Hikmah
Jangan Remehkan Muhasabah
Salah satu cara agar kita selalu kuat dalam kebenaran adalah dengan cara muhasabah.
Oleh MUHAMMAD LILI NUR AULIA
OLEH MUHAMMAD LILI NUR AULIA
Hidup adalah fase waktu yang penuh warna dan ragam ujian. Banyak orang yang tangguh dan kokoh pada waktu tertentu, tapi tumbang dan jatuh pada waktu lain.
Tidak sedikit orang yang tampil sebagai pribadi yang komitmen dan kuat berpegang pada nilai-nilai agama, tapi kemudian tersungkur dan terpuruk pada jurang kesalahan yang begitu dalam. Karena itu, hidup ini adalah rentang ujian yang harus dilewati dengan baik.
Salah satu cara efektif agar kita selalu kuat dan stabil dalam kebenaran dan tidak terseret pada kesalahan adalah dengan cara muhasabah. Artinya, kita menghitung, menakar, memerinci, apa kemaksiatan yang kita lakukan kepada Allah. Berdialog kepada diri sendiri, sejauh mana penyimpangan yang dilakukan dari kebenaran.
Dalam Alquran disebutkan: “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa adalah jika mereka diganggu oleh sekelompok setan, mereka segera ingat dan mereka mengetahui (keberadaan setan)” (QS al-A’raf: 201).
Sikap lebih awal menyadari kesalahan, tentunya akan berdampak pada perbaikan. Sikap seperti ini disabdakan Rasulullah SAW sebagai sikap yang menunjukkan tingkat kecerdasan seseorang.
Rasul mengatakan, "Orang yang cerdas-berakal ialah orang yang memperhitungkan keadaan dirinya dan suka beramal untuk mencari bekal sesudah matinya, sedangkan orang yang lemah ialah orang yang dirinya selalu mengikuti hawa nafsunya dan mengharap-harapkan kemurahan dari Allah tanpa beramal saleh" (HR at-Turmudzi).
Dalam hadis ini Rasulullah SAW memakai istilah “daana nafsahu” yang menurut at-Turmudzi, maknanya adalah menghisab diri sebelum dihisab pada hari kiamat.
Banyak suasana yang mungkin meninggalkan noda serta debu dalam hati kita. Sebagaimana sebuah perjalanan yang pasti menyisakan kotoran pada pakaian dan tubuh. Berbagai kondisi yang kita lewati dalam hidup ini tentu meninggalkan debu. Debu itu berupa noda atau kotoran dosa dan kemaksiatan yang harus selalu kita bersihkan dari hati.
Hati harus tetap terpelihara, bersih, sehingga hati bisa tetap mampu menjadi cermin dan menyuarakan keimanan. Hati yang menyuarakan keimanan berarti mampu menilai yang baik adalah baik, sebaliknya yang buruk adalah buruk.
Meremehkan muhasabah, menurut Ibnul Qayyim rahimahullah, adalah salah satu ciri orang-orang yang lalai.
Perhatikanlah kata-katanya, “Yang paling berbahaya bagi seorang mukalaf adalah menyepelekan dan meninggalkan muhasabah, berulang-ulang melakukan kekeliruan, menggampangkan urusan dan perjalanannya. Hal ini akan menggiringnya menuju kehancuran. Dan seperti itulah kondisi orang-orang yang terpedaya. Ia menutup matanya dari akibat yang akan ditanggungnya. Ia melanjutkan terus perilakunya yang salah.
Bersandar dan mengandalkan ampunan. Lalu ia menganggap remeh muhasabah terhadap jiwanya dan tidak mau melihat akibat yang akan diterimanya. Jika seseorang melakukan hal ini, akan mudahlah ia terjerembap dalam dosa, bahkan ia akan merasa intim dengan dosa dan sulit untuk memutuskan diri dari dosa” (Ighatsatu Al Lahafan, 1/98).
Mari lihat kembali lembar-lembar usia yang telah terlewat dan bertanya, apa yang sudah kita tinggalkan di sana? Kita tahu, ada kehidupan lain setelah di dunia ini.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Larangan Berhijab yang Merenggut Identitas Aliya
Muslim India khawatir hak mereka terpinggirkan sebagai minoritas.
SELENGKAPNYAMengajak Anak Membaca Buku
Orang dewasa memiliki kewajiban mengenalkan buku-buku berkualitas kepada anak-anak.
SELENGKAPNYAMenerabas Masa Jabatan
Penundaan pemilu disebut paling populer digunakan rezim otoriter untuk terus berkuasa melampaui masa jabatan.
SELENGKAPNYA