Kabar Utama
Ekuador, Negara Damai yang Diluluhlantakkan Kartel Narkoba
Kandidat presiden Fernando Villavicencio diduga dihabisi kartel narkoba.
Oleh FITRIYAN ZAMZAMI, RIZKY JARAMAYA
Ekuador lama dikenal sebagai salah satu negara paling damai di Amerika Latin. Jauh lebih tenang dibandingkan negara-negara tetangga yang bergolak. Belakangan, lain ceritanya. Pembunuhan kandidat presiden Fernando Villavicencio pada Kamis (10/8/2023) adalah yang terkini dari rangkaian kekerasan yang marak belakangan.
Pembunuhan-pembunuhan sadis, peledakan bom mobil, kerusuhan-kerusuhan mematikan di lembaga pemasyarakatan, baku tembak antargeng, sekarang jadi berita umum di negara di garis Khatulistiwa tersebut.
Tingkat pembunuhan Ekuador melonjak 245 persen antara 2020 dan 2022. Tingkat pembunuhan mencapai 26,6 orang per 100.000 penduduk pada 2022. Jauh lebih tinggi dari Amerika Serikat pada angka 7,8 orang per 100.000 penduduk. Padahal bukan rahasia, AS adalah salah satu negara dengan tingkat pembunuhan paling tinggi di dunia. Sedikitnya 4.500 pembunuhan terjadi di Ekuador sepanjang 2022 saja.
Apa yang membuat negara damai itu hancur berantakan?
Salah satu faktornya, adalah geografi. Ekuador terletak di pucuk barat Amerika Selatan. Hal itu menjadikannya lokasi yang strategis dalam rantai distribusi barang-barang dari Amerika Selatan ke Amerika Tengah, Amerika Serikat, bahkan Eropa.
Apesnya, negara itu juga diapit oleh dua negara penghasil kokain terbesar di dunia, yakni Kolombia dan Peru. Hal ini menjadikan lokasi Ekuador sangat pas sebagai pintu keluar produk-produk haram tersebut dari Amerika Selatan.
Belakangan, merujuk the New York Times, terjadi ledakan budidaya daun koka, bahan dasar kokain di Kolombia, yang kemudian menciptakan lonjakan produksi obat terlarang. Sementara pengawasan industri perdagangan narkoba Ekuador yang lemah selama bertahun-tahun telah membuat negara itu menjadi basis yang semakin menarik untuk pembuatan dan distribusi obat-obatan.
Kekerasan yang terkait dengan narkoba mulai meningkat sekitar tahun 2018, ketika kelompok kriminal lokal berebut posisi yang lebih baik dalam perdagangan. Pada awalnya, kekerasan sebagian besar terbatas pada penjara, di mana populasinya melonjak menyusul pengetatan hukuman narkoba dan peningkatan penahanan prapersidangan.
Akhirnya, pemerintah kehilangan kendali atas sistem hukum, dengan para tahanan memaksa tahanan lain untuk membayar tempat tidur, layanan dan keamanan, dan bahkan memegang kunci blok penjara mereka sendiri. Tak lama, menurut para ahli, lembaga pemasyarakatan menjadi basis operasi perdagangan narkoba di Ekuador.
Kejahatan terorganisir internasional kemudian melihat peluang yang menguntungkan untuk memperluas operasi. Saat ini, kartel Meksiko yang paling kuat, Sinaloa dan Jalisco Nueva Generación, adalah pemodal di lapangan, bersama dengan kelompok dari Balkan yang oleh polisi disebut mafia Albania. Penjara lokal dan kelompok kejahatan jalanan dengan nama seperti Los Choneros dan Los Tiguerones bekerja dengan kelompok internasional, mengoordinasikan penyimpanan, transportasi, dan kegiatan lainnya.
Kokain, atau prekursornya yang disebut basis koka, memasuki Ekuador dari Kolombia dan Peru lalu biasanya keluar melalui jalur air dari salah satu pelabuhan di negara tersebut.
Di Pelabuhan Guayaquil, salah satu yang tersibuk di Amerika Selatan, ada sekitar 300.000 kontainer pengiriman yang berangkat setiap bulan. “Pihak berwenang hanya bisa menggeledah 20 persen dari jumlah tersebut, kata Mayor Edison Núñez, seorang pejabat intelijen di Kepolisian Nasional Ekuador.
Kondisi-kondisi itu yang memancing kartel-kartel dari luar masuk ke Ekuador dan merekrut geng lokal sebagai proksi mereka. Dan bersama kedatangan itu, meledak juga perang antarkartel seperti yang awam terjadi di Meksiko dan Kolombia.
Di Guayaquil, kota metropolitan dengan populasi 3,5 juta, persaingan di antara kelompok kriminal tumpah ke jalan. HAsilnya adalah kekerasan publik yang mengerikan yang jelas dimaksudkan untuk menimbulkan rasa takut dan melakukan kontrol.
Stasiun berita televisi secara reguler dipenuhi dengan cerita tentang pemenggalan kepala, bom mobil, pembunuhan polisi, pemuda yang digantung di jembatan dan anak-anak yang ditembak mati di luar rumah atau sekolah mereka.
“Sangat menyakitkan,” kata seorang tokoh masyarakat, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya karena alasan keamanan kepada New York Times. Lingkungannya telah berubah dalam beberapa tahun terakhir. Anak-anak berusia 13 tahun secara paksa direkrut ke dalam kelompok kriminal. “Mereka terancam,” kata pemimpin itu. “‘Kamu tidak mau bergabung? Kami akan membunuh keluargamu.’”
Ekuador sempat mengalami semacam kebangkitan ekonomi pada 2005 hingga 2015. Kala itu, uang hasil migas digunakan pemerintah mendirikan banyak sekolah yang membuka harapan bahwa generasi muda Ekuador akan lebih terjamin masa depannya.
Tapi pandemi Covid-19 kemudian menghantam keras negara tersebut. Menurut pendataan pemerintah, setelah pandemi, hanya 34 persen orang Ekuador memiliki pekerjaan yang memadai. Jumlah ini urun dari hampir 50 persen satu dekade lalu. Di beberapa lingkungan, kata tokoh masyarakat, kesulitan keuangan mendorong kaum muda melakukan kejahatan, memperburuk krisis keamanan.
Di tengah rerupa keputusasaan itu, muncul sosok Villavicencio sebagai salah satu politikus oposisi adalah salah satu suara paling kritis di negara itu melawan korupsi, terutama selama pemerintahan Presiden Rafael Correa pada 2007-2017. Belakangan, kartel tak luput dari targetnya selama kampanye.
Villavicencio, dari provinsi Chimborazo di Andean, adalah mantan anggota parlemen. Dia juga anggota serikat pekerja di perusahaan minyak negara Petroecuador. Dia juga mantan jurnalis independen yang menyelidiki korupsi di pemerintahan sebelumnya, kemudian terjun ke dunia politik sebagai juru kampanye antikorupsi.
Villavicencio mengajukan banyak tuntutan hukum terhadap pejabat tinggi pemerintahan Correa, termasuk terhadap mantan presiden itu sendiri. Dia dijatuhi hukuman 18 bulan penjara karena pencemaran nama baik atas kritiknya terhadap Correa, dan melarikan diri ke wilayah Pribumi di Ekuador, kemudian menerima suaka di negara tetangga Peru.
Dalam pidato terakhirnya sebelum dia dibunuh, Villavicencio berjanji kepada orang banyak bahwa dia akan membasmi korupsi dan memenjarakan para "pencuri" negara itu.
Sebelum penembakan, Villavicencio mengatakan dia telah menerima banyak ancaman pembunuhan, termasuk dari afiliasi Kartel Sinaloa Meksiko, salah satu dari banyak kelompok kejahatan terorganisir internasional yang sekarang beroperasi di Ekuador. Dia mengatakan kampanyenya merupakan ancaman bagi kelompok-kelompok tersebut.
“Di sini saya menunjukkan wajah saya. Saya tidak takut pada mereka, "kata Villavicencio dalam sebuah pernyataan, menyebut nama bos geng yang ditahan José Adolfo Macías dengan nama samaran "Fito."
Villavicencio adalah salah satu dari delapan kandidat, meski bukan yang terdepan. Politisi berusia 59 tahun itu adalah kandidat untuk Gerakan Membangun Ekuador.
Salah satu pendukungnya, Ida Paez mengatakan bahwa kampanye Villavicencio telah memberinya harapan bahwa negara dapat mengatasi kartel-kartel. Di rapat umum, dia berkata, “Kami senang. Fernando bahkan menari. Kata-kata terakhirnya adalah, ‘jika seseorang cari masalah dengan rakyat Ekuador, dia cari masalah dengan keluarga saya’.”
Presiden Guillermo Lasso mengkonfirmasi pembunuhan Fernando Villavicencio dan menduga kuat kejahatan terorganisir berada di balik pembunuhannya. "Saya meyakinkan Anda bahwa kejahatan ini tidak akan dibiarkan begitu saja," kata Lasso dalam sebuah pernyataan.
"Kejahatan terorganisir sudah bergerak terlalu jauh, tetapi mereka akan merasakan beban hukum sepenuhnya." Villavicencio gugur dua oekan sebelum pemilihan presiden pada 20 Agustus nanti.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Calon Presiden Ekuador Villavicencio Tewas Ditembak
Fernando Villavicencio adalah kandidat yang terkenal lantang menentang korupsi.
SELENGKAPNYA