Bodetabek
Bahagia Saat Mudik Akhirnya Tiba
Seorang pemudik mengungkapkan rasa senangnya bisa mudik pada tahun ini.
OLEH EVA RIANTI
Kebahagiaan terpancar dari wajah Ahmad Taslim (37 tahun) saat hendak menumpang bus di Terminal Poris Plawad, Kota Tangerang, Ahad (24/4). Meski terik begitu menyengat pada siang itu, Ahmad terus mengekspresikan kebahagiaannya karena akan melakukan perjalanan mudik bersama istri dan anaknya.
Ahmad mengatakan, mudik kali ini menjadi momen baginya untuk bisa bersilaturahim ke kampung halamannya di Palembang, Sumatra Selatan. Dia mengaku sudah hampir satu dekade tidak pulang ke kampung halaman karena berbagai alasan, terlebih dua tahun belakangan pandemi Covid-19 melanda, yang membuat mudik dilarang.
“Saya baru pulang sejak 2013, makanya alhamdulillah banget ini bisa pulang dan ketemu orang tua. Sebenarnya dua tahun kemarin itu saya juga berencana mudik dan justru sudah beli tas untuk pulang kampung, tapi enggak jadi karena pandemi. Enggak boleh pulang, pulang juga percuma dikarantina sama saja enggak ketemu keluarga,” kata Ahmad saat ditemui Republika di Terminal Poris Plawad, Ahad.
Ahmad mengaku mudik dengan menggunakan bus dari Kota Tangerang menuju Kabupaten Empat Lawang melintasi Selat Sunda, lalu melanjutkan perjalanan ke Kota Palembang. Perjalanan mudik tersebut membutuhkan waktu sekitar 19 jam.
Dia mengaku tidak memilih mudik dengan menggunakan transportasi udara karena biayanya yang lebih mahal, ditambah perjalanan darat yang cukup jauh saat tiba di Pulau Sumatra menuju kediamannya. Biaya atau ongkos mudik menurutnya menjadi hal utama yang disiapkan.
Ahmad menyebut, ongkos yang dikeluarkan untuk menuju kampungnya sebesar Rp 500 ribu per orang. Biaya tersebut terbilang jauh lebih terjangkau dibandingkan menggunakan pesawat yang rata-rata sekitar Rp 1,8 juta per orang.
“Ongkos ya terutama yang disiapkan. Saya juga mengambil tanggal 24 April ini karena harganya lebih rendah daripada misalnya tanggal 28 April atau 29 April. Itu kan mendekati Lebaran. Kalau naik pesawat bagi kami pekerja pabrik enggak terjangkaulah,” ujarnya.
Tak jauh dari Ahmad, seorang pemudik lainnya, Iwan, juga mengungkapkan rasa senangnya bisa mudik pada tahun ini. Pria berusia 33 tahun tersebut mengatakan, dia bersama rombongan memulai perjalanan mudik dari Aceh menggunakan transportasi darat ke Medan, Sumatra Utara.
Dari Medan, rombongan melakukan penerbangan menuju ke Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang. Pada Ahad (24/4) pagi, mereka baru tiba di bandara internasional tersebut dan langsung ke Terminal Poris Plawad, Tangerang, untuk melanjutkan perjalanan ke kampung halaman di Rembang, Jawa Tengah.
“Ya senanglah bisa mudik. Keluarga saya semua di Rembang, Jawa Tengah. Dua tahun kemarin enggak pulang pas Lebaran karena pandemi,” kata Iwan.
Pria yang bekerja sebagai buruh proyek di Aceh tersebut mengaku perlu menyiapkan kesehatan fisik untuk melakukan perjalanan mudik. Dia mengatakan, perjalanan mudiknya bisa menghabiskan waktu dua hari dari Aceh hingga Rembang.
“Saya juga sudah vaksinasi booster. Semoga aman, terhindar dari Covid-19,” kata dia.
Sementara terkait dengan biaya, jumlah ongkos yang dihabiskan sekitar Rp 4 juta, tetapi biaya tersebut ditanggung oleh perusahaan yang mempekerjakannya. Dengan diperbolehkannya kembali mudik pada tahun ini dinilai, kata Iwan, merupakan kesempatan baik baginya untuk menemui keluarga di kampung halaman.
Iwan dan Ahmad sepakat berharap agar pandemi Covid-19 bisa benar-benar tiada agar aktivitas bisa berjalan dengan normal. “Mudah-mudahan Covid-19 segera berakhir. Karena kalau ada penyekatan lagi, lumpuh ekonomi, terutama para pekerja pabrik atau proyek kayak kami,” kata Ahmad, senada dengan Iwan.
Kepala Terminal Poris Plawad Alwien Athena Alwie mengatakan, terjadi peningkatan jumlah penumpang pada H-10 Lebaran di Terminal Poris Plawad pada momen mudik tahun ini. Jumlah penumpang bus bergerak di angka lebih dari seribuan.
“Sudah mulai ada peningkatan kemarin (H-10) sebanyak 1.000-an penumpang per hari. Kalau hari-hari sebelumnya di bawah 1.000 penumpang, sempat mencapai angka 900, lalu turun 500, naik-turun. Sekarang ini titik awal terjadi kenaikan,” kata Alwien.
Sementara terkait jumlah armada bus yang diberangkatkan dari Terminal Poris Plawad mencapai hingga 180 unit bus. Angka tersebut naik dari hari-hari biasa sebanyak 130—150 armada bus. Jumlah armada diperkirakan semakin meningkat seiring dengan menuju puncak arus mudik yang diperkirakan terjadi pada H-3 atau H-2 Lebaran. Jumlah armada diperkirakan bisa mencapai sekitar 300—400 unit bus pada puncak arus mudik.
“Untuk antisipasi saya sudah koordinasi dengan agen untuk berkoordinasi dengan pimpinan perusahaan. Mereka saya minta jika terjadi lonjakan penumpang, apakah mengeluarkan bus bantuan atau bus pariwisata. Saya bilang, saya tidak mau ada penumpang yang telantar,” ujarnya.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Ummu Saad, Tonggak Hukum Waris dalam Islam
Kematian ayahnya menjadi sebab turunnya hukum waris.
SELENGKAPNYALorong Sunyi Menuju Tuhan
Tidak ada ketentuan berapa lama seseorang harus mencari ilmu guna meningkatkan martabat keilmuannya.
SELENGKAPNYAAbsen Rapat Paripurna, Anies Baswedan Dikritik
Anggota DPRD DKI Basri Baco mengaku kecewa dengan tidak hadirnya Anies Baswedan di rapat paripurna.
SELENGKAPNYA