Nasional
Penyelarasan Standar Prokes Global Bisa Diawali Negara G-20
Indonesia sudah melakukan diskusi bilateral dengan Arab Saudi untuk mengintegrasikan PeduliLindungi dengan aplikasi Tawakkalna.
YOGYAKARTA -- Dua tahun pascapandemi negara-negara dunia dinilai harus membuat standar protokol kesehatan global. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyampaikan penyelarasan standar protokol kesehatan global dapat dimulai pada negara-negara G-20.
Penyelarasan akan membuat perjalanan internasional menjadi lebih mudah. "Kita bisa memulai dari G-20, dengan begitu maka akan memudahkan adopsi dari standar protokol kesehatan ini ke negara-negara lainnya," ujar Budi, dalam konferensi pers Health Working Group (HWG) G20 bertajuk "Harmonizing Global Health Protocol Standards" di Yogyakarta, Senin (28/3).
Ia menjelaskan, menyelaraskan standar protokol kesehatan global bertujuan agar terdapat standar yang sama tentang peraturan terkait tes PCR, karantina, dan lainnya yang selama ini berbeda-beda di tiap negara. Budi mengatakan standar protokol kesehatan dalam proses perjalanan internasional dapat diubah seperti di sistem imigrasi sebagai standar dunia.
"Kita mau membuat standarisasi dari proses perjalanan internasional sesederhana itu, standarnya juga sama di seluruh dunia," tuturnya. Ia optimistis dengan berkembangnya teknologi digital saat ini, adopsi standar protokol kesehatan global akan tercapai.
Saat ini, ia menyampaikan, Indonesia sudah melakukan diskusi bilateral dengan Arab Saudi untuk mengintegrasikan PeduliLindungi dengan aplikasi Tawakkalna. Di sisi lain, Indonesia juga melakukan diskusi dengan ASEAN Communities serta sejumlah negara-negara Eropa untuk mengintegrasikan aplikasi PeduliLindungi agar terdapat standar yang sama tentang peraturan terkait PCR, karantina, dan lainnya.
Digital Health Technology Unit Head, WHO, Garret Mehl mengatakan integrasi aplikasi dokumen kesehatan digital memungkinkan untuk diterapkan. "Saya mungkin menyebutnya kartu kesehatan dalam format digital. Kita bisa melihat versi digital dari kartu vaksinasi atau kartu hasil tes laboratorium, dan idealnya itu akan menjadi sesuatu yang layak digunakan jika ada pandemi lain," katanya.
Maka, ia menambahkan, kesetaraan infrastruktur teknologi yang sama akan menjadi penting di setiap negara sebagai catatan kesehatan berbasis digital.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan drg Widyawati mengatakan agenda HWG 1 akan membahas satu di antara tiga isu prioritas bidang kesehatan dalam Presidensi G-20, yakni harmonisasi standar protokol kesehatan global untuk perjalanan antarnegara. Agenda HWG 2 akan membahas upaya membangun ketahanan kesehatan global.
Agenda HWG 3 akan membahas pembangunan pusat studi serta manufaktur untuk pencegahan, persiapan, dan respons terhadap krisis kesehatan pada masa yang akan datang. "Penyelarasan protokol kesehatan antarnegara sangat dibutuhkan untuk menunjang inter-konektivitas dan konektivitas sistem informasi kesehatan dari berbagai negara guna memudahkan perjalanan internasional," kata Widyawati.
Pertemuan HWG 1 akan dibagi dalam enam sesi diskusi. Sesi 1 membahas tentang Digital Documentation of Covid-19 Certificates, sesi 2 membahas Harmonizing Global Health Protocols, sesi 3 membahas Harmonizing Global Health Protocols, sesi 4 membahas Sharing National Experiences and Best Practices in Implementing Policy and Mutual Recognition, sesi 5 membahas Harmonizing Global Health Protocols, dan sesi 6 penutup yakni Follow Up dan Concluding Plennary Session.
Masing-masing sesi akan menghadirkan pakar dan pemateri dari berbagai negara. "Melalui berbagai sesi ini diharapkan bisa menghasilkan kesepakatan yang dapat mendorong implementasi harmonisasi protokol kesehatan global sehingga mobilitas antarnegara akan semakin terjamin keamanannya serta turut mempercepat pemulihan ekonomi dunia," katanya.
Setelah keenam sesi selesai, agenda HWG 1 akan dilanjutkan dengan G20 Side Event Tuberkulosis yang berlangsung pada 29-30 Maret 2022.
Dengan mengusung tema "Pembiayaan Penanggulangan TBC: Mengatasi Disrupsi Covid-19 dan Membangun Kesiapsiagaan Pandemi Masa Depan", pertemuan ini menjadi momentum penting untuk memperkuat komitmen global dalam mengakhiri TBC pada 2030 utamanya komitmen dalam peningkatan pendanaan bagi pencegahan dan penanggulangan TBC yang berkelanjutan, demikian Widyawati.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Fasilitas dan Stok Vaksinasi Dikeluhkan
Beberapa merek vaksin tidak tersedia untuk disalurkan ke fasilitas kesehatan.
SELENGKAPNYARisiko Tinggi Terinfeksi Covid-19 dan Flu Bersamaan
Pasien Covid-19 dan flu di waktu bersamaan cenderung mengalami gejala lebih berat.
SELENGKAPNYAVaksinasi Bukan Syarat Wajib Pembelajaran Tatap Muka
Vaksinasi tak menjadi halangan mendapatkan hak atas pendidikan.
SELENGKAPNYA