Salah satu guru besar Unpad Deddy Mulyana menyampaikan meteri tentang | Republika/Edi Yusuf

Wawasan

Prof Deddy Mulyana: Citra Islam Situasional

Interpretasi manusia itu pasti dipengaruhi banyak faktor yang berkelindan.

Citra Muslim di dunia barat perlahan menanjak. Hal tersebut tampak dari hasil survei Brookings Institute yang menunjukkan adanya perbaikan "wajah" Muslim dari kacamata penduduk di Amerika Serikat.

Pada Mei 2022, jumlah responden yang berpandangan baik tentang Muslim mencapai 78 persen. Hal itu meningkat dari tahun 2016 yang hanya mencapai 58 persen berpandangan baik kepada Muslim. Selain di Amerika Serikat, pamor Muslim pun tengah naik, terlebih setelah gelaran Piala Dunia Qatar 2022 lalu.

Apakah hasil survei dari Brookings tersebut menggambarkan pada citra Islam di belahan dunia barat setelah pandemi? Jika benar, akankah Islamofobia juga hilang? Untuk mengetahui lebih jauh, wartawati Republika Imas Damayanti mewawancarai pakar komunikasi antarbudaya Prof Deddy Mulyana melalui sambungan telepon, Rabu (4/01/2023). Berikut kutipannya.

Benarkah citra Muslim saat ini sudah membaik di mata barat?

Kita kan bicara tentang interpretasi manusia, persepsi manusia. Nah, manusia kan beda dengan alam, beda dengan benda. Jadi, lebih sulit diramalkan (prediksi) karena mereka punya kehendak bebas, pikiran. Berbeda dengan kalau kita meramalkan cuaca atau ilmu-ilmu yang sifatnya statis, (itu) berbeda dengan manusia yang dinamis. 

Sehingga, menurut saya, kita jangan dulu euforia (terkait dengan citra Islam yang makin baik di dunia barat). Jadi, ini, menurut saya, sifatnya situasional meskipun ini harus dibuktikan lewat penelitian.

 
Kita jangan dulu euforia (terkait dengan citra Islam yang semakin baik di dunia Barat). Sifatnya situasional meskipun ini harus dibuktikan lewat penelitian.
PROF DEDDY MULYANA
 

Tapi, dalam interpretasi manusia itu pasti dipengaruhi banyak faktor yang berkelindan, salah satunya saya duga yang cukup penting adalah perhelatan Piala Dunia 2022 di Qatar. Dulu kan (sewaktu Qatar ditunjuk menjadi tuan rumah Piala Dunia) dunia barat kan meremehkan, ya (dibilang) negara kecil, negara Islam, yang selama ini selalu dikaitkan dengan hal-hal negatif.

Dan ternyata, dugaan mereka meleset, ternyata lancar-lancar saja Piala Dunia. Jadi, boleh dibilang, (membaiknya citra Islam di ranah global) adalah imbas dari perhelatan Piala Dunia. 

Hasil jajak pendapat itu juga tidak bisa digeneralisasi. Karena, apakah pandangan dunia barat terhadap Islam seperti itu? Meskipun, misalnya di Amerika, itu kan tidak mencerminkan negara-negara barat lainnya seperti di Australia atau Eropa. 

photo
Komunitas Muslim di Amerika Serikat (Ilustrasi). REUTERS/Shannon Stapletonmuslim amerika ; islam di amerika - (X90052)

Apa saja faktor yang memengaruhi citra Islam di lingkup global? 

Tentunya banyak, ya. Salah satunya bisa dari aspek pendidikan dan pengetahuan individu orang barat terhadap Islam. Saya pernah menjadi guru besar tamu di Amerika dan sempat juga mengajar di sebuah SMA untuk satu hari pada bulan Ramadhan.

Saya ingat sekali, ada satu pelajar perempuan yang mengacungkan tangan dan bertanya, "Apakah benar dalam bulan Ramadhan ini kaum Muslim dianjurkan untuk membunuh non-Muslim?" Saya kaget betul, saya tanya balik, "Tahu dari mana? Pernah berkawan atau berinteraksi dengan orang Muslim belum? Pernah mencari tahu langsung belum ke Alquran dan hadis?" dan ternyata jawaban dia adalah belum. 

Makanya, Sayidina Ali bin Abi Thalib pernah berkata, kalau kamu ingin tahu Islam, kamu pelajari sumbernya, yakni Alquran dan hadis Nabi. Jadi, kamu bisa tahu siapa yang mengikutinya, siapa yang tidak.

Artinya apa? Setiap individu Muslim itu adalah duta-duta Islam. Tapi kan tidak semua Muslim secara rata mengikuti anjuran syariat dengan baik dan benar. Yang dilihat orang-orang tentang perilaku seseorang, bisa diinterpretasikan sebagai cerminan Islam. Padahal, tidak juga seperti itu. 

Bisa juga dari latar belakang historis. Secara umum, boleh jadi pandangan Inggris terhadap kaum Muslim dan Islam, itu dugaan saya secara rerata lebih positif daripada pandangan Amerika. Mengapa? Karena Inggris punya latar belakang historis dengan dunia Muslim, dengan Pakistan dan Malaysia misalnya, karena bekas wilayah jajahannya. Di Inggris itu luar biasa, para aristokrat dan pesohor itu juga banyak yang Muslim.

 
Pandangan Inggris terhadap kaum Muslim dan Islam, itu dugaan saya secara rerata lebih positif dibanding pandangan Amerika.
PROF DEDDY MULYANA
 

Kalau persepsi manusia bersifat situasional, artinya citra Islam tersebut bisa turun lagi? 

Sangat memungkinkan. Misalnya kalau ada kasus, contohnya terorisme, yang selalu dikaitkan dengan Islam—yang sebenarnya juga kita umat Islam dikambinghitamkan kan—bisa jadi citra itu berfluktuasi. Apalagi, kalau sampai ada peristiwa terorisme yang menyeret-nyeret nama Islam di negara-negara besar, seperti Prancis ataupun Amerika, nah itu imbasnya bisa sangat besar (bagi citra Islam).

Maka, kalau kita memprediksi persepsi orang-orang barat tentang citra Islam, jangan kaget apabila terjadi perubahan-perubahan persepsi karena manusia tidak seperti alam ataupun benda yang persepsinya bisa ditebak. 

Bagaimana pandangan Profesor tentang Islamofobia dari peristiwa 9/11 hingga saat ini? Apakah trennya menurun? 

Pertama, peristiwa 9/11 sendiri belum tentu dalangnya adalah orang Islam. Banyak sekali teori-teori yang menyebutkan bahwa itu rekayasa Yahudi, bahkan, ya, Pemerintah Amerika itu sendiri. Islam hanya dijadikan kambing hitam dalam peristiwa itu. Kedua, terkait tren Islamofobia, dugaan saya, itu menurun. Tapi, kalau ada letupan-letupan kecil, dia bisa naik lagi. 

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by The Muslim Cowboy (@fromthebeaconhill)

 

Pisang, Makanan Wajib Pascaolahraga

Pisang dikombinasikan dengan protein dapat membantu tubuh Anda membangun otot.

SELENGKAPNYA

Aaron Johnson Makin Dekat dengan Peran James Bond

Johnson telah bertemu Barbara Broccoli selaku produser film James Bond.

SELENGKAPNYA

Penguatan Struktur Ekonomi

Kebijakan fiskal terbukti berperan strategis dalam pemulihan ekonomi.

SELENGKAPNYA

Ikuti Berita Republika Lainnya