Prof KH Didin Hafidhuddin | Daan Yahya | Republika

Refleksi

Kegiatan Pasar Berbasis Kegiatan Masjid

Masjid dan pasar adalah dua tempat yang banyak dikunjungi orang.

Oleh KH DIDIN HAFIDHUDDIN

OLEH KH DIDIN HAFIDHUDDIN

Dalam sebuah dialog, Rasulullah SAW ditanya: “Tempat apa yang paling baik dan tempat apa yang paling buruk?" Berkata Rasulullah: "Sebaik-baik tempat adalah masjid, dan seburuk-buruk tempat adalah pasar." (HR Thabrani dalam al-Kabir).

Hadis ini mengisyaratkan bahwa masjid dan pasar adalah dua tempat yang banyak dikunjungi orang. Masjid dikunjungi untuk memenuhi kebutuhan spiritual ruhaniyah serta ibadah dan pasar dikunjungi untuk memenuhi kebutuhan fisik material, seperti sandang, pangan, dan papan. Keduanya dibutuhkan dalam kehidupan manusia, meskipun memiliki posisi dan status yang berbeda.

Seharusnya, orang-orang yang aktif di masjid (untuk melakukan kegiatan ibadah secara sendiri maupun berjamaah) adalah mereka yang aktif di pasar (untuk melakukan kegiatan ekonomi yang menghidupkan dan menguatkan kesejahteraan masyarakat).

Hal ini pernah terjadi di zaman Rasulullah SAW, seperti digambarkan dalam QS an-Nur [24]: 36-38. "Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang (36) Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan shalat, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi guncang (37).

(Mereka mengerjakan yang demikian itu) supaya Allah memberi balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan, dan supaya Allah menambah karunia-Nya kepada mereka. Dan Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas (38)." (QS an-Nur [24]: 36-38).

Ada beberapa pelajaran penting dari tiga ayat di atas. Pertama, salah satu fungsi masjid yang utama adalah tempat untuk melakukan kegiatan tazkiyyatun nafs (pembersihan dan penyucian jiwa) melalui kegiatan, seperti tasbih yang terus menerus dilakukan minimal setiap pagi dan petang.

Kedua, di masjid itu tempat berhimpun orang-orang yang memiliki keahlian di bidang lain seperti ekonomi, tetapi tetap mereka melakukan kegiatan shalat berjamaah, menunaikan zakat dan infak, berzikir, dan kegiatan ibadah lainnya. Misi hidup mereka adalah kebahagiaan dan kesuksesan di akhirat (misi ukhrawi).

Ketiga, SDM unggul yang memadukan kegiatan di masjid dengan kegiatan di luar masjid seperti di pasar adalah SDM yang akan mendapatkan karunia dan keutamaan dari Allah SWT.

Keempat, secara tersirat dan tersurat ayat di atas menegaskan, kegiatan ekonomi harus dikendalikan oleh Muslim dan Mukmin yang ahli masjid yang memiliki sifat amanah dan kejujuran kuat, serta keahlian tinggi dalam kegiatan ekonomi.

Mengapa hal ini harus menjadi perhatian kita? Karena dalam kegiatan ekonomi atau pasar banyak kecurangan yang membahayakan, seperti tergambar dalam surah al-Muthaffifin [83]: 1-6.

"Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang (1) (Yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi (2) Dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi (3) Tidakkah orang-orang itu yakin bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan (4) Pada suatu hari yang besar (5) (Yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam? (6)" (QS al-Muthaffifin [83]: 1-6).

Karena itu, dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Imam Tirmidzi, Rasulullah SAW bersabda, “Telah menceritakan kepada kami (Hannad) telah menceritakan kepada kami (Qabishah) dari (Sufyan) dari (Abu Hamzah) dari (Al Hasan) dari (Abu Sa'id) dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: 'Pedagang yang jujur dan dipercaya (kelak di surga) akan bersama para Nabi, shiddiqun dan para syuhada." (HR Tirmidzi).

 
Perilaku dan akhlak yang baik dalam kegiatan ekonomi merupakan sarana dan prasarana yang akan mengantarkan masuk ke surga.
 
 

Hadis ini menggambarkan perilaku dan akhlak yang baik dalam kegiatan ekonomi merupakan sarana dan prasarana yang akan mengantarkan masuk ke surga. Bahkan, bersama dengan orang-orang yang mulia, seperti para nabi, para shiddiqin, dan para syuhada yang mati dalam memperjuangkan agama Allah.

Kita mengetahui bahwa salah satu pusat pembinaan perilaku dan akhlak yang baik adalah dengan cara memakmurkan masjid, yaitu mengisi masjid dengan kegiatan ibadah, pendidikan, pemberdayaan, dan sosial ekonomi lainnya.

Orang yang memakmurkan masjid akan selalu mendapatkan hidayah Allah SWT, sebagaimana firman-Nya dalam QS at-Taubah [9]: 18. "Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan tidak takut (kepada siapa pun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk."

 
Rasulullah SAW dengan para sahabatnya telah menjadikan pasar dan kegiatan ekonomi secara luas untuk kepentingan dakwah dan syiar Islam.
 
 

Bahkan dalam sejarah dakwah, Rasulullah SAW dengan para sahabatnya telah menjadikan pasar dan kegiatan ekonomi secara luas untuk kepentingan dakwah dan syiar Islam. Di pasar Makkah dan Madinah terdapat para sahabat Nabi SAW yang sukses berdagang dan berdakwah.

Mereka orang-orang yang kaya sekaligus bertakwa. Mereka menjadikan kekayaannya sebagai sarana membantu dan menolong sesama dan juga perjuangan penegakan agama Allah, seperti sahabat Nabi Abu Bakar Shiddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Abdullah bin Mas’ud, dan lain-lain.

Mereka terkenal karena pemurah dalam berinfak, bersedekah, dan berwakaf untuk kepentingan agama dan menolong sesama. Bahkan terkenal dalam sejarah, Usman bin Affan pernah berinfak senilai 100 unta. Jika satu unta seharga Rp 50 juta, maka infaknya Rp 5 miliar.

 
Usman bin Affan pernah berinfak senilai 100 unta. Jika satu unta seharga Rp 50 juta, maka infaknya Rp 5 miliar.
 
 

Dengan sebab kepemurahannya itu, turun firman Allah SWT dalam QS Ali Imran [3]: 92. “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna) sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya."

Juga dalam kegiatan dakwah yang dilakukan para ulama dan dai di negeri yang kita cintai ini, yang juga mereka berdagang. Terkenallah ucapan yang menyatakan Alquran di tangan kanan dan barang dagangan di tangan kiri. Artinya mereka memadukan kegiatan pasar dengan kegiatan masjid.

Bekas-bekas dakwah mereka tampak di beberapa kota sekarang ini. Masjid Agung atau Kauman selalu berdampingan dengan pasar.

Sudah saatnya menghidupkan kembali kegiatan pasar dengan nilai-nilai yang dibangun di dalam masjid. Insya Allah akan melahirkan kebaikan dan kekuatan bagi umat dan bangsa Indonesia.

Wallahu a'lam.

Kisah Hijrah Eks LGBT, Berjuang Kembali ke Fitrah

Karim juga memutus seluruh komunikasinya dengan teman-temannya sesama gay.

SELENGKAPNYA

Segudang Pekerjaan Rumah Menanti Erick Thohir

Erick diharapkan bisa melakukan pembenahan secara menyeluruh.

SELENGKAPNYA

Surat Islamofobia: Makin Banyak Muslim Menderita Makin Baik

Secara pribadi, mereka juga merasa kehilangan anggota keluarga akibat gempa mematikan itu.

SELENGKAPNYA

Ikuti Berita Republika Lainnya