Massa dari Forum Masyarakat Peduli Pendidikan (FMPP) dan Forum Aksi Guru Indonesia (FAGI) melakukan aksi tolak mahalnya biaya sekolah di Jawa Barat di depan Gedung DPRD Provinsi Jawa Barat, Kota Bandung, Kamis (22/9/2022). | REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA

Pendidikan

Mereka Berjibaku Membayar UKT

Seribuan mahasiswa mengaku tak bisa membayar UKT di UNY.

OLEH FEBRIANTO ADI SAPUTRO, RONGGO ASTUNGKORO

Mahasiswa dan mahasiswi yang kesulitan membayar uang kuliah tunggal (UKT) disebut bukan Nur Riska, mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta yang wafat beberapa waktu lalu, semata. Banyak di antara para mahasiswa itu melakukan segala cara untuk bisa tetap berkuliah.

Ganta Semendawai, mahasiswa UNY yang juga kawan Nur Riska mengungkapkan bahwa ada banyak mahasiswa UNY yang kesulitan membayar UKT. Dari angket yang disebar UNY Bergerak, Ganta menyebut ada 97 persen dari seribuan mahasiswa yang mengisi angket yang mengaku tak bisa membayar UKT.

"Sebanyak 97 persennya menyatakan bahwa UKT yang mereka terima tidak sesuai dengan kemampuan bayar mereka. Artinya, ada 97 persen di antara seribuan mahasiswa yang bahkan baru cuma angket itu, yang kita nggak tahu nasibnya yang lain," kata Ganta dalam diskusi bertajuk "Ada Apa dengan UNY" yang disiarkan secara daring, Senin (16/1) malam.

Ganta mengatakan, Nur Riska bukanlah satu-satunya korban. Kasus yang dialami Nur Riska merupakan salah satu contoh kasus dari banyak permasalahan yang dialami mahasiswa UNY lainnya. "Ada banyak korban lain yang nasibnya lebih buruk. Ada banyak korban lain yang nasibnya sama di UNY," ujarnya.

photo
Sejumlah mahasiswa berunjuk rasa di depan kampus UNY, Sleman, Yogyakarta, Jumat (3/7/2020). Mereka menuntut pihak kampus UNY memberikan pemotongan uang kuliah tunggal (UKT) sebesar 50 persen terkait pandemi. - (ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko)

Menurut dia, viralnya utas yang ia buat karena masalah UKT telah menjadi keresahan nasional. Ia memahami isu komersialisasi pendidikan bukanlah isu populer. Lebih dari enam tahun dirinya berkuliah di UNY, Ganta mengaku tak pernah didengarkan terkait keluhannya tersebut.

"Nggak ada yang peduli dengan isu ini, tapi itu terpendam, kemarahan itu terpendam dan terasa. Kita akan bicara dengan korban-korban lainnya yang merasakan dampak UKT, tapi yang perlu di-highlight korbannya bukan hanya satu, bertahun-tahun gitu," ujarnya.

"Apa yang saya lakukan ini berangkat dari satu rasa sakit yang akut bagi saya, yang pelik bagi saya melihat teman-teman yang mengalami masalah yang sama," katanya.

Ganta Semendawai sebelumnya menuliskan kisah Riska dalam cicitannya. Riska berasal dari keluarga yang bukan kalangan berada di Purbalingga, Jawa Tengah. Orang tuanya hanya berdagang sayur gerobak di pinggir jalan. Sang ibu harus berjuang menghidupi Riska dan keempat adiknya yang belum lulus kuliah.

photo
Polisi mengamankan salah satu mahasiswa yang diduga memecahkan kaca pintu saat demo di Gedung Rektorat Universitas Sriwijaya Kampus Indralaya Kabupaten Ogan Ilir, Kamis (3/8/2017). Aksi unjuk rasa berkaitan dengan tuntutan pemangkasan uang kuliah tunggal (UKT) mahasiswa semester 9 dan Bidikmisi yang dianggap memberatkan mahasiswa. - (ANTARA FOTO/Feny Selly)

Dalam cicitannya tersebut, Ganta menuliskan bahwa Riska memiliki persoalan dalam membiayai perkuliahannya. Meskipun bukan hal yang baru di UNY, dalam kasus Riska dinilai berbeda.

Riska awalnya sudah mengisi nominal pendapatan yang sesuai dengan kemampuannya. Namun, karena dirinya tidak memiliki laptop, dirinya tidak mengunggah berkas-berkas yang diperlukan. Karena handphone tetangganya tidak secanggih Android pada umumnya, akhirnya berkas-berkas tersebut tidak bisa dikirim. Hal itulah yang menyebabkan nominal UKT-nya melonjak sehingga harus membayar UKT sebesar Rp 3,14 juta.

Di awal perkuliahannya, Riska juga diketahui sempat bolak-balik ke Rektorat UNY untuk mengajukan keberatan terhadap nominal UKT-nya. Setelah diupayakan, pihak kampus hanya menurunkan biaya UKT Rp 600 ribu. Saat hampir menyerah, ia akhirnya mendapat bantuan dari DPA dan kepala jurusan yang patungan membantu Riska.

"Sayangnya meski demikian, nominal tersebut masih belum cukup," tulis Ganta. Sebelum sempat menyelesaikan persoalan itu, pada 9 Maret Riska meninggal dunia.

photo
Mahasiswa melakukan aksi teaterikal di depan Kampus D Gunadarma, Depok, Jawa Barat, Senin (27/7/2020). Aksi mahasiswa tersebut menuntut pihak kampus untuk transparansi, keringanan biaya kuliah selama masa pandemi Covid-19. - (ASPRILLA DWI ADHA/ANTARA FOTO)

Ganta bersyukur, seusai utas yang ia tulis viral, ada pihak yang mengontak dirinya dan memberikan beasiswa kepada mahasiswa UNY yang kesulitan membayar UKT. "Artinya, ini membangun solidaritas nasional," ujarnya.

Dirinya mengaku juga sudah menghubungi kawannya yang kesulitan membayar UKT kepada pihak yang mau memberikan beasiswa. "Dia langsung nangis, saya juga nangis. Karena terlalu banyak rasa sakit di UNY atau terlalu banyak yang disebabkan komersialisasi pendidikan gitu, karena ada mimpi yang direbut, ada cita-cita yang dicuri cuma karena kita nggak bisa akses hak dan kewajiban kita yang sudah diamanatkan konstitusi," kata dia.

Dalam diskusi tersebut juga dihadirkan dihadirkan secara virtual mahasiswa UNY yang juga korban UKT. Salah satu korban yang tak diungkapkan identitasnya menceritakan bahwa dirinya harus membayar UKT sebesar Rp 4,2 juta per semester. Sementara sang ayah hanya berjualan angkringan dan ibunya merupakan buruh pabrik.

"Ketika saya di semester dua atau tiga, ketika tertabrak pandemi juga, ibu dan bapak saya menjual sapi sebagai tabungan kehidupan tadi untuk membiayai saya berkuliah," ujar mahasiswa tersebut.

photo
Mahasiswa melakukan aksi teaterikal di depan Kampus D Gunadarma, Depok, Jawa Barat, Senin (27/7/2020). Aksi mahasiswa tersebut menuntut pihak kampus untuk transparansi, keringanan biaya kuliah selama masa pandemi Covid-19. - (ASPRILLA DWI ADHA/ANTARA FOTO)

Ia mengatakan, sapi tersebut tadinya dipersiapkan untuk biaya pendidikan adiknya, tapi sang ayah dengan terpaksa harus menjual sapi tersebut untuk memenuhi kebutuhan perkuliahan dirinya. Selain menjual sapi, orang tuanya juga meminjam uang dari bank untuk memenuhi biaya perkuliahan dirinya. Ia berharap agar kebijakan UKT di UNY berubah.

"Kita mencoba mendorong agar kebijakan di UNY itu berubah agar jadi satu kampus yang lebih ramah buat teman-teman yang mau berkuliah di situ," katanya.

Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Sumaryanto, membantah masalah UKT jadi penyebab kematian Riska. "Beberapa info tersebut tidak akurat, almarhumah wafat salah satunya diduga ada benturan di kepala saat berolahraga dan sebelumnya ada hipertensi, tidak serta-merta lantas karena masalah UKT penyebabnya," kata Sumaryanto saat dihubungi Republika.

Sumaryanto mengatakan, UKT almarhumah sudah diturunkan. Pembayarannya juga dibantu oleh dosen FIS UNY. "Saat wafat almarhumah posisinya cuti dua semester," ujarnya.

Sumaryanto menegaskan, UNY punya komitmen untuk membantu mahasiswa yang kesulitan membayar UKT. Beberapa upaya di antaranya penundaan, penurunan. Upaya lain melalui dana dompet pendidikan, mencarikan beasiswa, mencarikan bapak/ibu asuh. "Dalam hal ini saya sendiri siap menjadi bapak asuh," katanya.

photo
Sejumlah mahasiswa berunjuk rasa di depan kampus UNY, Sleman, Yogyakarta, Jumat (3/7/2020). Mereka menuntut pihak kampus UNY memberikan pemotongan Uang Kuliah Tunggal (UKT) sebesar 50 persen terkait pandemi. - (ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko)

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemenidkbudristek) merespons kasus itu dengan menyatakan bahwa tidak boleh ada mahasiswa yang tidak bisa kuliah karena alasan ekonomi.

"Pertama, turut belasungkawa mendalam atas wafatnya almarhumah. Kalau betul kejadian tersebut, kami tentu sangat prihatin. Selalu saya tekankan, kebijakan nasional pendidikan tinggi bahwa tidak boleh ada mahasiswa yang sampai tidak bisa kuliah karena alasan ekonomi," ujar Plt Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Diktiristek) Kemendikbudristek, Nizam, lewat pesan singkat, Selasa (17/1).

Nizam menjelaskan, pemerintah pasti akan membantu anak-anak dari keluarga kurang mampu dalam menempuh pendidikan tinggi. Salah satunya melalui Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah. Selain lewat KIP Kuliah, perguruan tinggi juga dia sebut memberikan berbagai bentuk bantuan, mulai dari pengurangan UKT sampai dengan pembebasan UKT. Bahkan, kata dia, banyak yang memberikan beasiswa dari berbagai sumber pendanaan.

photo
Massa dari Forum Masyarakat Peduli Pendidikan Jawa Barat memasak ikan asin saat aksi tolak mahalnya biaya sekolah di Gedung DPRD Jabar, Bandung, Jawa Barat, Kamis (22/9/2022). - (ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi)

"Perguruan tinggi juga memberikan berbagai bentuk bantuan, mulai dari pengurangan UKT sampai pembebasan UKT, bahkan banyak yang memberi beasiswa dari berbagai sumber pendanaan," kata dia.

Menurut dia, selama ini pihak UNY, termasuk rektornya sangat peduli dengan mahasiswa kurang mampu. Rektor dan para dosen terkadang turut membantu mereka dengan menggunakan dana pribadi yang dimiliki. Melihat apa yang terjadi pada Riska, Nizam berharap kejadian serupa tak kembali terjadi pada masa yang akan datang.

"Setahu saya selama ini UNY, termasuk rektornya, sangat peduli pada mahasiswa yang kurang mampu. Bahkan dosen-dosen dan rektor kadang membantu dengan dana pribadi," kata Nizam.

Kronologi Kerusuhan Morowali Versi Buruh

Kerusuhan pada Sabtu (14/1) malam itu sebenarnya berakar dari insiden pada akhir 2022.

SELENGKAPNYA

Tekan Kemiskinan, Pengendalian Inflasi Diperkuat

Pemerintah juga akan mempercepat belanja negara.

SELENGKAPNYA

JP Coen Sang 'Penculik' Pekerja Cina

Pekerja dari Cina punya peran besar membangun Batavia.

SELENGKAPNYA

Ikuti Berita Republika Lainnya