Hikmah
Manajemen Waktu
Kebanyakan manusia lalai terhadap waktu yang Allah berikan.
Oleh AHMAD AGUS FITRIAWAN
OLEH AHMAD AGUS FITRIAWAN
Waktu adalah nikmat yang nyata bagi umat manusia. Namun, kebanyakan manusia lalai terhadap waktu yang Allah berikan sehingga yang ada hanyalah waktu berlalu tanpa makna. Banyak waktu yang terbuang sia-sia.
Adalah pantas ketika Allah bersumpah menggunakan waktu, wa al-’ashr (demi masa/waktu), Allah melanjutkan dengan kalimat penuh kekuatan (taukid) bahwa seluruh manusia itu akan rugi. Hal ini karena banyak manusia yang melalaikan waktu hidupnya. Namun, ada tiga golongan yang dikecualikan mendapat kerugian, yaitu orang beriman, beramal saleh, dan saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran (QS 103: 1-3).
Demikian pula Rasulullah SAW memberikan motivasi kepada orang yang berakal sehat untuk mengelola waktu agar terhindar dari kerugian yang nyata. Melalui sabdanya, “Selayaknya, orang yang berakal sehat memiliki empat waktu, yaitu waktu untuk bermunajat, waktu untuk bertafakur, waktu untuk bermuhasabah, dan waktu untuk memenuhi kebutuhan hidup.” (HR Ahmad).
Pertama, senantiasa memanfaatkan waktu untuk bermunajat mendekatkan diri kepada Allah SWT. Caranya dengan beribadah yang ikhlas dan benar, memperbanyak amal untuk bekal menuju kehidupan akhirat yang kekal, memperbanyak dan ikhlas bersedekah, menghiasi diri dengan akhak mulia, berbicara yang baik—tuturnya dan isinya, dan seluruh hal yang baik serta syar’i.
Kedua, senantiasa memikirkan hidup dan kehidupan (bertafakur). Menafakuri alam semesta dan segala keindahannya. Plus, memikirkan diri kita sendiri sebagai makhluk fī ahsani taqwīm, sempurna secara wujud lahir dan batin (QS 95: 4) Hasil dari berpikir ini adalah adanya kesimpulan, “Rabbana, ma khalaqta hadza batilan, subhanaka faqina ‘adzaban-nar. ” Ya Allah, tidaklah Engkau menciptakan hal ini dengan sia-sia, jauhkanlah kami dari siksa neraka. (QS 3: 191). Demikian kongklusi bijak hasil tafakur.
Ketiga, waktu untuk muhasabah merupakan momen penting di kehidupan. “Hisablah dirimu sendiri sebelum kamu dihisab oleh Allah,” tandas Umar bin Khathab. Muhasabah ini penting sebagai kontrol diri. Sebab, terkadang sebagai manusia biasa lupa akan kesalahan diri.
Pepatah “semut di seberang jelas terlihat, gajah di kelopak mata tidak tampak” pun kerap terjadi. Pandai bermuhasabah akan membuka pintu kebaikan bagi diri. Sikap bijaksana pun akan tetap terpelihara.
Keempat, waktu untuk memenuhi hajat hidup (QS 28: 77) Suami berkewajiban mencari nafkah untuk kelangsungan hidup keluarga. Istri pun berkewajiban untuk memperhatikan kehidupan keluarga, alokasi finansial, pendidikan anak, pelayanan terhadap suami, dll. Pada intinya, seperempat waktu yang terakhir mesti digunakan untuk menjaga kelangsungan hidup.
Beribadah harus tekun dan giat, maka mencari dunia pun semestinya tekun dan giat pula. Ini tiada lain sebagai wasilah beribadah. Shalat saja butuh pakaian untuk menutup aurat sebagai salah satu syarat sahnya shalat.
Sedangkan, pakaian didapat dari hasil membeli atau membuat. Lalu, membeli atau membuat sudah pasti membutuhkan finansial. Nah, finansial itu didapat dari hasil usaha. Wallahu’alam.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.