Internasional
WHO Dukung Keputusan Saudi Soal Haji
Ghebreyesus menyebut, langkah Saudi sejalan dengan panduan WHO.
JENEWA – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyambut keputusan Arab Saudi membatasi jumlah jamaah haji tahun ini. Hal itu dinilai penting dilakukan saat pandemi Covid-19 masih berlangsung. Dalam kondisi normal, jumlah jamaah calon haji bisa mencapai 2,5 juta orang dari berbagai penjuru dunia per musim haji.
"Ketika beberapa negara mulai membuka kembali aktivitas masyarakat dan ekonomi mereka, pertanyaan tentang bagaimana mengadakan pertemuan sejumlah besar orang dengan aman telah menjadi semakin penting. Ini terutama berlaku untuk salah satu pertemuan massa terbesar di dunia, ibadah haji tahunan," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus pada Rabu (24/6), dikutip laman Asharq Al-Awsat.
Ghebreyesus mengatakan, keputusan Saudi yang diambil berdasarkan dengan menghitung risiko dan analisis dari berbagai skenario adalah sejalan dengan panduan WHO. Ia mengatakan, WHO mendukung keputusan Saudi. Meski, ia mengakui, negara-negara lain pun tentu membuat keputusan berat untuk mengutamakan kesehatan umum sebagai prioritas.
"Kami paham bahwa ini bukan keputusan mudah dan kami juga memahami bahwa ini menjadi kekecewaan besar bagi banyak umat Islam yang menanti-nanti waktu untuk bisa berhaji tahun ini," kata Ghebreyesus. "Ini sebuah contoh lagi tentang keputusan berat yang dibuat semua negara untuk mengutamakan kesehatan umum."
Pada Senin (22/6) lalu Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Arab Saudi mengatakan, negara tersebut akan tetap menyelenggarakan ibadah haji tahun ini. Namun, jumlah jamaah dibatasi guna mencegah penyebaran Covid-19. Mereka yang diizinkan menunaikan haji adalah warga Saudi dan warga asing yang memang sudah tinggal di Saudi.
“Mengingat kelanjutan pandemi dan risiko virus korona menyebar di ruang-ruang ramai dan pertemuan besar dan penularannya antarnegara serta peningkatan infeksi rata-rata secara global, telah diputuskan bahwa haji untuk tahun ini akan diadakan di mana jumlah jamaah sangat terbatas dari berbagai kewarganegaraan yang sudah tinggal di Arab Saudi yang dapat menunaikannya,” kata Kemlu Saudi dalam sebuah pernyataan dikutip laman al-Arabiya.
Jumlahnya dilaporkan berbeda di sejumlah media. Saudi Gazette, misalnya, melaporkan jamaah calon haji yang diizinkan berhaji sebanyak 10 ribu orang. Sementara, Arab News menyebut angka 1.000 orang atau bahkan kurang dari itu.
"Jumlahnya, insya Allah, mungkin ribuan orang. Kami sedang dalam proses melakukan penelaahan. Jadi, bisa saja 1.000 orang atau bahkan bisa kurang dan bisa juga lebih dari itu," ujar Menteri Urusan Haji Saudi Muhammad Benten yang dikutip Associated Press/, Selasa (23/6).
Pemerintah Saudi menanti hingga lima pekan sebelum mereka mengumumkan keputusan tentang haji tahun ini. Penetapan yang memakan waktu ini menunjukkan isu ini sensitif dan merupakan keputusan besar karena akan berdampak pada Muslim di seluruh dunia. Sebelum Saudi memutuskan, sejumlah Negara, termasuk Indonesia dan Malaysia bahkan telah memutuskan untuk tidak mengirimkan jamaah calon haji tahun ini.
"Ini proses yang sangat sensitif dan kami bekerja sama dengan para ahli Kementerian Kesehatan," ungkap Benten yang menekankan pentingnya melindungi nyawa dan kesehatan jamaah.
Saudi juga menerapkan sejumlah pembatasan ketat terhadap jamaah. Salah satunya, pembatasan usia di bawah 65 tahun. Semua jamaah juga diharuskan menjalani karantina sebelum dan sesudah berhaji.
Saudi mengungkapkan, keputusan pembatasan jumlah jamaah diambil guna memastikan pelaksanaan ibadah haji tetap aman. Ia pun akan memantau semua tindakan pencegahan dan penerapan protokol jarak sosial guna mencegah adanya penularan Covid-19 di kalangan jamaah.
Pada akhir Februari lalu Saudi memutuskan menangguhkan sementara kedatangan umat Muslim dari berbagai negara yang ingin melaksanakan umrah. Penangguhan itu pun diberlakukan bagi warga Saudi pada 4 Maret.
Kemudian, pada pertengahan Maret Saudi mulai menangguhkan shalat berjamaah di masjid. Semua hal itu dilakukan semata-mata untuk mengekang penyebaran Covid-19. Namun, Saudi telah memutuskan mencabut pembatasan sosial di seluruh wilayah negaranya pada Ahad (21/6). Hal itu menjadi upaya Riyadh untuk kembali menjalani aktivitas normal di tengah pandemi Covid-19.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.