Internasional
Israel Rangsek Gereja, Tangkap Dua Polisi Prancis
Prancis memanggil duta besar Israel atas insiden tersebut.
YERUSALEM – Polisi Israel memasuki kompleks gereja milik Perancis di Yerusalem pada Kamis, dan menahan dua gendarme alias polisi Prancis. Insiden itu juga menyebabkan Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Noel Barrot membatalkan kunjungan yang dijadwalkan.
“Tanpa izin, polisi Israel memasuki lokasi sambil membawa senjata. Menteri tidak ingin mengunjungi kompleks tersebut dalam kondisi seperti ini,” kata Kementerian Luar Negeri Prancis dalam pernyataan persnya dilansir kantor berita WAFA.
“Saat delegasi berangkat, dua staf Konsulat Jenderal Perancis di Yerusalem ditangkap oleh polisi Israel, padahal mereka adalah pejabat berstatus diplomat. Mereka kemudian dibebaskan setelah ada intervensi dari Menteri,” tambahnya.
Menteri Barrot menyatakan bahwa “tindakan-tindakan ini tidak dapat diterima” seraya menegaskan bahwa “Prancis mengutuk keras tindakan-tindakan ini, dengan penekanan khusus pada fakta bahwa tindakan-tindakan tersebut terjadi dalam konteks di mana Perancis melakukan segala yang dapat dilakukannya untuk berupaya mengurangi eskalasi kekerasan di dunia. wilayah."
Kementerian menegaskan bahwa “Duta Besar Israel untuk Prancis akan dipanggil ke Kementerian dalam beberapa hari mendatang.”
France-24 melansir, Barrot mengatakan bahwa protokol keamanan untuk kunjungan tersebut telah “diklarifikasi” sebelumnya, dan polisi mengatakan polisi Prancis tidak mengidentifikasi diri mereka dan menghalangi kerja pasukan Israel.
Wartawan AFP melihat polisi Israel mengepung dua polisi Prancis, yang tidak berseragam, sebelum mendorong salah satu dari mereka hingga jatuh ke tanah. Polisi tersebut mengidentifikasi dirinya dan berteriak "Jangan sentuh saya" beberapa kali, menurut jurnalis tersebut. Kedua polisi tersebut kemudian dibawa ke mobil polisi sebelum dibebaskan.
Terletak di sebelah kanan Gereja Kenaikan di Bukit Zaitun, Gereja Pater Noster adalah gereja Katolik Roma, yang awalnya didirikan oleh Bizantium di lokasi yang menurut tradisi menyatakan bahwa Yesus Kristus mengajarkan Doa Bapa Kami kepada murid-muridnya.
Dikenal sebagai Gereja "Alona" yang berarti Bukit Zaitun dalam bahasa Yunani. Gereja saat ini dibangun pada tahun 1873 di atas fondasi gereja-gereja sebelumnya. Salah satu ciri khasnya adalah adanya plakat keramik yang memajang Doa Bapa Kami yang ditulis dalam lebih dari 70 bahasa.
Kompleks Eleona, salah satu dari empat situs milik Perancis yang menjadi domain nasional Perancis di Tanah Suci. "Tidak hanya milik Perancis selama lebih dari 150 tahun, namun Perancis juga menjamin keamanannya, menjaganya," katanya.
“Integritas empat domain yang menjadi tanggung jawab Perancis di Yerusalem harus dihormati,” tambah Barrot. Polisi mengeluarkan pernyataan yang mengatakan mereka hanya melakukan tugasnya.
“Dua orang di biara, awalnya tidak teridentifikasi, berusaha mencegah personel keamanan ISA (badan keamanan internal Shin Bet) menjalankan tugas mereka dengan menolak mereka masuk ke lokasi tersebut,” kata polisi Israel.
Sanctuary of the Eleona dan tiga situs domain nasional milik Prancis lainnya telah menjadi fokus insiden diplomatik di masa lalu. Domain nasional diberikan kepada Perancis sebelum pembentukan Israel dan dikelola sebagai milik pribadi oleh konsulat Perancis di Yerusalem.
Rekaman AFP menunjukkan polisi memberitahu polisi yang mendampingi Barrot bahwa lain kali mereka harus menunjukkan kartu identitas mereka. "Saya mengerti, saya minta maaf," salah satu polisi menjawab namun menambahkan bahwa petugas yang menahannya mengetahui siapa dia.
“Mereka tahu kami bekerja di konsulat Prancis karena kami berdebat satu sama lain mengenai tempat ini milik Prancis atau bukan,” kata polisi.
Barrot mengatakan bahwa "pelanggaran" di kompleks gereja dapat melemahkan hubungan yang is bangun di sini dengan Israel, “pada saat kita semua perlu membantu kawasan ini maju menuju perdamaian".
Pro-Palestine activities gathered last night in France's Paris in protest of Israeli Finance Minister Bezalel Smotrich's visit. pic.twitter.com/xcyHW5a9TX — Quds News Network (QudsNen) November 8, 2024
Hubungan Prancis-Israel memanas belakangan. Presiden Prancis Macron sebelumnya telah mendesak embargo senjata ke Israel untuk menyetop agresi ke Gaza. "Prancis telah menyerukan penghentian ekspor senjata yang digunakan di zona pertempuran ini. Para pemimpin lain di sini juga melakukan hal yang sama. Kami semua tahu bahwa ini adalah satu-satunya cara yang dapat menghentikan (pertempuran) ini sekarang," kata Macron yang berbicara pada pertemuan puncak MED9 negara-negara anggota Uni Eropa di Mediterania yang digelar di Siprus, Jumat (11/10/2024).
Macron mengklarifikasi bahwa yang dia maksud bukan perlucutan senjata Israel sepenuhnya karena negara Zionis tersebut dinilai masih menghadapi risiko keamanan.
Pemerintah Prancis melarang kontraktor industri pertahanan Israel ikut serta dalam pameran militer Euronaval, demikian dilaporkan media AS Politico, Rabu (16/10/2024). Pameran tersebut akan digelar awal November mendatang.
Menurut sumber yang tak disebutkan namanya itu, meski dilarang memamerkan produk militer dalam pameran tersebut, delegasi Israel tetap akan diizinkan hadir sebagai pengunjung. Pembatasan tersebut menjadi yang kesekian kali usai pada Juni lalu, pengadilan Bobigny, sebuah daerah di timur laut Paris, melarang partisipasi perusahaan Israel dalam pameran militer Eurosatory menyusul permintaan dari Asosiasi Solidaritas Prancis-Palestina.
Kementerian Pertahanan Prancis pun sebelumnya telah meminta penyelenggara pameran Eurosatory, Coges, supaya mencegah perusahaan militer Israel ikut serta dalam pameran, atas dugaan keterlibatan mereka dalam kejahatan perang di Jalur Gaza. Atas permintaan tersebut, Coges membongkar paviliun Israel dalam pameran Eurosatory, yang rencananya menampung 74 perusahaan.
Keputusan membatasi keikutsertaan Israel dalam pameran tersebut pun dikecam pimpinan otoritas pertahanan rezim Zionis, Yoav Gallant, yang menuduh Prancis bertindak secara tak bersahabat. "Tindakan Presiden Prancis (Emmanuel) Macron adalah aib bagi Bangsa Prancis dan nilai-nilai dunia bebas yang ia klaim terus bela," kata Gallant.
"Keputusan untuk mendiskriminasi industri pertahanan Israel di Prancis untuk kedua kalinya hanya membantu musuh-musuh Israel dalam perang. Hal tersebut berdasar pada keputusan untuk melakukan embargo senjata pada 'Negara Yahudi'," ucap dia.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Bukti Kesengajaan Israel Menciptakan Kelaparan di Gaza
Sejak perang meletus 7 Oktober, Israel memberlakukan penutupan ketat di perbatasan Gaza.
SELENGKAPNYAIsrael Resmi Putuskan Hubungan dengan UNRWA
Tindakan Israel dinilai sengaja menghilangkan keberadaan Palestina.
SELENGKAPNYATerungkap, Israel Hancurkan RS di Gaza Tanpa Bukti
Saat ini tidak ada rumah sakit yang berfungsi penuh di seluruh Gaza.
SELENGKAPNYA