Hikmah
Sibuk dalam Ibadah
Orang mukmin itu, raganya sibuk dalam urusan dunia, hatinya sibuk urusan akhirat.
Oleh NAWAWI EFENDI
Dalam Alquran, Allah SWT menekankan tentang pentingnya waktu dan hubungannya dengan kerugian yang menimpa kebanyakan manusia. Sebagaimana firman-Nya, “Demi waktu. Sesungguhnya manusia benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh serta saling menasihati untuk kebenaran dan kesabaran.” (QS al-‘Ashr [103]: 1-3).
Untuk itu, seorang mukmin, dengan keimanannya, akan berada dalam kebaikan karena salah satu tanda keimanan adalah senantiasa berzikir pada Allah SWT. Dengan zikir inilah, ia akan mudah melakukan ketaatan.
Tidaklah berlalu suatu pekerjaan, kecuali ia akan melakukan pekerjaan lainnya yang bermanfaat. Hal tersebut didasarkan pada firman Allah SWT, “Apabila engkau telah selesai (dengan suatu kebajikan), teruslah bekerja keras (untuk kebajikan yang lain).” (QS asy-Syarh [94]: 7).
Kesibukan seorang mukmin dalam ketaatan dan kebaikan -- sesuai tuntunan dan teladan Rasulullah SAW-- diawali dari pagi hari, yaitu di sepertiga malam terakhir, ia bangun tidur untuk melakukan shalat Tahajud.
Kesibukan seorang mukmin dalam ketaatan dan kebaikan -- sesuai tuntunan dan teladan Rasulullah SAW-- diawali dari pagi hari, yaitu di sepertiga malam terakhir, ia bangun tidur untuk melakukan shalat Tahajud. Pada waktu itulah, ia bermunajat pada Allah SWT karena itulah momentum di mana Allah SWT turun ke langit dunia untuk mengabulkan doa-doa dan mengampuni dosa-dosa.
Saat azan Subuh berkumandang, ia pun pergi ke masjid untuk melakukan shalat Subuh berjamaah. Begitu juga saat melakukan shalat Zhuhur, Ashar, Maghrib, dan Isya. Semuanya dilakukan di masjid sebagai syiar agama Islam yang memang harus ditampakkan dan karena pesan Rasulullah SAW bahwa shalat yang utama bagi laki-laki adalah di masjid. Sedangkan shalat untuk muslimah sebaiknya dilakukan di rumah.
Di sela-sela menunggu antar satu shalat dengan shalat yang lain, hatinya senantiasa berzikir pada Allah SWT. Zikir tersebut tidak selalu tentang bergeraknya bibir dan lidah untuk melafalkan sesuatu, tetapi juga diamnya raga untuk tidak bermaksiat pada Allah SWT. Begitu juga tafakur atas penciptaan langit dan bumi serta tentang penciptaan dirinya sendiri.
Hal tersebut sesuai dengan firman Allah SWT, “Yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring dan memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), 'Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia. Maha Suci Engkau. Lindungilah kami dari azab neraka'.” (QS Ali Imran [3]: 191).
Kesibukan orang mukmin dalam kebaikan juga didasarkan pada petuah Ammar bin Yasir, sahabat Rasulullah SAW, sebagaimana pesannya, “Cukuplah kematian sebagai nasihat, keyakinan sebagai kekayaan, dan ibadah sebagai kesibukan."
Dengan pesan Ammar bin Yasir tersebut, maka orang mukmin akan semakin semangat melakukan ketaatan sehingga tidak ada kesempatan baginya untuk bermalas-malasan, apalagi melakukan kemaksiatan.
Kesibukan dalam kebaikan tidak hanya tentang shalat atau zikir, tetapi juga untuk urusan duniawi, jika diiringi dengan niat ibadah pada Allah SWT, maka itu juga termasuk ibadah. Tetapi sesibuk bagaimana pun seorang mukmin dalam urusan duniawi, hatinya tetap tenang dalam zikir pada Allah SWT.
Kesibukan dalam kebaikan tidak hanya tentang shalat atau zikir, tetapi juga untuk urusan duniawi, jika diiringi dengan niat ibadah pada Allah SWT, maka itu juga termasuk ibadah.
Keadaan tersebut sesuai dengan firman Allah SWT, “Orang-orang yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan jual beli dari mengingat Allah, melaksanakan shalat, dan menunaikan zakat. Mereka takut kepada hari ketika hati dan penglihatan menjadi guncang (hari kiamat)." (QS an-Nur [24]: 37).
Orang mukmin itu --sesuai firman Allah SWT tersebut-- raganya sibuk dalam urusan dunia, sementara hatinya sibuk dalam urusan akhirat.
Jika firman Allah SWT ini benar-benar diamalkan, maka seorang pedagang tidak akan pernah berdusta untuk melariskan dagangannya. Sesibuk bagaimana pun, ia tidak akan meninggalkan shalat. Dan sekaya bagaimana pun, ia tetap akan membayar zakat.
Semua itu mudah dilakukan karena ia senantiasa mengingat Allah SWT kapan pun dan di mana pun.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Masjid dan Politik
Indonesia beruntung karena masjid tidak memiliki tradisi sebagai pusat aktivisme politik kekuasaan.
SELENGKAPNYADiundang Hadiri Pernikahan Sejenis, Apakah Wajib Menghadirinya?
Homoseksualitas adalah perbuatan yang dilarang karena merupakan serangan terhadap kemanusiaan seseorang.
SELENGKAPNYA