Inovasi
Keamanan Digital di Era New Normal
Penting untuk tidak mengabaikan keamanan digital karena UKM bersiap kembali ke bisnis semula.
Melanjutkan bisnis di era pandemi, menyimpan banyak tantangan dan dinamika tersendiri. Di saat perusahaan dilanda ketidakpastian iklim usaha, di saat yang sama tuntutan untuk tetap menjalankan bisnis yang sangat membutuhkan keandalan teknologi, pastilah menguras banyak sumber daya.
Cloud alias komputasi awan pun menjadi salah satu bentuk teknologi yang mampu mengakomodasi permintaan tenaga kerja jarak jauh. “Teknologi dalam masa situasi normal baru penting, tetapi, keamanan juga memegang peranan penting. Kita perlu mengatur keamanan dengan cara yang lebih efektif," kata Presiden Direktur IBM Indonesia, Tan Wijaya, dalam media briefing virtual, pekan lalu.
Catatan internal IBM menunjukkan secara global terdapat kenaikan serangan siber hingga 6.000 persen dalam tiga bulan terakhir. Spesifik untuk Indonesia, serangan keamanan ini, banyak terjadi pada situs dagang daring.
Menurut Tan, IBM melihat perusahaan mulai mempertimbangkan untuk mengadopsi teknologi yang lebih tangkas, misalnya layanan berbasis cloud, untuk menyikapi tantangan keamanan siber selama pandemi Covid-19 ini.
Selain itu, pertimbangan lain yang mendasari banyaknya perusahaan yang kini mulai beralih ke layanan cloud adalah efektivitas biaya dan komitmen yang diperlukan tidak panjang. Strategi lainnya yang perlu dipertimbangkan, ia melanjutkan, soal pemulihan data, disaster recovery, di pusat penyimpanan data atau data center.
Di Indonesia, umumnya perusahaan memiliki data center di luar Jakarta. Belajar dari berbagai dampak yang muncul akibat Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), Tan menyarankan, perusahaan perlu mengubah strategi soal data center. Oleh karena itu, alternatif yang bisa dipertimbangkan adalah, bagaimana karyawan bisa mengakses data center tersebut dari jauh, tidak lagi secara fisik.
PSBB ternyata cukup menyulitkan mobilitas karyawan yang pekerjaannya berkaitan dengan pusat data tersebut.TAN WIJAYA, Presiden Direktur IBM Indonesia
Ancaman Phising UKM
Pandemi Covid-19 belum sepenuhnya berakhir. Sementara kewajiban untuk tetap berada di rumah secara bertahap mulai diakhiri.
Beberapa perusahaan siap pun kini siap kembali membuka bisnisnya. Dengan kembali berlangsungnya aktivitas setelah pembatasan fisik, unit usaha kecil dan menengah (UKM) pun menghadapi berbagai tantangan termasuk ancaman keamanan siber.
Statistik terbaru dari Kaspersky, Anti-Phishing System dari Kaspersky telah mencegah 834.993 upaya phishing terhadap perusahaan dengan 50-250 karyawan dalam tiga bulan pertama 2020. Ini adalah peningkatan 56 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, dengan lebih dari 500 ribu upaya penipuan yang mampu diblokir.
General Manager untuk Asia Tenggara di Kaspersky, Yeo Siang. Tiong, mengungkapkan, pemulihan ekonomi dan kesehatan karyawan sangat penting bagi bisnis pascakewajiban lockdown diakhiri. “Namun, penting untuk tidak mengabaikan keamanan siber karena UKM bersiap untuk kembali ke bisnis seperti biasa,” ujarnya.
Pada abad ke-21, serangan phishing sejauh ini merupakan salah satu bentuk kejahatan siber yang paling populer. Bahayanya dapat berupa virus sederhana yang mampu dipindai dengan cepat hingga mengakibatkan pencurian jutaan dolar, seperti kasus Bank Central Bangladesh pada 2016.
Serangan ini. disebabkan oleh surel phising yang ditargetkan. Siang menjelaskan, ada beberapa tanda umum di antara surel phishing yang harus diwaspadai oleh pengguna, seperti lampiran atau tautan yang mencurigakan, tata bahasa yang buruk, kesalahan pengejaan, gambar tidak profesional, urgensi yang tidak perlu untuk memverifikasi alamat e-mail Anda atau informasi pribadi lainnya yang ditanyakan secara segera.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.