Hikmah
Berkah di Tengah dan Bakda Wabah
Ini berarti tidak ada kerugian sedikit pun bagi seorang Muslim yang meninggal karena wabah.
Oleh Imam Nawawi
Oleh Imam Nawawi
Satu di antara tanda sempurnanya ajaran Islam adalah selalu ada bab masalah yang dihadapi manusia yang telah tersedia solusinya. Soal wabah, misalnya, sejak zaman Nabi Muhammad SAW kunci penyelesaiannya telah ditemukan.
Kala itu, amirul mukminin Umar bin Khathab meninggalkan Madinah menuju Syam. Namun, mendekati perbatasan, beliau mendapati kabar bahwa Syam sedang terkena wabah. amirul mukminin pun bermusyawarah dengan rombongan dan terjadilah beda pandangan. Hingga, akhirnya datang Abdurrahman bin Auf dan menyampaikan hadis Nabi.
"Jika suatu daerah terserang wabah penyakit sementara kalian berada di dalamnya maka janganlah kalian keluar melarikan diri (mengungsi) darinya. Jika kalian mendengar di suatu daerah sedang terserang wabah penyakit maka janganlah kalian datang mendekatinya." (HR Bukhari).
Dalam buku Kisah Para Nabi karya Ibn Katsir disebutkan bahwa usai mendengar hadis itu, Umar bin Khathab memuji Allah dan segera pergi. Dan, kita bisa saksikan saat ini betapa strategi menghentikan wabah ini diterapkan oleh negara-negara di dunia, bahkan yang penduduknya tidak beragama Islam dengan istilah masa kini, yaitu lockdown.
Artinya, di tengah wabah, dunia menjadi tahu bahwa cara untuk menghambat penyebaran, bahkan mencegahnya adalah dengan cara lockdown. Di sini, kita dapat temukan bahwa secara empiris, ajaran Islam, terutama teladan Nabi benar-benar efektif digunakan untuk menghadapi sebuah masalah besar dengan sebab yang tak terlihat kasat mata, seperti virus yang mewabah.
Islam sebagai agama wahyu yang memiliki konsep kehidupan setelah mati (akhirat) juga memberikan penjelasan berupa jaminan kebahagiaan bahwa siapa pun yang beriman dan meninggal karena wabah, insya Allah, terhitung syahid.
Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia KH Hasanuddin AF menjelaskan, seorang Muslim yang meninggal karena wabah Covid-19 terkategori meninggal secara syahid di akhirat, sekalipun perlakuan terhadap jenazahnya tidak seperti mujahid atau syuhada di medan jihad (perang membela agama Allah).
Syahid akhirat adalah Muslim yang meninggal dunia karena kondisi tertentu, seperti karena wabah, tenggelam, terbakar, dan melahirkan yang secara syar'i dihukumi dan mendapat pahala syahid.
Ini berarti tidak ada kerugian sedikit pun bagi seorang Muslim yang meninggal karena wabah. Karena status kematiannya pun Allah kategorikan sebagai syahid, sebuah tingkat kematian yang mulia di sisi-Nya. Sekalipun, tentu saja, kita tidak boleh berharap kematian karena mengamankan diri dengan tinggal di rumah saja merupakan perintah Allah dan Rasul-Nya yang harus diamalkan.
Demikianlah berkah kala wabah melanda. Berkah yang tak kalah menarik adalah ketika wabah berlalu. Allah menjanjikan kabar gembira bagi yang bisa menghadapi ujian ketakutan, kelaparan, kurangnya harta, jiwa, dan buah-buahan dengan sabar. (Surah al-Baqarah ayat: 155).
Dengan kata lain, jika selama wabah ini kita tetap teguhkan iman, perkuat ibadah, gemar sedekah, serta beramal sholeh, insya Allah, pascawabah datang berkah langsung dari sisi-Nya.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.