Iqtishodia
Penentu Keberhasilan Startup
Dengan sinergi yang terbangun, startup yang muncul akan memiliki kesempatan untuk tumbuh secara sehat dan berkelanjutan
OLEH Athaur Rahman (Mahasiswa Program Magister Sains Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB University), Dr. Joko Purwono (Dosen Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB University)
Indonesia telah menjadi lumbung inovasi dengan lahirnya berbagai startup yang mendorong transformasi dalam berbagai sektor. Inisiatif para pendiri startup dalam menyajikan solusi untuk masalah-masalah sosial, teknologi, kesehatan, pendidikan, keuangan, dan sektor lainnya telah menciptakan pemandangan yang kaya akan potensi dan perkembangan.
Pertumbuhan ini didorong oleh sejumlah faktor, salah satunya adalah pertumbuhan populasi yang besar, dengan lebih dari 275 juta penduduk dan sekitar 215 juta pengguna internet aktif. Potensi pasar yang luas ini telah menjadi daya tarik besar bagi investor lokal ataupun global yang ingin berpartisipasi dalam perkembangan startup di Indonesia.
Tidak hanya itu, sektor teknologi informasi dan internet yang semakin maju, serta peningkatan penetrasi smartphone, juga telah membuka peluang besar bagi para pelaku startup. Keberhasilan unicorn lokal seperti Gojek, Tokopedia, dan Traveloka telah menjadi inspirasi dan bukti bahwa Indonesia memiliki potensi besar dalam menghasilkan startup besar yang meraih kesuksesan global. Hingga saat ini, di Indonesia telah lahir 2.482 startup, jumlah ini menempati posisi keenam di dunia dan posisi pertama di ASEAN.
Namun, pertumbuhan yang luar biasa ini tidak seiring dengan tingkat keberhasilannya. Tingkat keberhasilan startup di Indonesia masih rendah (di bawah 10 persen), banyak startup yang gagal dalam perjalanan mereka, baik dalam tahap awal pengembangannya maupun pada saat mencoba untuk bersaing di tingkat global.
Oleh karena itu, untuk meningkatkan keberhasilannya sangat penting untuk memahami faktor-faktor apa saja yang dapat menentukan keberhasilan atau kegagalan startup. Faktor utama yang paling menentukan adalah sumber daya manusia (SDM) dari pelaku startup itu sendiri.
Sudah diketahui bahwa orang-orang dengan pendidikan lebih tinggi dan tingkat sumber daya manusia yang tinggi lebih mungkin untuk mendirikan startup yang inovatif. Keunggulan komparatif suatu perusahaan berasal dari kemampuan konversi pengetahuan seperti yang ditunjukkan oleh latar belakang pekerjaan dan latar belakang akademik pendirinya. Karakteristik pendiri, seperti status atau latar belakang pekerjaan, dapat mempengaruhi kinerja startup dengan secara khusus membatasi akses terhadap modal dan strategi bisnis.
Startup mungkin didirikan oleh satu atau dua orang, tetapi mereka akan membutuhkan tim yang sejalan dengan visi yang dibuat. Kehadiran tim ini tentu saja akan sangat berdampak pada kinerja startup.
Ensley dan Hmieleski (2005) menemukan bahwa komposisi dan dinamika tim sangat penting karena memengaruhi kohesi dan pertukaran sosial. Selain itu, komposisi tim ini akan sangat memengaruhi bagaimana karakteristik yang tercetak menentukan orientasi inovatif dan kinerja pertumbuhan (Hahn et al. 2019).
Bernstein et al. (2017) melakukan penelitian dengan menggunakan sampel sebanyak 4.500 investor pada startup tahap awal, hasilnya menunjukkan bahwa tim merupakan faktor utama yang mempunyai pengaruh besar yang harus dipertimbangkan untuk keberhasilannya.
Dua faktor utama yang memengaruhi kesuksesan startup adalah tim pendiri dan tingkat pertumbuhan pasar, sedangkan ciri-ciri produk memiliki pengaruh yang lebih kecil. Bruno dan Tyebjee (1985) menyimpulkan bahwa lemahnya tim manajemen sebuah startup merupakan faktor utama kegagalan startup.
Selain SDM dari pemilik startup dan tim, SDM dari akselerator pun penting untuk menjadi perhatian. Bliemel et al. (2018) menyebutkan bahwa pengembangan sumber daya manusia merupakan elemen inti dari akselerator dan diwujudkan dalam program pendidikan mereka.
Prevalensi modal ini juga mencerminkan betapa melekatnya pembelajaran dalam kewirausahaan. Hingga para wirausahawan dapat mengembangkan model bisnis yang terukur, mereka akan terus belajar. Salah satu perkembangan dari akselerator adalah mengembangkan cara yang dapat direproduksi untuk melatih tim untuk bekerja seperti seorang wirausaha, sehingga dalam melaksanakan pendampingan tidak salah arah (Bliemel et al. 2018).
Faktor selanjutnya adalah masalah pendanaan yang merupakan kendala yang sangat penting yang harus diatasi oleh startup. Naqi dan Hamdan (2020) menyatakan bahwa keberhasilan startup, terutama bergantung pada ketersediaan dana.
Sejalan dengan itu, Prohorovs (2019) memandang penggalangan dana sebagai faktor penting dalam keberhasilan startup selama tahap awal peluncuran dan tetap penting selama tahap pengembangan bisnis selanjutnya. Beberapa negara menggunakan sumber informal sebagai sumber penggalangan dana yang tingkat pembiayaannya tinggi karena tidak tersedianya atau kecilnya jumlah perusahaan pendanaan modal yang sudah mapan.
Bachher dan Guild (1996) menyebutkan, bahwa kondisi yang memengaruhi resolusi investor untuk mendanai startup meliputi lima kondisi, antara lain, adalah sifat pendiri, riset pasar, keluaran yang kompetitif, kondisi investor, dan presentasi permulaan. Sementara (Freear et al. 2002) menambahkan pendapatnya pada keterampilan pendiri dalam meyakinkan investor sebagai faktor kunci yang berdampak pada memenangkan pendanaan awal.
Al Sahaf dan Al Tahoo (2021) menguraikan ciri-ciri utama pendiri yang menyatakan bahwa alasan kegagalan menggalang dana adalah kurangnya pengetahuan dan pengalaman dalam melaksanakan ide-ide inovatif serta ekspektasi yang tidak dapat dilaksanakan yang mengarah pada penerapan estimasi yang terlalu optimistis yang mengarah ke jalan kegagalan.
Akses terhadap pendanaan masih menjadi tantangan bagi sebagian startup, terutama yang beroperasi di luar kota-kota besar. Model bisnis yang belum teruji dan risiko yang tinggi sering kali membuat investor enggan untuk berinvestasi.
Dalam hal ini, pemerintah dapat memengaruhi secara langsung melalui program dukungan ataupun secara tidak langsung dengan mengembangkan kebijakan yang ditujukan untuk memengaruhi perkembangan startup.
Bukti menunjukkan bahwa kebijakan yang berupaya menjamin kewirausahaan yang berkualitas secara tidak langsung dapat menciptakan lapangan kerja, mendorong daya saing nasional dan internasional, pembangunan dan pertumbuhan ekonomi (Mason dan Brown 2014). Colomelli et al. (2020) menyatakan dari segi kebijakan bahwa, implikasi menarik untuk mendorong strategi yang tepat bagi startup dengan penerapan jaminan pemerintah atas pinjaman bank tampaknya merupakan instrumen yang menjanjikan.
Perlu adanya program pendanaan yang lebih inklusif untuk mendukung startup di berbagai wilayah, termasuk yang beroperasi di daerah-daerah terpencil. Pemerintah dapat mempertimbangkan insentif dan program khusus untuk memfasilitasi pendanaan.
Kebijakan yang mendukung berkembangnya aktivitas startup akan dapat menciptakan iklim yang sehat dan tujuan akhirnya adalah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Kebijakan transfer teknologi melalui universitas atau lembaga lain yang dapat didorong menjadi inkubator dan akselerator yang kompeten untuk mendampingi perkembangan startup.
Miller dan Bound (2011) mendefinisikan akselerator sebagai‘pabrik startup’. Sebagai pabrik, akselerator merupakan investasi padat modal yang memungkinkan operatornya mengambil bahan mentah, mentransformasikannya, dan memproduksi startup.
Pembangunan infrastruktur teknologi yang belum merata di berbagai wilayah juga menjadi hambatan bagi startup. Koneksi internet yang lambat atau tidak stabil di beberapa daerah dapat menghambat pertumbuhan dan pengembangan teknologi baru. Sehingga, fokus pada perluasan akses internet yang cepat dan terjangkau ke seluruh wilayah Indonesia akan menjadi langkah penting untuk mendukung perkembangan startup di daerah-daerah terpencil.
Faktor yang tidak kalah penting agar startup dapat bertahan lama dalam menjalankan usahanya adalah menjalin kemitraan dengan perusahaan lain yang memiliki visi yang sama. Cantele (2020) menyoroti bahwa mitra yang berbagi nilai, tujuan, dan perbaikan paralel yang sama di kedua belah pihak akan meningkatkan nilai yang diciptakan dari keluaran inovatif yang menjamin keberlanjutan sebuah startup. Di sisi lain, peran co-founder atau mitra startup mempunyai peran besar dalam memengaruhi keputusan berinvestasi oleh seorang business angel (Mason 2017).
Kemitraan antara pendiri startup dan perusahaan mapan dapat memberikan akses terhadap banyak keuntungan, seperti akuisisi database klien, memanfaatkan teknologi yang tersedia dan kemampuan operasional yang dapat mencerminkan secara signifikan perkembangan startup, apakah dapat menggunakan saluran penjualan mitra (Freytag 2019).
Selanjutnya, Freytag (2019) menguraikan lebih jauh potensi keuntungan dari kemitraan antara pendiri startup dan perusahaan mapan dari segi geografis, di mana startup dapat berkembang melalui keberadaan geografis mitranya dan memanfaatkannya dengan menciptakan reputasi global. Selain itu, memiliki perusahaan mapan sebagai mitra dapat memberikan sinyal kepada calon investor lain bahwa startup tersebut memiliki antisipasi pertumbuhan yang baik, selain peluang startup tersebut diakuisisi sepenuhnya oleh mitranya jika pendirinya harus keluar dari bisnisnya. Di sisi lain, startup dapat memberikan gambaran kepada perusahaan-perusahaan mapan tentang tren pasar saat ini. (Freytag 2019).
Keberhasilan sebuah startup adalah hasil dari interaksi yang kompleks antar berbagai pemangku kepentingan dan faktor-faktor yang saling terkait. Untuk memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan bagi startup, menjadi krusial bagi pemerintah, pelaku industri, dan komunitas pendukung untuk terus berkolaborasi. Kolaborasi ini bertujuan menciptakan lingkungan yang mendukung bagi perkembangan startup di Indonesia.
Dengan sinergi yang terbangun, startup yang muncul akan memiliki kesempatan untuk tumbuh secara sehat dan berkelanjutan. Sehingga, mereka dapat bertahan dalam jangka panjang serta memberikan dampak positif yang signifikan bagi pertumbuhan ekonomi.
Melalui sinergi antara regulasi yang memadai, pembangunan infrastruktur, akses pendanaan yang lebih baik, peningkatan sumber daya manusia yang terampil, jalinan kemitraan yang baik, dan stimulasi pasar yang inovatif, startup-startup Indonesia akan terus berkembang secara positif dan berkesinambungan.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.