Internasional
WHO: Pandemi Covid-19 Belum Berakhir
WHO juga akan mengutus tim ke Cina untuk menyelidiki asal-usul Covid-19.
JENEWA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa pandemi virus korona jenis baru atau Covid-19 masih belum selesai dan kemungkinan hal buruk bisa terjadi. Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, semua negara harus dapat mengatasi pandemi atau dapat menghadapi hal yang lebih buruk.
"Virus masih memiliki banyak ruang untuk bergerak. Kita semua ingin ini berakhir. Kita semua ingin melanjutkan hidup kita. Tetapi, kenyataannya yang sulit adalah, ini bahkan belum dekat untuk berakhir," ujar Ghebreyesus.
Selama enam bulan, WHO dan mitranya telah bekerja keras untuk mendukung semua negara dalam menghadapi pandemi Covid-19. Ghebreyesus mengatakan, walaupun banyak negara membuat kemajuan, pandemi virus korona menyebar makin cepat. Maka, dia meminta setiap negara harus fokus untuk menyelamatkan kehidupan warganya.
"Menjaga jarak secara fisik, menjaga kebersihan tangan, menutup mulut ketika batuk, memakai masker, tetap berada di dalam rumah, dan hanya membagikan informasi dari sumber yang dapat dipercaya," kata Ghebreyesus.
WHO juga akan mengutus tim ke Cina untuk menyelidiki asal-usul virus korona baru penyebab Covid-19. Beberapa negara seperti Amerika Serikat (AS) dan Australia telah cukup vokal menyerukan tindakan tersebut.
"Kita bisa melawan virus dengan lebih baik ketika kita tahu segalanya tentang virus, termasuk bagaimana virus itu bermula. Kami akan mengirim tim pekan depan ke Cina untuk mempersiapkan itu," kata Ghebreyesus, Senin (29/6).
Dia tak memberi keterangan lebih terperinci terkait hal itu, termasuk tentang respons Cina. Presiden AS Donald Trump menuding bahwa virus korona baru berasal dari laboratorium Wuhan Institute of Virology. Cina sudah berulang kali membantah hal tersebut dan menolak penyelidikan. Namun, AS dan sejumlah negara, termasuk Australia dan Swedia, mendukung penyelidikan karena investigasi semacam itu logis dan penting dilakukan.
Cina telah menyetujui melibatkan militer untuk eksperimental vaksin virus korona yang dikembangkan oleh People's Liberation Arm dan perusahaan farmasi Cina. Langkah ini menjadi upaya pertama untuk angkatan bersenjata negara manapun dalam percobaan vaksin Covid-19.
Menurut laman South China Morning Post, vaksin Ad5-nCoV dikembangkan bersama oleh tim di Akademi Ilmu Kedokteran Militer, dipimpin Mayor Jenderal Chen Wei, dan perusahaan CanSino Biologics yang berbasis di Tianjin. Ini pertama kalinya kandidat vaksin untuk Covid-19 telah diizinkan untuk digunakan untuk militer. n reuters ed: yeyen rostiyani
Daftar UE dan Jepang
Pada Selasa (30/6) utusan-utusan Uni Eropa di Brussel meluncurkan prosedur tertulis yang dilihat sebagai daftar negara selama tidak ada negara anggota yang menolaknya. Daftar tersebut berisi 15 negara yang tingkat penyebaran virus koronanya sebanding dengan Uni Eropa.
Tingkat penularan di Brasil, Rusia dan India sangat tinggi sehingga kemungkinan mereka juga tidak masuk dalam daftar itu. Negara-negara yang masuk daftar juga harus mencabut larangan masuk bagi wisatawan dari Eropa. Daftar negara yang diizinkan masuk akan terus diperbaharui setiap 14 hari sekali. Akan ada negara-negara baru yang ditambah atau juga dikeluarkan dari daftar tersebut bila mereka tidak bisa menahan laju penyebaran.
Sementara Pemerintah Jepang mengumumkan perbatasan perbatasan akan tetap berlaku. Bahkan, terdapat penambahan beberapa daftar negara yang dilarang masuk ke Jepang mulai 1 Juli. Melalui pengumuman resmi Kementerian Luar Negeri Jepang, pemerintah menambah 18 negara pada larangan masuknya. Keputusan ini membuat jumlah total negara yang terkena larangan masuk Jepang menjadi 129.
Dikutip dari Japan Times, negara-negara yang ditetapkan untuk dimasukkan ke dalam daftar larangan masuk adalah, Guyana, Kuba, Guatemala, Grenada, Kosta Rika, Jamaika, Nikaragua, Saint Vincent dan Grenadines, Aljazair, Eswatini, Kamerun, Senegal, Republik Afrika Tengah, Mauritania, Irak, Lebanon, dan Georgia. Warga negara asing yang telah tinggal di negara-negara ini dalam 14 hari sebelum permohonan pendaratan akan ditolak masuk ke Jepang. Izin khusus dapat diberikan atas dasar kemanusiaan, kasus kematian seorang kerabat, atau untuk keadaan darurat medis.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.