Ekonomi
LPS Naikkan Suku Bunga Penjaminan Valas
Cadangan devisa Indonesia pada akhir November 2022 meningkat menjadi 134 miliar dolar AS.
JAKARTA -- Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memutuskan untuk menaikkan tingkat suku bunga penjaminan simpanan valuta asing sebesar 100 basis poin (bps) menjadi 1,75 persen.
Kebijakan LPS salah satunya mempertimbangkan sinergi kebijakan lintas otoritas dalam upaya menarik likuiditas valas, terutama devisa hasil ekspor (DHE) dari luar negeri. Hal ini untuk memenuhi tingginya permintaan kredit valas serta menambah likuiditas valas di pasar domestik.
“Tingkat bunga pinjaman simpanan rupiah di bank umum masih dipertahankan sama seperti bulan lalu. Sementara, simpanan valuta asing naik 100 basis poin dari sebelumnya," ujar Purbaya dalam konferensi pers virtual, Rabu (7/12).
View this post on Instagram
Tingkat bunga penjaminan simpanan rupiah tetap di level 3,75 persen dan bunga penjaminan BPR sebesar 6,25 persen. Kebijakan ini berlaku untuk periode 9 Desember 2022 hingga 31 Januari 2023.
Purbaya menjelaskan, keputusan tersebut diambil dengan mencermati perkembangan terkini dari kondisi perekonomian, perbankan, likuiditas, pasar keuangan, dan stabilitas sistem keuangan. Beberapa hal yang dipertimbangkan LPS meliputi antisipasi forward looking terhadap ketidakpastian yang masih tinggi dari kondisi ekonomi, pasar keuangan, harga komoditas, dan kinerja ekspor.
LPS juga berusaha memberikan ruang bagi perbankan dalam merespons pergerakan likuiditas global sehingga tetap dapat mendukung pemulihan ekonomi melalui penyaluran kredit. Purbaya pun mengimbau agar bank secara transparan menyampaikan kepada nasabah penyimpan mengenai besaran tingkat bunga penjaminan yang berlaku saat ini.
Purbaya juga menyebutkan, pihaknya memberi penjaminan kepada masyarakat yang menabung dolar AS di Indonesia sehingga lebih aman dibanding menabung di negara lain. “Indonesia menjamin simpanan dalam mata uang asing, termasuk dolar AS, sedangkan Singapura dan Thailand tidak,” katanya.
Program penjaminan LPS jauh lebih baik, hanya saja beberapa investor tidak tahu uangnya tidak dijamin.
Purbaya menuturkan, skema penjaminan simpanan LPS lebih besar dan komprehensif dibanding beberapa negara tetangga. Selain itu, ia mengatakan nilai simpanan yang dijamin LPS juga lebih tinggi secara nominal.
Perbedaan lainnya, kata Purbaya, LPS menjamin simpanan dalam mata uang asing. Sedangkan, Singapura dan Thailand tidak menjamin sehingga akan dikonversikan ke mata uang kedua negara tersebut.
Menurutnya, banyak investor tertarik menaruh uang di negara lain karena bunganya lebih besar. “Program penjaminan LPS jauh lebih baik, hanya saja beberapa investor tidak tahu uangnya tidak dijamin,” ujar Purbaya.
Deposit Protection Agency (DPA) Thailand hanya akan menjamin simpanan dalam mata uang baht maksimal sebesar 1 juta baht. Sementara, Singapore Deposit Insurance Corporation (SDIC) juga hanya akan menjamin simpanan dalam mata uang dolar Singapura dan simpanan nasabah yang dijamin maksimal 75 ribu dolar Singapura. Sedangkan, LPS memberikan penjaminan terhadap simpanan dalam mata uang asing dan yang dijamin per nasabah maksimal mencapai Rp 2 miliar.
Presiden mengarahkan agar (devisa) hasil ekspor itu dimasukkan di dalam negeri.
“Jadi, kalau ada yang menawarkan menaruh deposito di dolar Singapura bunganya lebih tinggi dari bunga yang dijamin LPS, hati-hati simpanan Anda di sana tidak dijamin,” ujar Purbaya menegaskan.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam sidang kabinet paripurna di Istana Negara, Jakarta, pada Selasa (6/12) memberikan arahan agar devisa hasil ekspor disimpan di dalam negeri. “Presiden mengarahkan agar (devisa) hasil ekspor itu dimasukkan di dalam negeri," ujar Airlangga.
Dengan demikian, kata dia, Bank Indonesia diharapkan bisa membuat sebuah mekanisme untuk memperkuat pengaturan mengenai DHE tersebut. Pemerintah mendorong kebijakan mengenai sistem keuangan yang dapat meningkatkan manfaat dari hasil ekspor terlebih Indonesia telah mencatat surplus neraca perdagangan dalam 30 bulan terakhir.
Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir November 2022 tercatat sebesar 134 miliar dolar AS atau sekitar Rp 2.091,59 triliun. Jumlah tersebut meningkat dibanding posisi pada akhir Oktober 2022 sebesar 130,2 miliar dolar AS.
View this post on Instagram
"Peningkatan posisi cadangan devisa pada November 2022, antara lain, dipengaruhi oleh penerimaan pajak dan jasa, serta penerimaan devisa migas," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono.
Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 5,9 bulan impor atau 5,8 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Hal itu berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Menjaga Pemulihan di Tengah Ketidakpastian Global
APBN akan tetap berperan sebagai shock absorber di tengah potensi pelemahan ekonomi pada 2023.
SELENGKAPNYAEkonomi, Tantangan Terbesar Indonesia 2023
Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam akan menjadi yang terbaik di kawasan pada tahun ini.
SELENGKAPNYA