Pekerja tambang berjaga di kawasan Grasberg Mine dari ketinggian 4.285 meter diatas permukaan laut berlatarbelakang puncak Carstensz atau puncak pegunungan Jayawijaya, Mimika, Timika, Papua. | ANTARA FOTO/M Agung Rajasa

Safari

Mencapai Atap Tropis

Mereka menemukan salju abadi di puncak gunung-gunung kawasan tropis telah menyusut.

Pada April 2010, ke enam pendaki Tim 7 Summits Indonesia Wanadri berhasil menundukkan Carstensz Pyramid (Puncak Jaya) di Papua. Momen ini menjadi titik awal keberhasilan tim tersebut dalam menyelesaikan misi pendakian tujuh puncak dunia. Kecuali Kwecheng, ini pertama kalinya mereka mendaki gunung dengan ketinggian di atas empat ribu mdpl.

Saat memasuki puncak Pegunungan Jaya Wijaya tersebut, para petualang kita mendapati ‘salju abadi’ yang menyelimuti kawasan itu kian menyusut. Berdasarkan catatan perjalanan para pendaki senior yang menjelajahi gunung ini pada era 1980-an silam, dikatakan, luasan daerah puncak yang tertutup es mencapai 20 kilometer (km) persegi.

“Tapi, begitu kami ke sana, area es tersebut cuma dua km persegi. Dengan kata lain, tinggal 10 persen saja yang tersisa,” papar Ardeshir. Diperkirakan, pada 2015 atau 2020, salju itu sudah tidak ada lagi.

Fakta ini menunjukkan, efek pemanasan global juga sampai ke daerah ini. Sebagian es di situ pun warnanya tak lagi putih bersih layaknya salju. Bercak-bercak kehitaman tampak jelas pada permukaannya. “Ada yang beranggapan, warna itu berasal dari limbah pertambangan Freeport yang beraktivitas di dekat kawasan itu,” tutur Gina, satu-satunya pendaki perempuan di tim ini.

Walaupun Carstensz adalah yang paling rendah di antara ketujuh summit namun tingkat kesulitannya ternyata paling tinggi. Medan nya cukup bervariatif. Tim ini mendaki lewat jalur sela tan, memasuki kawasan per tambangan Freeport di Tembagapura. Dari basecamp, mereka melewati beberapa danau. “Kami juga harus memanjat tebing-tebing cadas yang sangat terjal untuk mencapai puncaknya,” kata Kwecheng.

Pada 2008 lalu, Kwecheng mendaki gunung ini dengan menempuh jalur trekking dari Desa Ilaga, Beoga, dan Sugapa. “Jalur utara ini relatif lebih mudah. Namun, tetap memiliki risiko. Karena, di daerah-daerah tersebut sering terjadi perang antarsuku. Jadi, para pendaki harus ekstra hati-hati. Salah-salah bisa jadi sasaran tombak.” ujarnya.

Kwecheng mendapati ada yang berubah ketika menginjakkan kaki untuk kedua kalinya di pegunungan ini. Dulu, saat ia berjalan dari tempat bernama Ba li Dump menuju Zebra Wall, me dan yang dilaluinya menanjak. “Namun, ketika kami melewati kawasan itu kembali dua tahun berikutnya, jalannya justru menurun,” terang dia. Belakangan, ia baru mengetahui kalau area itu ternyata dijadikan sebagai tempat pembuangan limbah oleh Freeport.

Zebra Wall adalah sebuah tebing cadas yang sangat curam, berada pada ketinggian 3.500 mdpl Carstensz. Dinamakan demikian karena permukaannya memiliki corak belang hitam putih, mirip dengan yang terdapat di tubuh zebra.

Tantangan pendakian di Carstensz hampir tidak ditemui tim pada Kilimanjaro, yang juga bertipe gunung tropis. Mulai dari pos pendakian di ketinggian 2.700 mdpl, medan menuju puncaknya (5.895 mdpl) berupa jalur trekking yang mudah dilalui.

Tidak hanya itu. Ardeshir menilai, camp pendakian gunung tertinggi di Benua Afrika ini juga terbilang mewah. Di kawasan ini tersedia penginapan berupa rumah-rumah kayu yang dilengkapi fasilitas, seperti AC, penghangat ruangan, kamar mandi, dan air yang bersih. Portir-por tir-yang notabene adalah penduduk asli wilayah itu-juga siap membantu para pendaki mengangkut barang bawaannya.

Ada enam jalur yang bisa ditempuh untuk mendaki gunung ini. Waktu itu, mereka melewati rute Mara ngu yang masuk pada salah satu kawasan taman nasional di Tanzania. Di sepanjang jalan, hampir tidak ditemukan sampah bertebaran. “Ling kung an nya benar-benar bersih dan dikelola dengan baik, berbeda dengan gunung-gunung yang ada di (negeri) kita,” ujarnya. Padahal, negeri itu tidak lebih makmur jika dibandingkan dengan Indonesia.

Seperti halnya Puncak Jaya, ‘salju abadi’ yang menyelimuti Puncak Kilimanjaro juga mengalami penyusutan dari tahun ke tahun. Menurut sebuah sumber, sejak 1912 hingga saat ini, volume salju di titik tertinggi Afrika ini sudah berkurang 85 persen.

Pengalaman perdana menjajal ketinggian di atas lima ribu mdpl didapat Ardeshir dan kawankawan di gunung ini. Ketika memasuki area puncak pada 5.800 mdpl, kata dia, beberapa pendaki mulai merasakan gejala-gejala penyakit ketinggian untuk pertama kalinya.

Disadur dari Harian Republika edisi 2 September 2012 dengan Reportase Ahmad Islamy Djamil

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat