
Internasional
Pembangkangan Tentara Guncang Israel
Sekitar seribu tentara Angkatan Udara AS menolak perang di Gaza.
TEL AVIV – Surat yang ditandatangani oleh sekitar 1.000 tentara cadangan dan pensiunan Israel yang menyerukan diakhirinya perang di Gaza mengguncang Israel. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu angkat bicara soal sengkarut tersebut.
Ia mengeluarkan pernyataan keras yang menyebut para penandatangan sebagai “kelompok pinggiran ekstremis yang kembali mencoba menghancurkan masyarakat Israel dari dalam”.
"Kelompok pinggiran yang berisik ini dimobilisasi untuk satu tujuan – untuk menggulingkan pemerintah. Mereka tidak mewakili para pejuang atau masyarakat. IDF sedang berjuang – dan kita semua berada di belakangnya," katanya dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan oleh kantornya di X.
Menurut media Israel, surat tersebut tidak menyerukan penolakan umum untuk mengabdi, namun mendesak para pejabat Israel untuk memprioritaskan pembebasan tawanan daripada melanjutkan perang di Jalur Gaza yang, menurut mereka, “terutama untuk kepentingan politik dan pribadi, bukan kepentingan keamanan”.
Komandan Angkatan Udara Israel pada hari Rabu mengancam akan mengusir sekitar 970 personel – termasuk pilot, perwira dan tentara. Hampir seribu perwira dan tentara itu baru saja menandatangani surat menolak melanjutkan perang di Gaza.
Harian Israel Haaretz melaporkan bahwa “sekitar 970 awak pesawat, beberapa di antaranya bertugas sebagai cadangan aktif, menandatangani surat yang menentang perang namun tidak menyerukan penolakan untuk bertugas.”
Dalam beberapa hari terakhir, para pemimpin senior Angkatan Udara melakukan panggilan telepon pribadi kepada pasukan cadangan yang mendukung pesan tersebut, mendesak mereka untuk mencabut dukungan mereka, kata outlet tersebut.
Para komandan memberi tahu pasukan cadangan bahwa mereka akan dipecat jika menolak mematuhinya, menurut Haaretz. Menyusul ancaman tersebut, hanya 25 penandatangan yang mencabut namanya, sementara delapan lainnya meminta untuk menambahkan tanda tangan.

Para penandatangan surat tersebut, termasuk perwira senior dan pilot Angkatan Udara, berpendapat bahwa “pertempuran di Gaza demi kepentingan politik, bukan kepentingan keamanan.”
Anggota oposisi Israel telah lama berpendapat bahwa perang di Gaza dimaksudkan untuk memungkinkan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu tetap menjabat dan tidak ada hubungannya dengan keamanan Israel.
Beberapa hari sebelumnya, Komandan Angkatan Udara Mayjen Tomer Bar bertemu dengan beberapa pihak penting yang menandatangani perjanjian tersebut. Selama pertemuan tersebut, petugas cadangan dengan tajam mengkritik keputusan Bar yang mengancam semua penandatangan dengan pemecatan, dan menyebutnya sebagai tindakan yang melampaui batas hukum dan etika yang melanggar hak anggota cadangan untuk mengekspresikan pandangan politik, menurut Haaretz.
Bar menjawab bahwa masalah ini bukanlah hukuman, dengan mengatakan, “Mereka yang menandatangani sebuah teks yang mengklaim dimulainya kembali perang terutama bersifat politis dan merugikan prospek pembebasan sandera tidak dapat memenuhi tugas cadangan mereka.”

Dia menganggap penandatanganan surat itu pada masa perang “tidak sah,” menurut outlet tersebut. Bar juga memperkirakan gencatan senjata dan kesepakatan pembebasan sandera akan segera ditandatangani.
Sebelumnya, militer Israel memecat dua tentara cadangan pada tanggal 19 Maret, satu dari intelijen, satu lagi dari Angkatan Udara, karena menolak bergabung dalam perang Gaza setelah pertempuran dilanjutkan. Ada yang menyebut menteri-menteri pemerintah dan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu sebagai “pengkhianat busuk,” tulis surat kabar itu.
Tentara Israel kembali melakukan serangan mematikan di Gaza pada tanggal 18 Maret dan sejak itu telah menewaskan hampir 1.500 korban, melukai 3.700 lainnya, dan menghancurkan perjanjian gencatan senjata dan pertukaran tahanan di wilayah kantong tersebut yang ditandatangani pada bulan Januari.

Benjamin Netanyahu pekan lalu bersumpah untuk meningkatkan serangan terhadap Gaza ketika upaya sedang dilakukan untuk melaksanakan rencana Presiden AS Donald Trump untuk mengusir warga Palestina dari wilayah tersebut. Lebih dari 50.800 warga Palestina telah terbunuh di Gaza dalam serangan brutal Israel sejak Oktober 2023, kebanyakan dari mereka adalah wanita dan anak-anak.
Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan November lalu untuk Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza. Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional karena agresi di Jalur Gaza.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Sekjen PBB: Gaza Jadi "Ladang Pembantaian"
Bombardir dan blokade Israel membuat kondisi Gaza kian mengenaskan.
SELENGKAPNYAWajah Israel di Mata Publik AS Kian Hancur
Mayoritas warga Amerika menyuarakan agak atau sangat tidak mendukung Israel.
SELENGKAPNYAGaza Dibantai, Tepi Barat Melawan
Perlawanan dilakukan lewat mogok masal hingga bentrokan bersenjata.
SELENGKAPNYA