ILUSTRASI Salah satu tanda keimanan dalam diri seorang Muslim ialah adanya rasa cinta kepada Rasulullah SAW. | DOK ANTARA Saptono

Tuntunan

Menghormati Orang Tua Rasulullah

Alangkah baiknya jika kita tidak berkomentar tentang orang tua Rasulullah mengingat keterbatasan ilmu.

Abdullah bin Abdul Muthalib digambarkan sebagai pemuda berwajah tampan dan menarik. Kisah Abdullah ketika hendak dijadikan persembahan membuat wanita-wanita Makkah tambah penasaran.

Muhammad Husain Haikal dalam Sejarah Hidup Muhammad menjelaskan, Abdul Muthalib sangat berkeinginan untuk memiliki anak lelaki yang banyak. Dia butuh tenaga untuk mengurus air bagi para tamu yang hendak berziarah ke Ka'bah. Sampai-sampai, ia bernazar jika memperoleh sepuluh anak lelaki kemudian tidak memperoleh anak lagi sesudah mereka besar, salah satu di antaranya akan disembelih untuk dijadikan persembahan.

Apa yang menjadi keinginan Abdul Muthalib dikabulkan. Dia memperoleh sepuluh anak dan setelah itu tak punya anak lagi. Dia memanggil semua anak lelakinya demi meluluskan nazarnya. Setiap anak lelaki menuliskan namanya di atas qidh (anak panah). Semua anak panah diambil oleh Abdul Muthalib dan dibawa kepada juru qidh di tempat berhala Hubal yang berdiri di tengah Ka'bah.

Juru qidh kemudian mengocok anak panah itu. Nama yang keluar akan disembelih untuk dijadikan persembahan bagi Hubal. Tak disangka, nama Abdullah keluar. Dia lantas membawa anak muda itu untuk disembelih di dekat sumur Zamzam. Namun, orang Quraisy ketika itu serentak melarangnya untuk berbuat demikian. Dia diminta memohon ampun atas nazarnya itu.

photo
Pengunjung mengamati artefak Nabi Muhammad SAW yang di Pamerkan di Jakarta Islamic Center, Jakarta Utara, Jumat (23/4). Republika/Thoudy Badai - (Republika/Thoudy Badai)

Abdul Muthalib yang masih ragu kemudian mendapatkan nasihat dari seorang lelaki suku Makhzum. Dia mengungkapkan, jika penebusan bisa dilakukan dengan harta maka bisa ditebuslah.

Lantas, mereka pun hendak mengganti dengan sepuluh ekor unta. Mereka kembali mengundi. Hingga lemparan ke sepuluh, nama yang keluar masih saja Abdullah. Sesuai dengan aturan maka jumlah unta harus ditambah kelipatannya. Abdul Muthalib harus menambah unta hingga seratus ekor.

Sampai lemparan berikutnya, keluarlah nama unta sebagai undian. Abdul Muthalib yang kurang yakin melemparnya hingga tiga kali. Nama unta kembali keluar.

Selamatlah Abdullah dari persembahan. Abdullah pun kembali dalam aktivitasnya sediakala. Membantu ayahnya dalam menyambut tamu dan mengelola sumur Zamzam di Makkah.

 
Selamatlah Abdullah dari persembahan. Abdullah pun kembali dalam aktivitasnya sediakala. Membantu ayahnya mengelola sumur Zamzam di Makkah.
 
 

Sampai pada saatnya, pemuda Abdullah yang sudah mencapai usia 24 tahun dinikahkan dengan Aminah binti Wahab bin Abdul Manaf bin Zuhra — pemimpin suku Zuhra ketika itu. Pergilah Abdul Muthalib dan Abdullah untuk menemui Wahab dan melamar putrinya.

Pernikahan bersejarah itu pun terjadi. Di samping itu, Abdul Muthalib juga melamar Hala, putri pamannya yang akan melahirkan Hamzah— paman Nabi SAW.

Abdullah tinggal selama tiga hari di rumah Aminah. Sesudah itu, mereka pindah ke keluarga Abdul Muthalib. Tidak berapa lama, Abdullah kemudian pergi untuk urusan dagang ke Suriah. Dia meninggalkan istrinya yang tengah mengandung bayi suci.

Selain ke Suriah, Abdullah juga pergi ke Gaza dan kembali lagi. Dia lalu singgah di tempat saudara-saudara ibunya di Madinah untuk sekadar beristirahat. Ketika hendak pulang ke Makkah, Abdullah menderita sakit.

Berita itu pun sampai ke Abdul Muthalib. Ia mengutus Harits, anaknya yang sulung, untuk ke Madinah dan membawa pulang Abdullah. Sesampainya di Madinah, Harits diberi tahu jika Abdullah sudah wafat dan dikuburkan setelah kafilah berangkat ke Makkah.

Ahlul Fathrah

Begitulah kutipan kisah Abdullah ketika Rasulullah SAW belum dilahirkan. Saat itu, risalah kenabian belum sampai kepadanya. Namun, masih ada pendapat dari segolongan kaum Muslimin yang menilai orang tua Rasulullah masuk ke neraka.

Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dan bersumber melalui Tsabit dari Anas bin Malik RA menjadi sandaran bagi dugaan itu. "Bahwa seorang lelaki bertanya, wahai Rasulullah, ke manakah ayahku? Beliau menjawab, "Di neraka." Ketika lelaki itu menunduk, beliau memanggilnya seraya berkata, "Sesungguhnya ayahku dan ayahmu di neraka."

Syekh Musthafa Hamdu Ulayan al-Hambali menjelaskan, hadis ini mengandung dalil asumtif. Bisa jadi, kata "Inna Abi", (sesungguhnya ayahku) yang dimaksud adalah paman beliau, Abu Thalib. Masyarakat Arab biasa memanggil atau menyebut paman dengan kata Abu atau ayah. Bisa saja, jawaban Rasulullah atas lelaki itu merujuk pada paman beliau.

 
Para ulama menyepakati jika orang tua Nabi SAW masuk ke dalam golongan Ahlul Fathrah atau orang-orang yang hidup pada zaman Fathrah.
 
 

Para ulama menyepakati jika orang tua Nabi SAW masuk ke dalam golongan Ahlul Fathrah atau orang-orang yang hidup pada zaman Fathrah. Ulama menafsirkan jika fathrah bermakna suatu zaman di antara Nabi Isa AS dan Rasulullah SAW. Pada zaman ini, belum ada nabi yang diutus kepada mereka.

Syekh Musthafa mengklasifikasikan tiga ahlul fathrah. Pertama, golongan yang jelas kemusyrikannya dan tetap bertahan dalam keyakinannya. Contohnya, yakni Amr bin Luhayyi yang memperkenalkan dan menyebarkan penyembahan berhala di Jazirah Arab.

Kedua, satu golongan yang di antaranya menyatakan akidah tauhid dan mengikuti Nabi Ibrahim. Ketiga, golongan yang tidak menyekutukan Allah dan tidak pula bertauhid. Menurut Syekh Mushtafa, golongan ini termasuk orang tua Rasulullah SAW.

 
Beliau menjawab, 'Apa yang kumintakan kepada Tuhanku untuk keduanya, maka Dia mengabulkannya. Sungguh aku akan berdiri pada Hari Kiamat di tempat yang terpuji.
HADIS RIWAYAT ALHAKIM
 

 

Mayoritas ulama Mazhab Syafi'i, al-Asy'ari, dan sejumlah ulama Mazhab Hambali berpendapat jika kedua orang tua Rasulullah selamat dari neraka karena keduanya adalah Ahlul Fathrah. Mereka mendasarkan diri pada dalil QS al-Isra: 15. "Akan tetapi, Kami tidak akan menyiksa sebelum Kami mengutus seorang Rasul."

Dalam ayat lainnya, Allah berfirman, "Agar engkau memberi peringatan kepada suatu kaum yang nenek moyangnya belum pernah diberi peringatan karena itu mereka lalai." (QS Yasin: 15).

Allah SWT juga berfirman, "Namun, (Kami utus engkau) sebagai rahmat dari Tuhanmu agar engkau memberi peringatan kepada kaum (Quraisy) yang tidak didatangi oleh pemberi peringatan sebelum engkau agar mereka mendapat pelajaran." (QS al-Qashash: 46).

photo
Jamaah haji mendoakan jenazah para sahabat Rasulullah SAW yang dikuburkan di Pemakaman Baqi, Madinah. - (Fitriyan Zamzami/Republika)

Para ulama, termasuk dikatakan Imam Ahmad bin Hambal bersifat Tawaqquf terhadap masalah ini. Dia berhenti memperdebatkannya dengan menyerahkan urusan mereka kepada Allah. Imam Ahmad menghentikan perdebatan tentang masalah yang serupa dengan kedua orang tua Rasulullah seperti pendapatnya tentang masalah Khadijah.

Imam Ahmad bin Hambal bersikap diam tanpa memberikan keputusan dalam permasalahan lainnya yang hampir sama dengannya. Meskipun terdapat hadis yang sahih. Di antara permasalahan yang dimaksud adalah putra-putri orang musyrik dan menempatkannya sebagai sumber perdebatan dan konflik.

Alangkah baiknya jika kita tidak berkomentar tentang orang tua Rasulullah mengingat keterbatasan ilmu. Alhafizh Abu al-Fadhl bin Hajar al-Asqalani menyampaikan pendapat yang bisa dipertanggungjawabkan oleh akal dan didukung beberapa riwayat.

Mengutip hadis yang diriwayatkan al-Hakim dan disahihkan Abdullah bin Mas'ud. Ia berkata, "seorang pemuda dari kaum Anshar di mana tiada seorang pun yang paling banyak bertanya kepada Rasulullah SAW dibandingkannya."

Ia berkata, "Wahai Rasulullah apakah engkau mengetahui bahwa kedua orang tuamu di neraka? Beliau menjawab, 'Apa yang kumintakan kepada Tuhanku untuk keduanya, maka Dia mengabulkannya.' Sungguh aku akan berdiri pada Hari Kiamat di tempat yang terpuji."

Hadis ini mengindikasikan jika Rasulullah memohon kebaikan bagi keduanya ketika beliau menempati tempat yang terpuji. Yakni dengan memberi syafaat kepada kaduanya, lalu keduanya cenderung untuk taat ketika diuji, sebagaimana Ahlul Fithrah diuji.

Tidak diragukan lagi, ketika Nabi SAW menempati al-maqam al-mahmud (tempat terpuji), maka dikatakan kepada beliau. "Mohonlah, niscaya diberi. Dan berilah syafaat, maka engkau dapat memberi syafaat."

Wallahu a'lam. 

Satu ETLE Mobile Rekam Ratusan Pelanggar Lalin

Yang banyak terekam oleh ETLE mobile adalah melanggar ketentuan ganjil genap

SELENGKAPNYA

BPS: Kinerja Ekspor Terus Melambat

Tiga negara penyumbang surplus neraca perdagangan nonmigas terbesar, yaitu AS, India, dan Filipina.

SELENGKAPNYA

Menkeu Optimistis UU PPSK Perkuat Stabilitas

LPS diberikan penugasan untuk menyelenggarakan program penjaminan polis.

SELENGKAPNYA

Ikuti Berita Republika Lainnya