
Safari
Secantik Kain Tenun Siak
Tenun Siak merupakan warisan Kerajaan Siak Indrapura.
Terdengar bunyi hentakan kayu. Perempuan muda duduk tegak di balik alat tenun bukan mesinnya. Trakk …!! Trakk ...!! street ttraakk, bunyi irama melantun dari ayunan tangan sang penenun kain tenun siak. Mengikuti motif di selembar kertas yang sudah dipesan sang majikan, perempuan muda berkonsentrasi penuh menjangkau tiap sudut di antara benang yang begitu tipis. Benang emas diselipkannya di benang lainnya, menjadi satu motif kecil yang padu. Sekali lagi trakk … street trakk.
Kain tenun siak menjadi primadona cantik yang wajib dibawa pulang saat berkunjung ke Kabupaten Siak. Kaya akan nilai kecantikan warisan budaya, kain tenun Siak mewarnai kekayaan intelektual masyarakat Siak meneruskan tradisi yang ada sejak zaman Kerajaan Siak Indrapura. Tenun Siak adalah kain tenunan yang dibuat dengan menggunakan gabungan benang katun atau benang sutra yang diberi motif benang emas dengan berbagai motif.
Kain tenun Siak beragam motif, seperti yang diperkenalkan Puguh Sutrisno, salah satu pengusaha tenun Siak di rumah usahanya, Jalan Indragiri, Kampung Rampak. Usaha yang digelutinya merupakan warisan sang mertua, Rahimna yang telah merintis usaha tenun siak sejak 1980. "Ada motif pucuk rebung, siku keluang, tampuk manggis, dan belasan motif lainnya khas Siak," ujarnya.

Puguh Sutrisno tak sekadar pengusaha. Ketertarikannya terhadap tenun siak telah membuatnya menyelam jauh ke dalam sejarah perjalanan tenun siak. Pengusaha yang telah menulis satu buku Seluk Beluk Tenun Siak itu melihat sebuah makna mendalam tentang keberadaan tenun siak. Menurut dia, tenun siak adalah sebuah pengabdian, penghormatan, dan sebuah harga diri masyarakat Melayu.
Warisan Kerajaan Siak Indrapura
Tenun Siak, diceritakan Puguh, merupakan hasil warisan yang paling membanggakan yang telah diwariskan Kerajaan Siak Indrapura. Tradisi menenun, ujarnya, telah ada sejak 1800, saat kerajaan Siak dipimpin Tengku Said Ali bergelar Sultan Assyaidis Syarif Ali Abdul Jalil (1784-1810). Saat itu, Sultan membawa langsung seorang penenun andal milik kerajaan Terengganu Malaysia, bernama Encik Siti Binti Karim. Dari perempuan itulah, para keluarga kerajaan diajarkan untuk menenun kain.
"Hanya terbatas sebagai pakaian kerajaan," ujar Puguh.
Belum ada yang tahu pasti mengapa kemudian tradisi menenun merayap keluar dari tembok kerajaan. Namun yang pasti, masyarakat sekitar kerajaan kemudian mulai mahir membuat tenunan serupa. Tenun siak dianggap sebagai perlambang kemapanan ekonomi masyarakat.

Corak dan motif tenun siak, kata Puguh, memang tidak terlepas dari sentuhan Melayu dan Islam. Misalnya saja motif pasu-pasu. Motif itu menggambarkan suasana kental rasa persaudaraan beragama. Membawa pesan untuk tawadhu, rendah hati, dan rasa keimanan. Ada juga motif lain seperti naga-naga, naga berjuang, dan motif siku keluang yang membawa pesan bahwa masyarakat Melayu harus pintar, berwawasan, dan mampu menjaga ketakwaannya sebagai manusia. Namun, dewasa ini motif tenun siak juga banyak dikreasikan dengan bentuk flora dan fauna lainnya.
Permintaan tenun siak datang dari berbagai wilayah, mulai dari Sumatra hingga Pulau Jawa. Kabupaten Siak yang telah memekarkan diri pada 1999, membuat pemerintah setempat terus menggenjot promosi tenun Siak. Puguh menyebut, rata-rata per bulan ia bisa menerima pesanan 50-70 tenun Siak dengan beragam motif. "Satu kain bisa dikerjakan dua-tiga minggu," jelasnya. Harga yang dijual pun beragam, mulai dari Rp 700 ribu, hingga Rp 5 juta.

Ceceran Sejarah Kolonialis Belanda
Kerajaan Siak Sri Indrapura tak selamanya memiliki kekuatan besar yang tak tertandingi. Memasuki era kolonialisasi Belanda, satu per satu kedaulatan Siak Sri Indrapura mulai terkikis. Periode penurunan itu berlangsung pada pertengahan abad ke-19, terlebih saat masuknya Inggris yang turut mengincar melimpahnya kekayaan alam Siak.
Era kelam Siak memasuki babak utama pada 1858 saat Kesultanan Siak dipaksa menandatangani perjanjian yang menyatakan wilayahnya masuk dalam perlindungan Belanda. Pada penghujung abad ke-19, Siak pun pernah menyandang status setingkat kawedanan setelah sebelumnya pada 1873 Kesultanan Siak menyerahkan Bengkalis untuk masuk dalam Karesidenan Riau.
Pos dan Tangsi Militer
Berada di Desa Benteng Hilir, Kecamatan Mempura, tepian Sungai Siak. Merupakan bekas markas militer Belanda yang dibangun pada 1908. Selain sebagai markas tentara dan logistik perang, bangunan ini juga difungsikan sebagai rumah tahanan pribumi yang dianggap melakukan pemberontakan.

Landraad
Berada di Desa Benteng Hulu, 200 meter dari keberadaan markas militer Belanda. Dikenal dengan nama gedung landraad yang pada awal abad ke-20 digunakan sebagai gedung peradilan Belanda. Sejak pengakuan wilayah atas Hindia Belanda, tiap-tiap keputusan Kerapatan Tinggi kerajaan harus melalui persetujuan pemerintah Hindia Belanda. Tak jauh dari gedung yang kondisinya mangkrak tersebut, juga masih terdapat sebuah bangunan bekas controleur (pembesar Belanda). Dalam sistem peradilan era Hindia Belanda, controleur mendapat tugas dari pemerintah sebagai penasihat kerajaan.
Disadur dari Harian Republika edisi 6 juli 2014 dengan reportase Angga Indrawan dan foto-foto Prayogi.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Perkampungan Adat di Sijunjung
Bertamu ke Perkampungan Adat Sijunjung memberi pengalaman kaya,
SELENGKAPNYABermalam di Rumah Gadang
Jangan sekadar tidur bila menginap di rumah gadang tradisional Minangkabau.
SELENGKAPNYASisa Sebuah Taman Dunia
Berawal dari Gunongan, saya berupaya “merekonstruksikan” Kesultanan Aceh di alam modern ini.
SELENGKAPNYA