
Kitab
Para Puan Penggerak Sejarah
Buku ini merangkum tokoh-tokoh sejarah Islam dari kalangan perempuan.
Minoritas kreatif adalah sekelompok individu yang mampu menghadirkan perubahan signifikan di tengah masyarakat atau bahkan dunia. Istilah itu diperkenalkan oleh Arnold J Toynbee, sejarawan Inggris yang menulis buku A Study of History.
Menurut dia, kapabilitas utama dari kalangan tersebut adalah merespons tantangan zaman dengan efektif dan sekaligus berdampak luas. Dalam sejarah Islam, ada banyak figur yang dapat digolongkan sebagai minoritas kreatif.
Mereka tidak hanya berasal dari kelompok laki-laki, melainkan juga perempuan. Para puan itu, sayangnya, tidak sering memperoleh sorotan, sebagaimana yang dialami para tokoh pria. Padahal, kaum wanita itu pun turut membawa perubahan mendasar di tengah umat.
Untuk lebih mengangkat ketokohan mereka, Dr Bassam Muhammad Hamami menulis buku yang berjudul Nisa Haula ar-Rasul. Kitab ini telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Edisi bahasa Indonesia diterbitkan oleh Qisthi Press dengan tajuk Biografi 39 Tokoh Wanita Pengukir Sejarah Islam.
Tentunya, ada begitu banyak perempuan yang mengusung perubahan dalam sejarah Muslimin.
Dalam karyanya itu, Muhammad Hamami merangkum profil dan perjalanan kehidupan sejumlah minoritas kreatif dari kalangan wanita. Tentunya, ada begitu banyak perempuan yang mengusung perubahan dalam sejarah Muslimin. Bagaimanapun, penulis buku tersebut “hanya” memaparkan sebanyak 39 nama di antara mereka.
Figur-figur puan yang dimuat dalam Biografi 39 Tokoh Wanita ini hidup pada zaman Nabi Muhammad SAW. Mereka terdiri atas para sahabat Rasulullah SAW serta keluarga beliau. Nama-namanya dikelompokkan oleh Hamami ke dalam lima grup, yakni para ibu yang mengasuh Nabi SAW, istri-istri beliau (ummahatul mu'minin), putri-putri beliau, dan kalangan shahabiyah.
Buku ini diawali dengan pembahasan tentang para ibunda Rasul SAW. Tentu saja, yang terutama dalam pembicaraan ini adalah ibu kandung Nabi SAW, Aminah binti Wahb.
Bagaimanapun, Hamami menyertakan pula sosok-sosok wanita yang pernah mengasuh al-Musthafa tatkala beliau masih anak-anak. Mereka adalah Halimah as-Sa’diyah, ibu susu beliau; Barkah binti Tsa’labah, pengasuh beliau; serta Fathimah binti Asad al-Hasyimiyah, istri paman Nabi SAW, Abu Thalib.
Selanjutnya, buku ini mengajak pembaca untuk mengenal lebih dekat para istri Rasulullah SAW. Pertama-tama, Hamami memaparkan latar belakang poligami yang dilakukan Nabi SAW.
Buku ini mengajak pembaca untuk mengenal lebih dekat para istri Rasulullah SAW.
Patut diketahui, masa monogami beliau lebih lama daripada poligaminya. Beliau baru memiliki banyak istri sesudah wafatnya sang istri pertama, Khadijah binti Khuwailid. Tambahan pula, poligami itu dijalankannya dalam konteks dakwah Islam di Madinah.
Kemudian, Hamami menerangkan perihal putri-putri Rasul SAW. Penulis buku ini berusaha menelusuri kehidupan mereka, mulai dari masa anak-anak, remaja, hingga memasuki jenjang pernikahan. Diterangkan pula tentang pengaruh mereka dalam syiar Islam di tengah masyarakat, serta kaitannya dengan sanak famili Nabi SAW secara keseluruhan.
Penulis juga mengulas tentang kehidupan sejumlah bibi Rasulullah SAW. Mereka adalah anak-anak dari kakek beliau, Abdul Muthalib. Ketiganya terdiri atas Shafiyah, Urwa, dan ‘Atikah binti Abdul Muthalib. Peranan mereka tidak mungkin dilupakan, khususnya dalam konteks antara fase sebelum dan sesudah pengangkatan Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah.
Penulis juga mengulas tentang kehidupan sejumlah bibi Rasulullah SAW. Mereka adalah anak-anak dari kakek beliau, Abdul Muthalib.
Akhirnya, penulis buku ini menjelaskan tentang sejumlah sahabat Rasul SAW dari kalangan wanita. Dimulai dari Ummu al-Fadhal, istri paman Nabi SAW, Abbas bin Abdul Muthalib. Kemudian, pembahasan menuju pada Asma’ binti Abu Bakar dan Asma’ binti ‘Umais, serta Ummu Ruman. Bagian ini ditutup dengan keterangan mengenai ‘Atikah binti Zaid al-Qurasyiyyah.
Bagaimanapun, Hamami tidak merangkum seluruh sahabat yang perempuan (shahabiyah). Sebab, lanjut dia, karyanya ini adalah sebuah eksperimen pertama yang dilakukannya untuk menghasilkan biografi.
Ia pun mengajak para pakar dan kritikus untuk mempertajam pemaparan yang ada di dalam bukunya itu atau turut mengoreksi kekeliruan yang ada. Kemudian, Hamami pun “hanya” membicarakan para shahabiyah yang namanya pernah disebut dalam hadis-hadis atau sebab turunnya ayat Alquran (asbabun nuzul).
Karakteristik utama
Seluruh perempuan yang dijabarkan dalam buku Biografi 39 Tokoh Wanita Pengukir Sejarah Islam memiliki sifat-sifat umum, yakni penyabar, taat kepada Rasulullah SAW, serta cerdas. Mereka yang termasuk dalam golongan keluarga beliau (ahlul bait) dengan penuh kesabaran dan keikhlasan mengiringi dakwah Nabi SAW.
Tidak jauh berbeda, mereka yang berasal dari kalangan shahabiyah pun ikut menyebarkan syiar Islam dengan banyak cara. Untuk sekadar menyebut satu contoh, berikut ini adalah profil seorang sahabat Nabi SAW, yaitu ‘Asma binti Yazid al-Anshariyah. Shahabiyah ini dikenal sebagai sosok yang cerdas dan komunikatif. Di tengah kaumnya, ia dijuluki sebagai orator ulung dan juru bicara Muslimah.
Pernah suatu ketika, ‘Asma mewakili para wanita Muslim untuk berbicara kepada Rasulullah SAW. Kepada beliau, ia membawa berbagai pertanyaan tentang persoalan-persoalan yang khusus terkait Muslimah. “Wahai Rasulullah, aku adalah utusan yang merepresentasikan wanita-wanita Muslim. Semuanya mengikuti pendapatku. Dan sungguh, Allah telah mengutusmu kepada laki-laki maupun perempuan secara keseluruhan. Kami pun beriman kepadamu dan mengikutimu,” kata ‘Asma.
Pernah suatu ketika, ‘Asma mewakili para wanita Muslim untuk berbicara kepada Rasulullah SAW.
Setelah dipersilakan, ia pun memaparkan pertanyaan-pertanyaan yang selama ini beredar di tengah kalangan Muslimah. Sementara itu, Rasulullah SAW serta sejumlah sahabat menyimaknya.
“Para laki-laki memiliki kelebihan karena bisa menunaikan shalat Jumat, menghadiri (pemakaman) jenazah, dan jihad fii sabilillah. Jika mereka pergi jihad, kami bekerja untuk menjaga harta mereka (di rumah), kami asuh anak-anak mereka, dan kami jahit baju-baju mereka. Wahai Rasulullah, apakah kami bisa bersekutu (setara) dalam hal pahala dengan mereka?”
Nabi SAW kemudian menoleh kepada para sahabat. “Apakah kalian pernah mendengar kata-kata seorang wanita yang lebih baik dalam menanyakan agamanya dibandingkan dengan wanita ini?” tanyanya retoris.
Ucapan beliau itu bermaksud bahwa pertanyaan yang diajukan ‘Asma sangat relevan serta mengandung pengetahuan dan hikmah yang tidak sedikit.
Rasulullah SAW kemudian berkata kepadanya, “Beri tahukanlah kepada para wanita yang ada di belakangmu bahwa jika salah seorang dari kalian menjadi istri yang baik bagi suaminya, mencari ridhanya, dan mengikuti apa-apa yang sejalan dengan suami—itu semua adalah sebanding dengan semua hal yang engkau tuturkan mengenai (amalan) para laki-laki.”

Inilah pula yang menjadi asbabun nuzul Alquran surah al-Mumtahanah ayat ke-12. Artinya, “Wahai Nabi! Apabila perempuan-perempuan yang Mukmin datang kepadamu untuk mengadakan baiat (janji setia), bahwa mereka tidak akan mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Allah; tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-anaknya, tidak akan berbuat dusta yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki mereka dan tidak akan mendurhakaimu dalam urusan yang baik, maka terimalah janji setia mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”
Biografi 39 Tokoh Wanita Pengukir Sejarah Islam karya Dr Bassam Muhammad Hamami, secara keseluruhan, amat layak dibaca sebagai salah satu sumber pengetahuan sejarah Islam. Penulisnya memiliki beragam referensi yang menunjang dan otoritatif dalam penyusunan buku ini.
Memang, cukup disayangkan bahwa biografi tersebut tidak mencakup nama-nama Muslimah yang menjadi minoritas kreatif dalam sejarah Islam sejak zaman sahabat hingga era modern. Dalam hal ini, yang disoroti Hamami “hanya” penggerak histori dalam konteks syiar Islam yang dilakukan Nabi SAW semasa hidupnya.
DATA BUKU
Judul: Biografi 39 Tokoh Wanita Pengukir Sejarah Islam (terjemahan atas Nisa Haula ar-Rasul)
Penulis: Dr Bassam Muhammad Hamami
Penerjemah: Kaserun AS Rahman
Penerbit: Qisthi Press
Tebal: ix + 301 halaman
Kisah Runtuhnya Keluarga Kaya
Surah al-Qalam sempat menceritakan secara detail tentang keluarga kaya pemilik kebun.
SELENGKAPNYAIndonesia Butuh Kebijakan Substantif Soal Halal
Target 10 juta produk tersertifikasi halal pada 2024 diharapkan tercapai.
SELENGKAPNYAMenghormati Orang Tua Rasulullah
Alangkah baiknya jika kita tidak berkomentar tentang orang tua Rasulullah mengingat keterbatasan ilmu.
SELENGKAPNYA