Prof KH Nasaruddin Umar | Ilustrasi : Daan Yahya

Tausiyah

Lorong Sunyi Menuju Tuhan

Tidak ada ketentuan berapa lama seseorang harus mencari ilmu guna meningkatkan martabat keilmuannya.

Oleh Kontemplasi Ramadhan (20)

PROF KH NASARUDDIN UMAR, Imam Besar Masjid Istiqlal

Sungguh Allah SWT Maha Besar sehingga para hamba-Nya bisamenemukan berbagai akses untuk mendekatinya. Bahkan sebanyak jumlah hamba, sebanyak itu jalan untuk menghampiri diri-Nya.

Allah SWT betul-betul Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Ia telah membentangkan banyak jalan  untuk mendekati diri-Nya. Di antara berbagai jalan itu dapat dikategorikan tiga jenis jalan, yaitu jalan makrifat (cognitive/yana yoga), jalan ibadah (devotion/bhakti yoga), dan jalan amal (activity/karma yoga).

Lorong makrifat banyak digunakan para salik atau lebih populer dengan jalannya para sufi atau kaum tarekat. Jalan ini menuntut pemahaman yang mendalam dan komprehensif. Jalannya pun tidak datar, tetapi kadang berliku dan kadang turun-naik.

Para penempuh jalan ini dituntut kesabaran dan istiqamah. Ia juga konsisten untuk terus mencari ilmu, baik melalui pembimbing (mursyid) maupun melalui penekunan olah batin (riyadhah) untuk menunggu inspirasi cerdas dari langit (divine knowledge).

 
Tidak ada ketentuan berapa lama seseorang harus mencari ilmu guna meningkatkan martabat keilmuannya.
 
 

Tidak ada ketentuan berapa lama seseorang harus mencari ilmu guna meningkatkan martabat keilmuannya. Orang-orang yang mencapai makrifat bertingkat-tingkat. Ada yang masih dalam kategori standar (a’wam), ada yang sudah level menengah (khawash), dan ada yang sampai ke level yang lebih tinggi (khawash al-khawash).

Lorong ibadah lebih menekankan aspek praktik ubudiah formal seperti memperbanyak ibadah mahdhah, seperti shalat, puasa, shalawat, dan zikir. Para penempuh jalan ini lebih banyak mendalami hukum-hukum fikih untuk terhindar dari hal-hal yang terlarang, membatalkan ibadah,  dan untuk menyempurnakan ibadah-ibadah khusus mereka. Yang dijadikan ukuran untuk menilai kadar kesalehan seseorang ditentukan dari pengamalan syariah.

Semakin kuat ibadah seseorang semakin tinggi martabat sosial- spiritual orang itu. Sungguhpun pintar atau banyak amal sosialnya tetapi kadar ibadah mahdhah-nya rendah maka seolah tidak diakui.

Lorong amal lebih menekankan aspek amal sosial. Sehebat apapun ibadah mahdhah atau kedalaman makrifat seseorang tetapi tidak memiliki amal sosial yang cukup, hanya dianggap sebagai keshalehan individual, bukan kesalehan sosial.

Bagi kelompok ini percaya betul bahwa kriteria keberagamaan seseorang sesuai dengan firman Allah SWT di dalam surah al-Ma’un, yaitu menyelesaikan problem anak yatim dan fakir miskin. Orang-orang yang saleh secara individual namun tidak memiliki kesalehan sosial dikategorikan sebagai kelompok tradisional, yang dianggapnya kurang relevan lagi untuk menjawab realitas sosial.

 
Semakin kuat ibadah seseorang semakin tinggi martabat sosial- spiritual orang itu.
 
 

Antara satu kelompok dengan kelompok lain tidak perlu saling melemahkan, tetapi mestinya dianggap sebagai sebuah kekayaan spiritual yang dianugerahkanTuhan kepada hamba-hamba-Nya. Mungkin di antara mereka ada yang tidak bisa melalui jalur makrifat karena tidak punya waktu karena ia sebagai seorang pekerja profesional yang waktunya banyak tersita dengan pekerjaannya.

Ia juga tidak bisa menjadi praktisi ibadah mahdhahyang konsisten karena tuntutan dan volume pekerjaannya sangat tinggi. Ia hanya bisa menempuh jalan amal dengan membangun sarana dan prasarana sosial keagamaan, seperti masjid, pondok pesantren, panti asuhan, dan lain-lain.

Mungkin juga ada orang yang tidak kuat secara ekonomi dan lemah dari segi kognitif tetapi bisanya dengan jalan ibadah. Tidak perlu saling melemahkan satu sama lain. Yang penting semua penempuh lorong-lorong spiritual itu harus mengindahkan aspek fardhu ‘ain dalam Islam, sebagaimana diformulasikan oleh para fuqaha.

Inilah yang dimaksud dalam adagium: Man tafaqqahawa lam yatashawwafa fa qadtafassaka, wa man tashawwafawa lam yatafaqqahafaqadtafassaka, waamanjama’abaina huma faqadtahaqqaqa (Barangsiapa yang berfikih tanpa bertasawuf maka ia fasik, barangsiapa yang bertasawuf tanpa berfikih maka ia zindiq, dan barangsiapa yang menggabungkan keduanya maka ia benar).

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Hadiah Terbaik dari Allah

Hadiah terbaik yang Allah berikan kepada hamba-Nya setiap Ramadhan adalah malam al-Qadar.

SELENGKAPNYA

Tiktok, Bagaimana Fikihnya?

Pemilik akun Tiktok memastikan penampilan dan kontennya sesuai tuntunan fikih dan adab.

SELENGKAPNYA

Menghayati Mekanisme Kerja Otak

Sampai sekarang para ilmuwan belum memahami penggunaan sisa memori sekitar 94 persen.

SELENGKAPNYA