Sains
Perubahan Iklim Dipastikan Lebih Ngeri dari Film Horor
Dunia sedang berada di tengah-tengah kepunahan massal keenam,
Halloween menjadi salah satu budaya populer yang diperingati oleh banyak orang di seluruh dunia. Biasanya orang-orang mengenakan kostum seram ditambah face painting yang menunjang, melakukan trick or treat, dan aktivitas lain.
Namun, di tengah perubahan iklim, Halloween bisa jadi benar-benar menakutkan. Risiko bencana yang ditimbulkan krisis iklim akan menjadi teror yang menakutkan dan mengerikan bagi setiap orang. Dilansir Earthday, Selasa (31/10/2023), berikut lima fakta perubahan iklim yang bisa membuat Anda takut untuk beraksi pada Halloween kali ini.
1. Dalam dua dekade ke depan, suhu global bisa meningkat 1,5 derajat Celsius
Dalam Sixth Report pada 2021, Intergovernmental Panel on Climate Change PBB (IPCC) menyatakan bahwa sejumlah pemanasan global telah terkunci dan tidak dapat diubah. Mereka melaporkan bahwa dari 2011-2020, suhu global telah mencapai 1,1 derajat Celsius di atas level era 1850-1900.
Diperkirakan juga bahwa dalam dekade ini, suhu global lebih dari 50 persen kemungkinan akan meningkat hingga 1,5 derajat Celsius di atas tingkat pra-industri, yang disebut sebagai titik kritis perubahan iklim. Tingkat pemanasan ini diprediksi akan meningkatkan frekuensi kebakaran hutan hingga 8,6 kali lipat.
Pemanasan ini juga membunuh 70-90 persen terumbu karang dan meningkatkan permukaan laut secara global hingga 0,3 meter. Dalam laporan khusus 2018, IPCC memperingatkan, dunia hanya memiliki waktu hingga 2030 untuk mencegah dampak terburuk dari perubahan iklim.
2. 2023 menjadi tahun terpanas
NASA baru-baru ini mengumumkan, musim panas 2023 merupakan musim panas terpanas yang pernah tercatat secara global. Suhunya bahkan melampaui panas yang sangat menyengat yang terjadi pada 2016.
Tidak hanya sistem pangan yang rusak, tetapi juga tubuh kita. Dengan meningkatnya suhu panas, kelembapan pun meningkat hingga ke tingkat yang berbahaya bagi kelangsungan hidup manusia.
Musim panas 2024 diperkirakan akan menjadi musim panas yang memecahkan rekor dan akan menyaingi musim panas 2023 yang penuh bencana. Termasuk dalam hal panas, kelembapan, dan peristiwa cuaca berbahaya. "Dan ini akan menjadi tren jangka panjang bahwa setiap musim panas akan semakin panas,” kata Direktur Goddard Institute for Space Studies (GISS), Gavin Schmidt.
3. Laju kepunahan melonjak seribu kali lipat dari laju alami
Bayangkan jika Anda memakai kostum katak untuk Halloween dan harus menjelaskan kepada generasi muda tentang apa itu katak dan mengapa katak punah. Faktanya, hampir setengah dari semua amfibi berisiko punah karena perubahan iklim.
Kepunahan adalah fenomena alam, yang merenggut sekitar lima spesies per tahun. Namun, beberapa ahli berpendapat bahwa dunia sedang berada di tengah-tengah kepunahan massal keenam, kepunahan yang sebagian besar disebabkan oleh aktivitas manusia.
Menurut laporan 2023, sekitar 48 persen spesies menurun dan sedang menuju kepunahan. Laporan tersebut juga mengungkapkan, 33 persen spesies yang terdaftar sebagai spesies yang tidak terancam oleh daftar merah Uni Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN) justru mengalami penurunan.
Lalu, pada pertengahan abad ini, sebanyak 30 hingga 50 persen dari total spesies yang ditemukan di Bumi akan punah karena tingkat kepunahan saat ini mencapai 1.000 kali lipat dari tingkat kepunahan alami.
4. Perubahan iklim sudah terjadi dan merugikan kehidupan manusia
Dampaknya terhadap kesehatan manusia jauh lebih menakutkan daripada film horor. Meningkatnya suhu, ditambah dengan meningkatnya jumlah penduduk di perkotaan dan populasi lansia, telah meningkatkan kematian akibat panas, demikian menurut sebuah studi tahun 2023 di Nature Communications.
Hipertermia bukanlah satu-satunya risiko yang ditimbulkan oleh perubahan iklim terhadap kehidupan manusia. Suhu yang lebih tinggi memperburuk kualitas udara berdampak negatif pada produksi tanaman, meningkatkan penyebaran penyakit menular, dan mengancam cadangan air tawar.
Kejadian kebakaran hutan telah meningkat selama beberapa tahun terakhir dan area yang terbakar serta intensitas kebakaran telah meningkat. Pada 2023, terjadi dua peristiwa kebakaran besar di Amerika Utara.
Pada Agustus tahun ini, kebakaran hebat menghancurkan Maui, Hawaii dan merenggut lebih dari 100 nyawa. Di Kanada, sejak bulan Mei hingga musim gugur, kebakaran hutan terus terjadi. Tak kurang dari 44 juta hektar telah terbakar, yang tidak hanya berdampak pada satwa liar tetapi juga manusia.
5. Banyak pemimpin yang belum menganggapi krisis iklim sebagai masalah serius
Dunia telah menyadari perubahan iklim setidaknya sejak Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) dibentuk pada 1988. Para ilmuwan dan masyarakat juga telah bersatu untuk mendukung kebijakan lingkungan, tetapi banyak pemerintah dunia yang memiliki pemikiran yang berbeda.
Meskipun sudah tujuh tahun sejak Perjanjian Paris diberlakukan, tidak ada satu pun negara besar di dunia yang berada di jalur yang tepat untuk menjaga pemanasan global di bawah 1,5 derajat Celsius di atas tingkat pra-industri.
Menurut laporan 2023, sekitar 48 persen spesies menurun dan sedang menuju kepunahan.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Gelombang Panas dan Musnahnya Populasi Burung
Panas ekstrem berdampak pada berbagai spesies burung di semua tipe habitat.
SELENGKAPNYAMenggali Sebab Panas Menyengat yang Berujung Kekeringan
Panas menyengat terjadi karena Indonesia memiliki kondisi miskin awan.
SELENGKAPNYABMKG: Panas Terik Hingga Akhir Oktober
Penurunan suhu udara di Jawa dan Nusa Tenggara baru akan terjadi pada November.
SELENGKAPNYA