Ekonomi
Bank Syariah Naik Kelas
Bertambahnya bank syariah di jajaran BUKU III membawa sentimen positif.
JAKARTA -- PT Bank BTPN Syariah Tbk naik kelas menjadi bank umum kegiatan usaha (BUKU) III. Hal itu ditetapkan pada 7 Juli 2020. Kategori BUKU III adalah bank dengan modal inti minimal Rp 5 triliun hingga kurang dari Rp 30 triliun.
Sekretaris Perusahaan BTPN Syariah Arief Ismail mengatakan, perubahan status dari bank kelompok BUKU II menjadi bank kelompok BUKU III sudah mendapatkan persetujuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
“PT Bank BTPN Syariah Tbk resmi menjadi bank kelompok BUKU III berdasarkan persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan Nomor S-144/PB.34/2020 tanggal 7 Juli 2020,” ujarnya melalui keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Selasa (14/7).
Pada 31 Maret 2020, ekuitas perusahaan sebesar Rp 5,8 triliun atau meningkat Rp 387 miliar atau 7,18 persen dibandingkan posisi 31 Desember 2019, yaitu Rp 5,4 triliun. Peningkatan tersebut disebabkan penambahan laba bersih periode berjalan sebesar Rp 403 miliar.
Dengan kenaikan BPTN Syariah menjadi bank BUKU III ini, tentu kita berharap pertumbuhan perbankan syariah nasional akan mengalami akselerasi.Pengamat ekonomi syariah Yusuf Wibisono
Pada Maret lalu, PT BNI Syariah berhasil naik kelas dan menembus kategori bank BUKU III. BNI Syariah pun fokus memperluas jangkauan bisnis internasional seiring pencapaian tersebut. Direktur Utama BNI Syariah, Abdullah Firman Wibowo menyampaikan, menjadi bank BUKU III membuka peluang setidaknya untuk tiga bisnis internasional. Modal inti BNI Syariah naik dari Rp 4,5 triliun pada Desember 2019 menjadi Rp 5 triliun per Maret 2020.
"Dengan BNI Syariah menjadi BUKU III, maka terbuka peluang untuk bisa optimalkan bisnis internasional," ujarnya.
Tiga peluang itu di antaranya trade finance, remitansi, juga ekspansi cabang yang memungkinkan kerja sama internasional. Firman menyampaikan, peluang bisnis tersebut cukup signifikan sehingga bisa meningkatkan portofolio bank sekitar Rp 100 miliar dari sisi fee based income.
Dari sisi remitansi, potensinya mencapai enam juta diaspora Indonesia di luar negeri kepada fee based income dari exchange rate dan komisi pengiriman uang. Menurut Firman, di tahap awal, BNI Syariah menargetkan sekitar Rp 20 miliar hingga Rp 30 miliar.
Selain itu, potensi dari trade finance terkait bisnis impor dan ekspor yang ditargetkan sekitar Rp 70 miliar. Sementara untuk potensi ekspansi cabang, BNI akan bekerja sama dengan kantor cabang BNI induk yang ada di luar negeri seperti di Singapura, Jepang, Korea Selatan, Hong Kong, dan Amerika Serikat.
"Banyak sekarang orang-orang Indonesia yang tinggal di luar negeri untuk bisa menabung hijrah di bank syariah," katanya.
Bertambahnya bank syariah di jajaran BUKU III membawa sentimen positif bagi industri perbankan syariah. Kini bank syariah BUKU III berjumlah tiga unit, yakni Bank Mandiri Syariah, BNI Syariah, dan BTPN Syariah yang baru saja bergabung.
Pengamat ekonomi syariah Universitas Indonesia Yusuf Wibisono menyampaikan, hal ini merupakan suatu kabar gembira. Menurut dia, kinerja BTPN Syariah memang paling mengesankan dalam beberapa tahun terakhir.
"Dengan kenaikan modal, skala usaha bank-bank syariah BUKU III diharapkan akan meningkat," katanya kepada Republika, Selasa (14/7).
Setelah menjadi bank BUKU III, diharapkan ekspansi bisnis dapat dilakukan dengan lebih leluasa, termasuk dalam melengkapi produk dan layanan untuk konsumen. Selain itu, efisiensi operasional bisa meningkat yang ujungnya bank syariah dapat menyentuh segmen konsumen yang lebih banyak dan luas.
Yusuf mengatakan, saat ini karena lemahnya permodalan, rata-rata bank syariah masih berstatus bank BUKU II. Hal itu berdampak terhadap ekspansi bisnis sulit, produk terbatas, efisiensi rendah, dan ceruk konsumen sedikit. Dengan makin banyaknya bank syariah yang menjadi bank BUKU III, makin besar peluang akselerasi sektor keuangan syariah nasional.
Sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia dan anggota G-20, Indonesia berpeluang besar menjadi pemimpin dalam industri perbankan syariah. Bahkan, Indonesia dapat menjadi regional Islamic finance hub. Perbankan syariah secara model bisnis lebih ramah kepada sektor riil dan UMKM sehingga juga amat kondusif untuk Indonesia yang sedang berjuang keluar dari middle income trap.
"Dengan kenaikan BPTN Syariah menjadi bank BUKU III ini, tentu kita berharap pertumbuhan perbankan syariah nasional akan mengalami akselerasi," katanya.
Namun, untuk meningkatkan pangsa perbankan syariah secara signifikan perjalanan masih cukup berat. Yusuf menyampaikan, selama tidak ada kebijakan afirmatif dari otoritas atau pemerintah dan hanya mengandalkan pertumbuhan organik, pangsa perbankan syariah hanya akan meningkat secara konservatif.
Untuk mencapai target pangsa 10 persen dari perbankan nasional saja, butuh kebijakan afirmatif yang kuat. Ia mencontohkan, konversi salah satu bank BUMN menjadi bank syariah bisa menjadi solusi. Mengejar pangsa pasar akan sangat sulit karena aset bank konvensional jauh lebih besar. Maka dari itu, perbankan syariah bisa fokus pada pertumbuhan aset yang lebih tinggi dengan makin besarnya kapasitas bank syariah setelah jadi bank BUKU III.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.