Kabar Utama
Bergembira pada Hari Fitri dengan Sederhana
Kegembiraan menyambut Idul Fitri sebaiknya dilakukan dengan terukur dan dengan norma-norma yang ada.
JAKARTA – Perayaan Idul Fitri tahun ini terasa istimewa bagi umat Islam di Indonesia setelah dua tahun dibatasi pandemi. Namun, kegembiraan menyambut Lebaran tetap harus dirayakan secara sederhana dan diimbangi dengan kedisiplinan menerapkan protokol kesehatan (prokes).
“Alhamdulillah, kita sekarang bisa merayakan Idul Fitri dengan cara yang meriah walau sebetulnya belum terbebas sepenuhnya dari wabah Covid-19,” kata Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof Dadang Kahmad kepada Republika, Jumat (29/4).
Menurut dia, kegembiraan menyambut Idul Fitri sebaiknya dilakukan dengan terukur dan dengan norma-norma yang ada. Waktu Idul Fitri harus dimaksimalkan bersilaturahim di antara keluarga dan tetangga setelah dua tahun terakhir tidak bisa leluasa melakukannya.
“Dan berhematlah. Walau kita sekarang diperbolehkan untuk merayakan Idul Fitri, tetap kita berhemat karena keadaan itu belum stabil,” ujar dia.
Dadang menambahkan, umat sebaiknya tetap mengamalkan tradisi-tradisi baik yang dilakukan selama bulan Ramadhan pada bulan-bulan yang akan datang, seperti puasa sunah, qiyamul lail, membaca Alquran, dan bersedekah. Amalan-amalan seperti itu bisa dilanjutkan pada bulan-bulan yang akan datang.
Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Syaifullah Yusuf (Gus Ipul) mengatakan, besarnya animo mudik harus diiringi dengan kedisiplinan masyarakat menjalankan prokes Covid-19. Kerinduan setelah pembatasan selama dua tahun tidak boleh membuat masyarakat lengah dan masyarakat perlu selalu mengingat bahwa pandemi belum benar-benar selesai.
Gus Ipul juga menganjurkan masyarakat untuk mengikuti vaksinasi lengkap dua dosis dan booster. Menurut dia, kalau setelah Idul Fitri tidak ada ledakan kasus Covid-19, itu akan menjadi kabar baik sehingga ke depannya situasi bisa mendekati normal seperti sedia kala.
Dia berharap Lebaran tahun ini tidak ada perbedaan penetapan 1 Syawal. “Kemungkinan besar sama, mari Lebaran bersama-sama,” kata dia.
Wakil Ketua Umum Persatuan Islam (Persis) KH Jeje Zaenudin mengatakan, berbagai kelonggaran yang diberikan dalam momentum Lebaran kali ini patut disyukuri umat Islam di Indonesia. Melandainya penularan Covid-19 membuat masyarakat tahun ini bisa melaksanakan Idul Fitri dan bersilaturahim dengan lebih leluasa.
Namun, kata dia, masyarakat juga punya tanggung jawab untuk menjaga kasus Covid-19 tetap terkendali. Jeje mengingatkan agar umat Islam tidak lalai sehingga berdampak pada munculnya kasus baru dari varian Covid-19 yang baru.
“Kami mengajak seluruh kaum Muslimin dan warga negara Indonesia untuk mensyukuri situasi yang telah membaik ini, kemudian dapat bersama-sama menjaga, memelihara, dan menanamkan tanggung jawab bersama dengan mematuhi protokol standar kesehatan yang ditetapkan satgas Covid-19,” ujar dia.
Jeje juga mengajak semua elemen bangsa dan saudara kaum Muslimin untuk memanfaatkan momentum Idul Fitri. Tahun ini, libur Idul Fitri lebih panjang daripada beberapa tahun belakangan. Umat Islam pun dapat memanfaatkannya untuk bersilaturahim dengan sanak saudara di kampung halaman. “Kami mengingatkan agar tidak terlalu euforia dengan situasi kebebasan Idul Fitri dan mudik tahun ini,” ujar dia.
Dia berharap suasana dan nilai-nilai Ramadhan tetap terjaga meski telah berlalu. Tenggang rasa, solidaritas, mendahulukan kepentingan saudara, serta membangun jiwa kesetiakawanan sosial dapat terus dilakukan ketika dalam perjalanan. Idul Fitri pun dapat menjadi keberkahan untuk umat Islam, bangsa Indonesia, dan alam semesta.
Pentingnya menjaga kedisiplinan dalam menerapkan prokes selama Idul Fitri juga disampaikan Ketua Bidang Dakwah dan Ukhuwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat KH Cholil Nafis. Menurut dia, pandemi Covid-19 yang belum sepenuhnya berakhir menjadi alasan kuat untuk tetap menjaga prokes.
“MUI mengimbau seluruh pihak agar dalam merayakan Idul Fitri di ruang publik tetap menjaga disiplin protokol kesehatan sebagaimana panduan fatwa MUI serta aturan dan ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah,” ujar Kiai Cholil.
Pengasuh Pondok Pesantren Cendikia Amanah Depok ini mengatakan, tren kasus Covid-19 di Indonesia memang sudah mulai melandai. Menurut dia, pelaksanaan ibadah shalat Tarawih berjamaah di masjid dan mushala serta kegiatan berbuka puasa bersama sanak saudara dan kolega selama Ramadhan sudah mulai kembali normal.
Bahkan, shalat Id berjamaah, silaturahim, dan halal bihalal di tempat publik untuk merayakan Hari Raya Idul Fitri nanti hampir pasti dapat diselenggarakan dalam situasi normal. Karena itu, Cholil mengajak kepada umat Islam dan seluruh masyarakat Indonesia untuk bersyukur menyambut Lebaran 2022.
“Hal tersebut tidak terlepas dari kontribusi semua pihak yang telah melakukan ikhtiar samawi berupa doa dan muhasabah rohaniah serta ikhtiar ardhi secara maksimal berupa kedisiplinan pada protokol kesehatan dan vaksinasi,” kata Rais Syuriah PBNU ini.
Cholil juga mengajak umat Islam untuk memaksimalkan kesyahduan perayaan Hari Raya Idul Fitri sebagai momentum silaturahim akbar secara khusyuk dan produktif. Dalam merayakan Idul Fitri, menurut dia, umat Islam hendaknya mengumandangkan takbir dan saling bermaaf-maafan atas segala kesalahan yang dilakukan.
“Hangatkan silaturahim dan halal bihalal sebagai ungkapan tulus ikhlas untuk saling maaf memaafkan atas segala kesalahan dan kekhilafan dengan penuh kasih sayang dan kedamaian,” ujar Cholil.
Dia mengajak semua pihak harus memaksimalkan momentum perayaan Idul Fitri tahun ini untuk semakin mempertebal spirit keislaman sekaligus mental kebangsaan sebagai dua dimensi yang saling menguatkan. Spirit tersebut juga harus mampu meningkatkan rasa saling menyayangi dan berbagi kebahagiaan terhadap sesama sanak saudara, kerabat, dan handai taulan tanpa tersekat perbedaan agama, suku, dan bangsa.
“Dengan demikian, Idul Fitri menjadi spirit kembali ke fitrah diri (fithrah syakhshiyah), fitrah sosial (fithrah ijtima’iyah), dan fitrah kebangsaan (fithrah wathaniyah). Inilah implementasi Islam sebagai rahmat seluruh alam (rahmatan lil alamin),” kata Cholil.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Lelaki Buta yang Mencintai Rasulullah SAW
Meski tidak dianugerahi penglihatan, Ibnu Ummi Maktum mendapat keistimewaan berupa kecintaan terhadap agama meski nyawa taruhannya.
SELENGKAPNYAParadoks Dunia Antroposen
Manusia di dunia antroposen adalah titik sentral dari relasi alam dan lingkungannya.
SELENGKAPNYABergembira pada Hari Fitri dengan Sederhana
Kegembiraan menyambut Idul Fitri sebaiknya dilakukan dengan terukur dan dengan norma-norma yang ada.
SELENGKAPNYA