Internasional
Korsel Libatkan Pakar untuk Pantau Pembuangan Limbah Fukushima
Pembuangan air limbah radioaktif PLTN Fukushima sangat diperlukan dan tidak dapat ditunda.
Korea Selatan (Korsel) sedang mengkaji pelibatan pakar perikanan dan kelautan untuk memantau proses pembuangan air limbah radioaktif Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima ke laut. Sebelumnya Korsel sudah mengirim tiga pakar keselamatan nuklirnya ke Jepang untuk melakukan pemantauan.
Deputi I Kantor Kebijakan Pemerintah Korsel Park Ku-yeon mengungkapkan, tiga ahli dari Institut Keamanan Nuklir Korea (KINS) telah melakukan kunjungan ke Fukushima. Mereka memantau dan mengamati proses pembuangan air limbah PLTN Fukushima ke laut. “Para ahli mengadakan pertemuan dengan pejabat IAEA (Badan Energi Atom Internasional) secara teratur,” kata Park, Selasa (29/8/2023), dikutip laman kantor berita Korsel, Yonhap.
Dia menambahkan, Korsel berencana mengirimkan tim pakar setiap dua pekan sekali untuk memantau proses awal pembuangan air limbah radioaktif PLTN Fukushima. Jepang sebelumnya telah menyetujui kunjungan rutin tim pakar dari Korsel ke kantor lapangan IAEA di Fukushima. Hal itu guna memberikan mereka akses untuk mengamati dari dekat pembuangan limbah radioaktif PLTN Fukushima.
Park mengatakan, para ahli yang akan dikirim ke kantor IAEA pada masa depan sebagian besar adalah pejabat KINS. Namun, dia menambahkan, para ahli di bidang produk perikanan atau sektor kelautan bisa juga dilibatkan.
Berbeda dengan sikap pemerintah, kubu oposisi Korsel sangat menentang langkah Jepang membuang air limbah PLTN Fukushima ke laut. Partai Demokrat Korsel sebagai bagian dari oposisi menjadi yang cukup vokal menyuarakan protes. "Jepang pada akhirnya memilih jalur penjahat lingkungan hidup,” ujar Ketua Partai Demokrat Korsel Lee Jae-myung dalam pertemuan internal partainya pekan lalu.
Menurut Lee, Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida akan tercatat dalam sejarah sebagai penjahat dan teroris lingkungan. Dia pun mengkritik pemerintahan Presiden Korsel Yoon Suk-yeol karena tak berbuat apa pun untuk menghentikan keputusan Jepang membuang air limbah PLTN Fukushima ke laut.
Lee menuduh Yoon telah menjadi kaki tangan Jepang. “Saya tidak percaya fakta bahwa tidak mengatakan sepatah kata pun mengenai masalah pembuangan air limbah PLTN Fukushima ini,” ujar Lee.
Dia mendesak pemerintahan Yoon untuk segera mengakhiri kebisuan dan bertindak. Lee mengusulkan agar Yoon menuntut kompensasi dari Jepang atas pembuangan air limbah PLTN Fukushima ke laut.
Jepang telah memulai proses pembuangan air limbah radioaktif PLTN Fukushima ke Samudra Pasifik pada Kamis (24/8/2023) pekan lalu. Meski telah diizinkan IAEA, keputusan pembuangan itu telah memantik penentangan, terutama dari Cina.
IAEA mengungkapkan, mereka akan meluncurkan halaman web untuk menyediakan data langsung mengenai pembuangan air limbah radioaktif PLTN Fukushima. IAEA menegaskan, tim pakarnya akan hadir di lokasi selama proses pembuangan berlangsung.
Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengatakan, pembuangan air limbah radioaktif PLTN Fukushima sangat diperlukan dan tidak dapat ditunda. Dia mencatat, percobaan penghilangan sejumlah kecil puing-puing yang meleleh dari reaktor No.2 direncanakan akan dilakukan akhir tahun ini dengan menggunakan lengan robot raksasa yang dikendalikan dari jarak jauh.
Sejak proses pembuangan dimulai, Kementerian Lingkungan Jepang sudah melakukan pengujian air di lebih dari 10 titik di sekitar PLTN Fukushima. Menurut mereka, hasil tes menunjukkan konsentrasi tritium di bawah 7 hingga 8 becquerel tritium per liter. “Angka ini tidak akan berdampak pada kesehatan manusia dan lingkungan,” katanya.
Sebanyak tiga reaktor di PLTN Fukushima hancur saat Jepang dilanda gempa dan tsunami pada 2011. Pelepasan sejumlah besar radiasi tak terhindarkan akibat kejadian tersebut. Dibutuhkan lebih dari satu juta ton air untuk mendinginkan reaktor-reaktor yang meleleh.
Air yang telah digunakan dalam proses pendinginan memiliki kandungan radioaktif yang kuat. Kini sekitar 1,37 juta ton air telah terkumpul di tangki-tangki PLTN Fukushima. Pembuangan air adalah langkah tak terhindarkan dalam proses penonaktifan pembangkit nuklir tersebut.
Pada Mei 2022, Badan Pengawas Nuklir Jepang (BPNJ) menyetujui rencana operator PLTN Fukushima untuk melepaskan air limbah radioaktif ke laut pada 2023. BPNJ menyebut, air limbah telah diolah dengan metode yang aman dan berisiko minimal bagi lingkungan.
Pemerintah Jepang dan Tokyo Electric Power Company (TEPCO) sempat menyampaikan bahwa lebih dari 60 isotop, kecuali tritium, yang kadarnya harus ditanggulangi telah diturunkan sehingga memenuhi standar keamanan. Menurut mereka, tritium juga tergolong aman jika tercampur air laut.
Ancaman Ekosistem Laut
Jepang mulai membuang limbah radioaktif Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima ke Samudra Pasifik pada Kamis (24/8/2023). Meskipun langkah ini diklaim telah sesuai dengan standar keselamatan internasional dan petunjuk Badan Atom Internasional (IAEA), banyak ahli menilai bahwa itu tetap memberi dampak buruk terhadap ekosistem laut.
Menurut lembaga penelitian ilmiah kelautan Jerman, perairan di lepas pantai Pasifik Jepang akan menjadi wilayah pertama yang terkena dampaknya, terutama perairan di sekitar Prefektur Fukushima. Dengan arus terkuat di dunia di sepanjang pantai Fukushima, bahan radioaktif dapat menyebar ke sebagian besar Samudra Pasifik dalam waktu 57 hari sejak tanggal pembuangan dan mencapai seluruh samudra di dunia dalam satu dekade.
Profesor hukum Internasional di Dalian Maritime University, Zhan Yanqiang, mengatakan bahwa setidaknya ada 60 jenis elemen radioaktif dalam air limbah nuklir Fukushima dan dampaknya terhadap kesehatan manusia yang disebabkan oleh rencana tersebut tak terbatas. “Langkah Jepang membuang limbah nuklir ke laut sangat tidak bertanggung jawab," kata Yanqiang yang juga direktur Institute for Yellow Sea and Bohai Studies, seperti dilansir CGTN.
Pakar nuklir Greenpeace juga mengatakan bahwa tingkat isotop radioaktif karbon-14 di dalam air yang tercemar akan tetap berbahaya selama ribuan tahun dan berpotensi menyebabkan kerusakan genetik. Oleh karena itu, pembuangan air yang tercemar nuklir ke lautan akan memengaruhi berbagai aspek, termasuk migrasi ikan secara global, perikanan pelagis, kesehatan manusia, dan keamanan ekologi.
Protes juga datang dari Asosiasi Pasar Ikan Suva di negara kepulauan pasifik, Fiji. Presiden Asosiasi, Samu Maraiwai, menegaskan bahwa air limbah yang terkontaminasi nuklir yang dibuang ke Samudra Pasifik berisiko besar merusak ekosistem laut.
Limbah yang terkontaminasi nuklir juga akan menjadi racun pada tingkat tertentu dan akan memengaruhi ikan, rumput laut, karang, serta sumber mata pencaharian mereka. “Kami sangat prihatin dengan sikap Pemerintah Fiji yang menyatakan air limbah itu aman. Padahal, itu akan menimbulkan risiko kehancuran terhadap ekosistem laut dan sumber mata pencaharian kami,” kata Mariwai seperti dilansir dari Global Times, Selasa (29/8/2023).
Diketahui, limbah nuklir yang dibuang oleh Jepang berasal dari pembangkit nuklir Fukushima yang bocor akibat gempa dan tsunami yang terjadi pada 2011 lalu. Tiga reaktor nuklir rusak parah akibat gempa magnitudo 9.0 di lepas pantai Jepang.
Sejak itu, operator Tepco mengumpulkan 1,34 juta ton air yang digunakan untuk mendinginkan sisa-sisa reaktor yang masih sarat radioaktif. Air yang telah disuling inilah yang dibuang ke Samudra Pasifik.
Kami sangat prihatin dengan sikap Pemerintah Fiji yang menyatakan air limbah itu aman.SAMU MARIWAI, Presiden Asosiasi Pasar Ikan Suva.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Silang Pendapat di Aksi Pembuangan Sampah Nuklir Fukushima
Cina telah melarang impor makanan laut Jepang karena pembuangan air limbah.
SELENGKAPNYAJepang Buang Limbah Nuklir, Bencana Menanti?
Negara-negara tetangga menentang pembuangan air pendingin PLTN Fukushima ke laut.
SELENGKAPNYASetelah 78 Tahun, Ancaman Nuklir Masih Menghantui
Sekjen PBB tak sebut nama AS dalam peringatan bom atom Hiroshima.
SELENGKAPNYA