Gaya Hidup
Optimalkan Kecerdasan Anak Berkebutuhan Khusus dari Anggota Mensa
Dukungan dan peran serta orang tua dalam memaksimalkan potensi diri anak sangatlah penting.
Memiliki keterbatasan atau kebutuhan khusus bukanlah hambatan untuk memaksimalkan potensi diri. Akan tetapi, peran serta orang tua dibutuhkan untuk membantu anak berkebutuhan khusus agar bisa memaksimalkan potensi mereka.
Hal itu pula yang dirasakan oleh Nurul Qomariyah sebagai pengidap sindrom Asperger. Menurut laman WebMD, sindrom Asperger merupakan bagian dari gangguan spektrum autisme (ASD). Para dokter kerap menyebut sindrom Asperger sebagai jenis ASD yang high functioning atau berfungsi tinggi.
Kondisi tersebut membuat Nurul memiliki keterbatasan dalam bersosialisasi dan berkomunikasi secara efektif saat bersekolah. Nurul juga kesulitan membaca ekspresi wajah orang lain. "Saya bisa melihat orang lain, tapi tidak memiliki kemampuan membaca ekspresi mereka," ujar Nurul dalam media gathering bersama Mensa Indonesia, di Jakarta, Selasa (22/8/2023).
Namun, dengan dukungan penuh dari orang tuanya, Nurul berhasil mengatasi hambatan dan keterbatasan tersebut. Ia pun berhasil memaksimalkan potensi dirinya di bidang sosial dan humaniora. Kini, Nurul aktif bekerja sebagai dosen paruh waktu di salah satu universitas swasta di Indonesia.
Tak hanya itu, Nurul juga tergabung dalam komunitas intelektual Mensa Indonesia. Mensa merupakan komunitas global yang menghimpun individu dengan kemampuan intelektualitas luar biasa atau dengan skor IQ 2 persen teratas. "Dengan keterbatasan ini, saya bisa masuk Mensa, saya bisa menjadi analis, saya bisa menjadi dosen," lanjut Nurul.
Berdasarkan pengalaman pribadinya, Nurul menilai salah satu hal penting untuk bisa mengembangkan potensi diri adalah menyadari bahwa tiap orang memiliki keunikannya sendiri. Oleh karena itu, Nurul menganjurkan agar orang-orang tidak membandingkan diri sendiri dengan orang lain.
Selain itu, Nurul juga menyoroti pentingnya dukungan dan peran serta orang tua dalam memaksimalkan potensi diri anak, khususnya anak dengan kebutuhan khusus. Menurut Nurul, orang tua dengan anak berkebutuhan khusus tidak perlu berkecil hati. "Orang tua, kalau anaknya punya kondisi khusus, jangan langsung berkecil hati atau marah sama anaknya," ungkap Nurul.
Hal pertama yang sebaiknya dilakukan oleh orang tua adalah menerima kondisi anak mereka yang memiliki keterbatasan. Setelah itu, orang tua bisa memfasilitasi anak mereka sebaik mungkin untuk mengatasi keterbatasan tersebut.
Nurul mengatakan, orang tuanya dulu melakukan beragam cara agar bisa membantunya bersosialisasi dan berkomunikasi dengan baik. Salah satunya adalah dengan memberikan buku-buku bergambar yang berkaitan dengan cara berkomunikasi. "Saya jadi tahu kalau mau ngomong sama orang, lihat mata. Dulu saya nggak bisa fokus. Sekarang sudah bisa karena sudah terapi," tambah Nurul.
Setelah memfasilitasi anak, hal lain yang dapat dilakukan oleh orang tua adalah tidak memburu-buru anak. Akan lebih baik bila orang tua menghargai tiap perkembangan atau tahapan yang berhasil diraih oleh anak mereka. "Selain itu, jangan paksa anak untuk menjadi sesuatu yang tidak mereka inginkan," ujar Nurul.
Terkait anak dengan kebutuhan khusus, Mensa Indonesia juga secara konsisten melakukan advokasi agar dapat mengakomodasi anak dengan kebutuhan khusus. Salah satu inisiatif penting yang saat ini sedang memasuki tahap eksplorasi adalah Pengayaan Modul program Guru Penggerak oleh Mensa Indonesia.
Director of Strategic Partnership Mensa Indonesia Budi Handoko mengungkapkan bahwa program ini bertujuan untuk memberikan informasi dan panduan mengenai cara mengoptimalkan potensi intelektual semua murid, termasuk murid dengan kebutuhan khusus. Program yang menonjolkan pendekatan yang inklusif ini diharapkan dapat menjadi bagian integral dari pencapaian Visi Indonesia Emas 2045. "Kami yakin bahwa semua anak memiliki potensi unik yang perlu diakui dan didukung," ujar Budi.
Promosikan Keragaman Kecerdasan
Kecerdasan intelektual sering kali dikaitkan dengan kemahiran di bidang matematika dan sains. Padahal, kecerdasan intelektual bisa tecermin melalui bidang yang sangat luas. Oleh karena itu, Mensa sebagai komunitas internasional yang menaungi individu dengan kemampuan intelektualitas luar biasa atau IQ di atas rata-rata berkomitmen menjadi wadah yang dapat merangkul dan mempromosikan keragaman kecerdasan masyarakat Indonesia.
"Dalam era yang terus berkembang ini, kita tidak dapat lagi mengukur kecerdasan hanya dengan parameter konvensional seperti dengan kecerdasan matematika," ujar Chairman Mensa Indonesia Satriadi Gunawan dalam kesempatan yang sama.
Oleh karena itu, Mensa Indonesia hadir dengan semangat menghapus batasan-batasan tersebut. Satriadi mengungkapkan bahwa Mensa Indonesia akan menyambut individu dari berbagai lapisan masyarakat, tak hanya yang mahir dalam matematika atau ilmu pengetahuan, tetapi juga mereka yang memiliki bentuk kecerdasan unik lainnya. "Tujuan kami adalah membentuk mozaik kecerdasan yang beragam dan melintasi berbagai bidang pengetahuan," tambah Satriadi.
Hal serupa juga disampaikan Director of Strategic Partnership Mensa Indonesia Budi Handoko. Budi menambahkan, kecerdasan memiliki kategori yang luas, tak hanya terbatas pada bidang akademik, tetapi juga bidang-bidang lain, seperti musik hingga olahraga.
Keragaman ini turut tecermin pada beragamnya individu yang tergabung sebagai anggota Mensa, baik di Indonesia maupun di luar negeri. "Kita ada atlet Indonesia yang menjadi anggota Mensa Indonesia, atlet skating. Ada musisi juga. Di luar negeri pun banyak. Bahkan pengemudi truk juga ada," lanjut Budi.
Saat ini, syarat utama untuk menjadi anggota Mensa adalah memiliki IQ dengan skor 2 persen teratas. Artinya, individu tersebut harus memiliki skor IQ sebesar 132 atau lebih dalam tes Stanford-Binet.
Akan tetapi, Mensa Indonesia akan menghadirkan program baru yang lebih inklusif. Program baru ini nantinya bisa diikuti oleh masyarakat Indonesia meski belum termasuk dalam level kecerdasan 2 persen teratas.
Melalui program baru tersebut, lanjut Budi, Mensa Indonesia akan mengadakan pelatihan untuk memperkenalkan cara berpikir atau pola pikir yang berbeda dan mengembangkan logika. Ragam pelatihan ini diharapkan dapat membantu masyarakat untuk meningkatkan kecerdasan mereka.
"Kita ingin memberikan suatu pemerataan, memberikan suatu kesempatan untuk belajar, itu adalah program yang akan kita jalankan dengan Kemenpora nantinya," ujar Budi.
Dalam era yang terus berkembang ini, kita tidak dapat lagi mengukur kecerdasan hanya dengan parameter konvensionalSATRIADI GUNAWAN, Chairman Mensa Indonesia
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Pro Kontra Membesarkan Anak ala Gentle Parenting
Jika diterapkan kebablasan, gentle parenting malah bisa mengarah pada permissive parenting.
SELENGKAPNYAMelindungi Masa Depan Anak dari Jahatnya Polusi Udara
Otak anak masih dalam tahap tumbuh kembang, sehingga jika terganggu oleh polutan, maka fungsinya akan terganggu
SELENGKAPNYASaat Orang Tua Bercerai, Siapa yang Berhak Mengasuh Anak?
Ibu kandung pada dasarnya memang lebih didahulukan dalam mengasuh anak yang belum mumayiz.
SELENGKAPNYAJatuh Bangun Membesarkan Anak di Dunia Serbamaya
Untuk memastikan anak siap, orang tua dan guru memerlukan pelatihan dan pendidikan yang benar.
SELENGKAPNYA