah tidak akan duduk diam dan segera mencari solusi untuk menangani masalah kekerasan dengan senjata api yang semakin meresahkan di AS. Harris mendukung kebijakan untuk melakukan pemeriksaan latar belakang bagi mereka yang akan membeli senjata api.
“Mengapa ada orang yang bisa membeli senjata dan dapat membunuh manusia lain tanpa ada yang mengetahui, orang itu melakukan kejahatan kekerasan sebelumnya?," ujar Harris.
Ia juga menyerukan bahwa warga AS harus bersatu. Menurut Harris, keragaman warga AS merupakan sebuah persatuan.“Kita harus sepakat bahwa jika kita ingin kuat sebagai bangsa, kita harus mengidentifikasi keragaman kita sebagai kesatuan,” kata Harris.
Sementara Whitfield adalah seorang nenek dan ibu dari empat anak. Dia berada di dalam supermarket setelah mengunjungi suaminya di sebuah panti jompo.
Ketika itu, seorang pria bersenjata yang diidentifikasi oleh polisi sebagai Payton Gendron (18 tahun) memulai serangan mematikan itu dan menewaskan 10 orang. Pihak berwenang mengatakan Gendron, yang berkulit putih, menargetkan supermarket itu karena berada di lingkungan yang didominasi orang kulit hitam.
Tolak pengetatan senjata
Seruan menolak aturan pengetatan senjata, diserukan mantan presiden AS Donald Trump telah menolak seruan untuk memperketat kontrol senjata di negara tersebut. Hal ini, ia sampaikan di depan para anggota National Rifle Association (NRA) di Houston, Texas, Jumat (27/5).
“Eksistensi kejahatan di dunia kita bukanlah alasan untuk melucuti senjata warga yang taat hukum. Eksistensi kejahatan adalah salah satu alasan terbaik untuk mempersenjatai warga yang taat hukum," kata Trump.
Menurut dia, berbagai kebijakan pengendalian senjata yang didorong kaum kiri, tak akan memberi dampak apa pun untuk mencegah aksi kekerasan bersenjata. Oleh sebab itu, Trump memandang upaya kontrol senjata sebagai hal yang “aneh”.
"Kita semua harus bersatu, Republik serta Demokrat, di setiap negara bagian, dan di setiap tingkat pemerintahan, untuk akhirnya memperkuat sekolah kita dan melindungi anak-anak kita. Yang kita butuhkan sekarang adalah perbaikan keamanan dari atas ke bawah di sekolah di seluruh negeri ini," ucap Trump.
Pada kesempatan itu, Trump sempat membacakan nama 19 anak yang menjadi korban dalam penembakan di Robb Elementary School. Trump menggambarkan mereka sebagai korban dari “orang gila” yang membabi buta.
Partai Republik di Washington telah menyarankan agar keamanan di sekolah-sekolah AS ditingkatkan. Termasuk menempatkan penjaga bersenjata di gerbang masuk dan keluar.
Sejalan dengan Trump, Partai Republik masih terkesan “menolak” gagasan pengendalian atau pembatasan kepemilikan senjata. Selama ini NRA juga dianggap sebagai pihak yang terus berusaha menjegal inisiatif hukum terkait pengetatan kontrol senjata.
NRA juga dipandang sebagai organisasi hak senjata paling kuat di AS. Kendati demikian, pengaruhnya kini terus terkikis akibat terperosok dalam pertempuran hukum terkait skandal korupsi.
Menurut Gun Violence Archive, sepanjang tahun ini, sudah terdapat 214 penembakkan massal di AS. Di antaranya, termasuk juga penembakan bermotif rasialis di supermarket di lingkungan Black Buffalo, New York dan penembakan di Robb Elementary School.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Pemimpin Asia Sepakat Pererat Hubungan
Selain penguatan kerja sama ekonomi, negara-negara Asia bertekad terus menjaga stabilitas perdamaian.
SELENGKAPNYAEl Real Pertegas Dominasi di Benua Biru
Keberhasilan El Real tak terlepas dari tangan dingin pelatih Carlo Ancelotti.
SELENGKAPNYAKemenag: Calhaj Tes PCR Sebelum ke Asrama Haji
Selama di asrama haji, kondisi kesehatan jamaah akan langsung diamati dan dikontrol petugas dari dinas kesehatan setempat.
SELENGKAPNYA